kode

6 4 4
                                    

Bigael berdiri di depan ruangan kusus pengurus rumah, tertulis jelas di pintu itu 'dilarang masuk' walau sudah tertulis dilarang masuk Bigael tetap mengetuk pintu itu dengan tenaga kuat berharap si pemilik keluar.

"Lucas!" panggil Bigael sambil mengetuk pintu.

"Lucas!" panggilnya lagi dengan suara lebih besar.

Saat hendak mengetuk lagi. Pintu itu terbuka, menampilkan Lucas berdiri sambil bersedekap dada.

"Kau pasti pembunuhnya!" tuduh Gael dengan menampilkan kertas depan wajah pria itu. Lucas meraih kertas itu sambil menunjukan wajah heran alis nya terangkat sebelah.

"Ini apa?" tanya Lucas masih bingung. Matanya menatap kumpulan kode yang sama di kayu Ami kemari.

"Sini!" Gael memasuki ruangan sambil menarik tangan Lucas. Setelah berada didalam Gael mengunci pintu.
Tatapan Gael terdiam karena kamar yang seharusnya tidak ia masuki, kini ia terobos dn memternyata meruoaka ruangan CCTV dan juga tempat beberapa barang penting.

"Kau harus jujur, kau si Killer Vuoto itu. Lihat, kode kemarin merupakan singkatan dari nama-nama penghuni rumah ini, dan hanya kau yang tahu tentang siapa penghuni disini, dan hanya kau yang bebas keluar masuk di rumah ini. Vuoto bebas membunuh Anita, Ami dan dua polisi itu. Besar kemungkinan kau pembuhunya!" tuduh Bigael. Lucas tertawa geli. Sambil membaca kertas yang Gael berikan, tawa darinya tidak terhenti.

"Aku pembunuhnya? Untuk apa, tidak ada untungnya bagiku." tawa Lucas. Bigael menatap kesal bukan saatnya Lucas tertawa di waktu seperti ini.

"Tapi bukti menunjukan kalau kau pelakunya, hanya kau yang tahu semua aktifitas kami, tahu dimana semua letak CCTV berada. Dan aku yakin kau menguping pembicaraanku tentang alphabet killers, coba perhatikan baik-baik. Kode dari kayu yang tertancap di dada Ami." Lucas memperhatikan, ternyata penyelidikan Gael ada benarnya. Kematian dua penghuni teratur sesuai abjad nama.

"Dari Anita ke ami dan selanjutnya.... "Lucas menatap Bigael.

"Aku salah apa hingga kau ingin membunuhku!" pekik Bigael, Lucas menutup mulut Bigael.

"Usss jangan bilang sembarangan. Aku bukan pelakunya, dan terimakasih karen kau sudah memecahkan kode ini, aku semalaman memikirkannya," ucap Lucas.

"Kalau bukan kau terus siapa? Bahkan semalam aku mendapatkan teror di kamarku. Buktikan padaku kalau kau bukan pelakunya!" tunjuk Gael masih tidak percaya.
Lucas berdiri "ikut aku!"

"Aku ikut asal jangan membunuhku terlebih dahulu, aku belum menikah belum punya anak dan belum berguna untuk siapapun!" Lucas menepuk dahinya lalu menarik tangan Bigael agar mengikuti langkahnya.

Lucas dan Bigael berjalan kearah ruangan dalam ruangan CCTV. Mata Bigael terpaku menatap empat mayat yang, ketiganya utuh berbeda dengan mayat Anita yang hancur di tutupi plastik khusus. Lucas berhasil menyembunyikan mayat Anita sebelum dikubur, ia berbohong jika mayatnya sudah dikubur di belakang rumah. Dan kedua polisi itu percaya.

"Ini! Aku srmalaman menyelidiki mayat-mayat ini mustahil aku kekamarmu lalu meneror mu" Bigael menatap Lucas. Tatapannya mengisyaratkan jika Gael butuh penjelasan.

"Aku menyelidiki benda apa yang digunakan pembunuh itu, kenapa caranya rapi, dan susah teridentifikasi," jelas Lucas."kalau kita tahu senjata apa yang ia pakai, besar kemungkinan kita tahu dia seperti apa, tahu kan seseorang bisa di baca lewat pekerjaan dan juga aktifitasnya, aku ingin memecahkan pembunuhan ini secara psikologi,"

"Aku sempat mengira kau mengawetkannya karena ingin mengambil organ dalam lalu menjualnya ke pasar gelap." Lucas tertawa.

"Coba pikirkan, rumah ini milik pamanku, kalau aku membunuh itu sama saja memberi rumah ini kesan buruk yang rugi siapa? Aku," jelas Lucas. Tampak Gael terdiam memikirkan kata-kata Lucas, ada benarnya ucapan Lucas.

"Kalau bukan kamu terus siapa?" Bigael menatap Lucas. Lucas menaikan pundaknya.

"Kamu cukup diam nanti akan ku cari lebih jelas siapa pelakunya, jangan sampai orang lain tahu. Apalagi tentang kode ini" Bigarl mengangguk. Ia keluar dari ruangan meninggalkan Lucas sendiri.

Tepat saat keluar dari ruangan. Bigarl menatap ke lantai atas tampak pria samping kamarnya menatap serius. Cukup lama menatap Bigael lalu pria itu kembali menghilang.

"Kenapa?  Dia menatapku seperti itu," batin Bigael.

Entah mengapa setelah kematian empat orang secara berturut-turut membuat penghuni kamar lainnya tidak keluar, bisa dikata rumah besar yang biasanya ramai kini jafi sunyi seakan hanya Bigael penghuninya.

"Apa cuma perasaanku, rumah ini seakan mengerikan bahkan hanya untuk diam," batin Bigael. Ia berlari sekuat tenaga memasuki kamarnya.
Darah dan bola mata sudah bersih. Bukankah sebelum pergi menemui Lucas kamarnya masih berantakan kenapa sekarang sudah bersih. Apa ini salah satu dari teror untuknya.

"Tafi aku bersama Lucas tapi kamar ini langsung bersih pas aku pulang. Benar Bukan Lucas pelakunya. Jafi siapa pembunuh sebenarnya. Aku harus menyelidiki satu persatu," Batin Bigael.

Bigael buka pintu kamar mandi semuanya normal tidk ada hal mengerikan seperti pagi tadi.

"Ya tuhan aku harus apa, apa aku voba kabur, tapi Ami sudah melakukannya dn hasilnya berakhir jadi mayat." Bigael berjalan kesan kemari mencari ide.

Berbeda dengan penghuni lain mereka takut untuk keluar kamar, fikirannya terlalu paranoid. Mereka membayangkan pas keluar kamar sosok Vuoto menyerangnya.
Rumah megah mengerikan, Indah tapi berbahaya.

Lucas menatap kertas, ia paham afti kode, tugasnya kali ini melindungi Bigael, karena pembunuh Vuoto hanya mengincar Bigael saja. Nasip penghuni lain masih aman.

"Aku akan menemukanmu," bisik Lu, as ia memegang wajahnya. "Siapa dia? Ada denfm apa sehingga rumah ini ia jadikan tempat membunuh," batinnya frustrasi. Lucas membaca data diri Bigael, ia harus mengakrabkan diri agar bisa mendekatinya, keselamatan penghuni rumah adalah yang utama.

He's In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang