Bigael dan Deren dibawah ke sebuah ruangan khusus, ruangan itu tertutup sempurna.
Bigael duduk di sebuah kursi tugal di depanya Deren juga duduk di kursi yang sama persis.
"Kalian tahu kenapa dibawah kemari? Itu untuk mengetahui siapa vuoto pembunuh berantai, jika kita dengar dari satu mulut mungkin pelakunya akn ambigu, sekarang kita akan dengar dari dua belah pihak. " polisi itu membuka ikatan mlut pada Bigael.
"Sebagai wanita kita dengar darimu terlebih dahulu," ucap seorang polisi.
Bigael diam ia tidak tahu harus bilang apa, secara nyata dia tidak melihat.
"Saya tidak melihatnya secara langsung tetapi bukti yang kami kumpulkn mengarah pada Deren, anda lihat sendiri pada bukti yang kami kirim," jelas Bigael. Bukti memang tidak melihat tapi yakin jika Deren pelakunya.
"Cuma itu kesaksianmu,baiklah sekarang giliran si pria.maaf kami menutup mulutmu karena saat Deren menjelaskan kau tidak boleh berkata apa-apa," jelas sang polisi kembali menutup mulut Bigael. Bergantian Deren yang terbuka bekapan mulutnya.
"Baiklah silahkan jelaskan kesaksianmu, " ujar polisi, Deren mengangguk.
"Awal terjadi saat kematian Anita. Waktu itu aku pulng tengah malam bisa di bilang kepulanganku lebih dlu dari Anita. Saat aku pulang membawa barang ilegal, Bigael menhadangku di tangga. Dia bilang ingin meminjam bara barang yang kubawah. Barang itu berupa kayu bahan membuat boneka, karena aku mencurinya dari perusahaan tempatku bekerja aku tidak ingin memberikan pada siapapun, tapi Bigael bilang akan melaporkanku jika aku tidak meminjamkannya. Dengan berat hati aku memberika. Setelahnya aku tidak tahu besoknya kematian Anita tersebar. Aku tidak berani melihat mayatnya karena semua barang yang aku bawah pulang di gunakan. Aku takut pada sosok Bigael tapi melihat hari dimana Anita mati membuatku syok ternyata dia sama denganku tidak tahu apa-apa. Pikirku barang itu di ambil orang lain karena Bigael sampai pingsan melihat mayat, tidak mungkin orang lemah seperti itu akan kuat membunuh orang. Setelah khasusu Anita, aku tidak sengaja bertemu di depan rumahnya, saat itu aku membawa boneka. Dia orang pertama yang memuji boneka buatanku, katanya boneka itu cantik, rambutnya halus. Karena kesenangan aku ingin memberikannya sebagai hadiah, boneka itu aku leakan di depan kamar ya berharap dia akan bahagia ternyata prediksiku slah pagi harinya ia kaget melihat boneka berdiri di depan kamarnya dan ekspresi yang digunakan bertolak belakang dengan ekspresi semalam. Aku marah karena mengira Bigael mempermainkanku, " jelas Deren menatap Bigael, tampak Bigael menggeleng tidak percaya.
" aku penasaran akan korban selanjutnya jadi kumulai menyelidiki satu persatu kamar orang yang di bunuh, dan semua bukti sudah kuserahkan ke polisi baik dari rambut, kancing baju dan juga darah di kakinya saat baru saja menghabisi Margaret. Aku bingung kenapa bisa saat mlam hari dia berbeda, saat pagi ia sama seperti orang normal tapi jika malam tiba kepribadiannya berbeda, bahkan hampir setiap malam ia melakukan hal aneh di kamarnya, itu aku tahu karena mengintip di kamar Ami, ia suka memberi makan kucing dan hewan lainnya setelah hewan itu nyaman dia akan menangkap lalu menjadikannya korban mutilasi, darah hewan yang dibunuh sering ia gunakan sebagai tintah untuk menggambar. Dan dan paling menyeramkan saat kemarin malam ia datang ke kamar, dia langsung melakukan kekerasan, aku kaget ternyata ssok Vuoto yang kutakuti adalah wanita yang pernah kukagumi, " jelas Deren di terdiam tidak ingin melanjutkan, cukup informasi itu ia beritahu.
Polisi itu menatap Bigael yang mengeluarkan air mata, bagaimana bisa dirinya bisa jadi pembunuh mengerikan.
"Berarti bisa di simpulkan kalau wanita ini memiliki kepribadian ganda, "tebak polisi dijawab anggukan oleh Deren.
"Maafkan aku melaporkanmu, andai saja malam itu kau tidak ingin membunuhku aku mungkin akan bukam dengan semua perbuatanmu, aku masih rela ku bersama pria lain tapi tidak rela kalau kau sampai melenyapknku, maaf. " Deren menunduk tdak sanggup melihat Bigael.
"Bagaimana sudah terima kenyataan, " tanya polisi.
Mendengar cerita Deren Bigael dipaksa untuk percaya, walau ia tidak ingat semuanya, "terimakasih karena sudah melaporkanku setidaknya tak ada korban nyawa lagi, " ucap Bigael saat pembekap mulutnya dilepaskan.
Lucas yang berada di ruangan lain terdiam mendapat semua kebenaran, masihkah dia mencintai Bigael yang ternyata memiliki sisi gelap, "bisakah aku berbicara dengan Bigael, untuk yang terakhir kalinya, " pinta Lucas, polisi yang berada disamping Lucas mengangguk."Baiklah setelah penyelidikan didalam, akan kuberi waktu dua puluh menit untuk bicara, " ucap polisi.
Sesuai janji polisi tadi, kini Bigael dihadapkan oleh Lucas mereka saling tatap cukup lama.
"Lamaranmu kubatalkan, carilah wanita lain yang sepadang denganmu, tak ada lagi yang perlu kita bicarakan, " ucap Bigael, ia menatap kearah lain dengan air mata bercucuran. Lucas tidak tahu harus berkata apa, mungkin keputusan Bigael benar, mereka harus saling melupakan.
"Baiklah, setelah ini kita tidak akan bertemu lagi, maaf. " Lucas berjalan keluar ruangan meninggalkan Bigael yang kini berusaha keras untuk kuat, tapi sayang Bigael tak sekuat itu. Ia terjatuh dan menangis menyesali perbuatan yang tak diingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's In The Dark
Mystery / ThrillerRate: 17+ menceritakan seorang gadis yang berusaha bertahan hidup dari teror pembunuh berantai. pembunuhan itu terkenal dengan nama pembunuhan Vuoto. karena di setiap korban si pembunuh meninggalkan kode Vuoto yang artinya hampa. pembunuhan yang be...