Jadian

2 2 0
                                    

Setelah merapikan pakaiannya, Bigael berjalan kearah dapur, membersihkan barang membuat perutnya keroncongan.

Saat memasuki dapur mata Bigael terhenti pada Lucas yang menggunakan singlet. Tubuh kekar, kulit eksotis. Memperlihatkan benjolan otot-otot yang mengkilat akibat keringat yang terkena cahaya matahari, mungkin pria itu baru saja olah raga hingga di penuhi keringat.

Rambut pria itu terangkat memperlihatkan dahinya yang seksi. Satu kata yang berhasil Bigael rangkum untuk Lucas, ialah *sempurna*

Wajah Bigael seketika memerah saat Lucas menatapnya.

"Sudah selesai beres-beresnya?" tanya Lucas sesekali menyeruput kopinya.
"Sudah, mau makan?" tanya Bigael. Ia meraih mie instant.

"Terimakasih, tapi aku tidak makan mie instant, mungkin kalau nasi goreng aku mau." Bigael tersenyum mengejek.

"Bisa sih tapi bahan tidak lengkap, mau yang seadanya? Akan kubuatkan." Lucas meletakkan cangkirnya.

"No problem," balas Lucas.
Bigael mengambil dua butir telur, sayuran dan beberapa bahan lainnya. Memulai eksperimennya di dapur.

Lucas menatap Bigael yang serius berhadapan dengan pisau dan wajan, tanpa Lucas sadari matanya tidak bisa lepas dari wanita itu.

Tak membuang waktu lama, dua piring nasi goreng terhidang di meja makan.

"Selamat makan!" Bigael meraih sendok dan garfu, lalu mulai memakan nasi goreng. Bigael tak memerhatikan Jika Lucas memperhatikannya.

Beberapa suap masuk kedalam mulut Bigael, ealau seadanya rasa nasi goreng itu sangatlah enak, "Eh? Kok tidak dimakan? Apa makananya tidak enak?" tanya Bigael. Lucas menggeleng lalu memegang sendok meraih nasih lalu memasukan kedalam mulutnya. Ia memakan nasi goreng buatan Bigael.

"Bagaimana?" tanya Bigael ia menunggu respon Lucas.

"Enak, sudah bisa dijadikan istri!" mendengar kata istri Bigael langsung tersedak nasi.

"Istri?! Hahahaha bercanda mu keterlaluan, gak ada yang mau memperistriku," lirih Bigael diikuti tawa.

"Tak ada? Bercanda yang sangat konyol," tawa Lucas. Ia memakan nasi gorengnya.

"Buat apa aku bercanda, tak ada untungnya, aku sampai dilema saat diriku jadi incaran Vuoto, apa aku bisa selamat dari Vuoto hingga bisa merasakan yang namanya pernikahan. Aku yakin. Sosok Vuoto tak akan membiarkan ku hidup, dan aku hanya akan menjadi hantu perawan penunggu rumah ini, syukur-syukur kalau dibunuh di ruang tamu, gentangan di ruang tamu cukup elit, tapi kalau dibunuh di kamar mandi, setiap hati aku gentayangan di tempat bau," ungkap Bigael. Ia menghentikan makannya mengingat nasib naas yang menanti. tak lama ia kembali melanjutkan makan.

"Berarti harus di seriusin, bagaiman kalau kita menikah!"

Uhuk! Bigael kembali tersedak nasi, mendengar ucapan Lucas.

"Apa aku tidak salah dengar?" tanya Bigael memastikan. Ia tak mau jika dalah dengar dang kegeeran sendiri.

"Apa kamu memiliki gangguan pendengaran? Kalau ia akan kuulang," balas Lucas.

Bigael diam seribu kata, haruskah ia bahagia, tapi kondisi saat ini tak terlalu mendukung.

"Bisakah aku mendengarnya sekali lagi, aku hanya ingin memastikan ucapanmu benar atau tidak." Lucas tersenyum ia memegang tangan Bigael menatap matanya. Keduanya saling tatap cukup lama.

"Maukah kau menikah denganku," ulang Lucas. Wajahnya menunjukan ekspresi serius.

"Kenapa aku? Maksudnya kita baru kenal, kenapa bisa kau mengucapkan mantra ajaib itu," tanya Bigael. Ia menginginkan jawaban agar hatinya yakin. Bigael memang ada rasa tapi itu belum cukup untuk bersama.

"Karna orang itu 'kau' makanya aku mau. Memang kau benar, kita baru kenal beberapa hari, tapi tipe wanita yang kucari selama ini ada padamu.
Aku juga bingung kenapa harus jatuh hati pada wanita yamg baru kutemui, bukan wanita lama yang bahkan sangat mencintaiku. Kembali lagi pada hati. Ia yang menentukan."
Bigael menunduk. Pertemuan mereka cukup singkat untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, tapi bukankah ia berhak untuk bahagia, karena mungkin saja kedepannya tak ada kata bahagia.

Tak menjawab secara lisan, Bigael hanya mengangguk. Anggukan itu menjadi jawaban atas semuanya.

"Terimakasih," ucap Lucas mencium punggung tangan Bigael.

Dari luar dapur beberapa orang terdiam, menatap acara lamaran dadakan, terdengar bisik-bisik dari pengintip.

"Mereka tidak boleh bersama!" ucap salah satu diantara pengintip-pengintip itu. Dia bukan lain Deren.

"Jangan bilang kau cemburu, mereka bersama," balas Vyra. Ia menatap Deren yang tak setuju Bigael dan Lucas bersama.

"Bukan seperti itu, di rumah ini sedang ada teror apakah sempat mereka memikirkan kebahagiaan mereka! Sedangkan kita setiap malam takut akan jadi korban!" kesal Deren pergi.

"Itu sih kau, kmi santai setelah mendapat penjelasan dari kedua pasangan itu kalau pembunuh Vuoto hanya membunuh sesuai Abjad nama. Lagian bilang saja kalau kau cemburu. Aku pernah melihatnya menatap Bigael tanpa berkedip. Aku yakin pria itu menyukai Bigael," ucap Thony.

"Berarti pria tadi cemburu karena pujaan hatinya di ambil pak penjaga kos," tambah Vyra.

"Sepertinya begitu, kisah Cinta segi tiga."

Sarapan memang sederhana, hanya nasi goreng, tapi suasana hati keduanya berbunga-bunga membuat sarapan itu terasa istimewa.

"Mau mandi duluan?" tanya Lucas.
"Tidak, aku mau membersihkan ini dulu, silahkan kalau mau," jawab Bigael. Lucas bangkit dari duduknya. Ia berjalan memutari meja makan, mengelus kepala Bigael.

"Aku mandi dulu," ucap Lucas menjauh. Orang-orang yang mengintip seketika kabur tunggang langgang, tak mau Lucas tahu kalau mereka mengintip.

Bigael memegang dadanya yang berdetak tak karuan, hanya elusan dikepala membuat dadanya berdetak kencang apalagi jika hal lebih. Bigael menutup wajahnya menggunakan kedu telapak tangan.

"Cie yang lagi kasmaran," goda Vyra memasuki dapur. Sungguh ucapan Vyra membuat Bigael malu untuk melepaskan kedua tangannya.

"Jangan menggodaku!" bisik Bigael malu.

"Wajar sih, bahagia di sela ketakutan akn Vuoto, tapi aku mendukungmu. Semoga kalian sampai pelaminan dan jangan lupa mengundangku." Bigael mengangguk pelan.

He's In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang