Pelaku

1 2 0
                                    

Benar kata Lucas ia begitu fokus hingga lupa waktu, tapi kehidupan Lucas cukup seru untuk di ketahui.

Lucas mendekatkan dirinya menatap foto yang masih Bigael pegang.

"Itu foto waktu masih sekolah dasar, bagaimana imut kan diriku, bisa menghasilkan bibit unggul. " Bigael terdiam entah mengapa setiap ucapan yang keluar dari mulut Lucas sukses membuatnya merona.

"Sepertinya kehidupanmu di prancis Bagus, kenapa bisa terdampar disini?" tanya  Bigael sambil kembali membuka lembar album.

"Tahu kan pemilik rumah ini pamanku, dia konglomerat yang tak memiliki keturunan, ia menjanjikan rumah ini padaku jika aku siap tinggal disini. Coba lihat, rumah yang berdiri pinggiran kota, taman yang luas dan asri, rumah Mega, jika aku mampu bertahan hingga ia tiada maka semua aset miliknya jatuh kepadaku. Karena tak mau tinggal sendiri di rumah mewah ini, aku buka untuk kos saja, dapat teman agar tidak kesepian, setiap bulan dapat sewa dan juga cita-cita besar menunggu di depan sana, dapat jodoh lagi, " ungkap Lucas.

"Tapi kenapa kau tidak bekerja, bukannya kamu dulu bekerja di rumah sakit kenapa berhenti. "

"Mau bebas saja, tinggal dirumah sambil berkebung tidak terlalu buruk, lagian siapa yang akan mengurus rumah ini jika aku kerja, tahu sendiri kan kerjaan seorang dokter itu seperti apa, susah untuk tinggal di rumah. Tak usah khawatir aku bisa menghidupimu tanpa harus bekerja, " goda Lucas. Bigael menatap Lucas tak suka.

"Masa depan yang suram sekali, apa aku harus berfikir ulang untuk menerima lamaranmu, " ejek Bigael bercanda. Lucas memeluk leher Bigael dari belakang.

"Sayang, jawabanmu sudah terkunci bahwa kau menerima lamaranku," balas Lucas. Ia mengelus rambut wanita yang ada didepannya. Jika melihat waktu yang lewat, mereka sudah lama kenal tapi tidak akrab, karena adanya pembunuhan Vuoto barulah keduanya jadi dekat bahkan merasa cocok untuk satu sama lain, Cinta tidak mengenal siapa yang paling lama tetapi ia menerima dia yang datang dan membuat nyaman. Begitulah perasaan Bigael dan Lucas yang sedang yang kasmaran.

"Aku tidak mau loh hidup dengan pengangguran, aku cukup matre untuk hidup denganmu. " Lucas memutar kursi yang Bigael gunakan.

Saat keduanya saling bertatapan Lucas membelai wajah Bigael.
"Aku cukup punya harta untuk menghidupimu tanpa kerja, "ucap Lucas ia menggerakan tangan kebelakang meraih album foto tadi, ia mencari sebuah foto dalam album itu. Saat mendapat foto yang di inginkan Lucas memperlihatkan pada Bigael, sebuah foto keluarga. Tampak Lucas berdiri paling tengah diapit dua orang tua rentah.

"Dia kedua orangtuaku, keduanya pengusaha, mereka melahirkanku saat usia mereka sudah senja, tuhan mengabulkan doa mereka untuk memiliki anak, saat aku kuliah Yang maha kuasa mengambil nyawanya, dan tahu mereka meninggalkan harta yang cukup banyak, dan paman, adik dari ibuku juga akan mewariskan hartanya untukku, apa penjelasan ini bisa mengobati jiwa matremu? " tanya Lucas, jarak keduanya cukup dekat. Bigael mengangguk.

Jarak itu semakin terkikis. Membuat dirinya dan Lucas berada dalam jarak yang panas. Lucas meraih Bigael lalu menggendongnya . Keduanya larut dalam aksi panas.

Bigael menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal, kesadarannya kembali kenapa bisa ia sampai terbawa suasana dan kini berada dalam satu selimut tanpa sehelai benang.

"Apa yang harus kulakukan! Ini tidak wajar untukku! Ya walau cukup wajar untuk Lucas yang memiliki pergaulan bebas, bodoh, goblok!" batin Bigael mengutukki dirinya sendiri karena dengan gampangnya tergoda oleh situasi semalam tadi.

"Kenapa?" tanya Lucas yang baru bangun tidur. Bigael menggeleng lalu menyembunyikan kepalanya di balik selimut.

"Jangan takut setelah masalah Vuoto selesai aku akan menikahimu langsung, aku janji."

"Aku tidak takut, hanya malu, " bisik Bigael. Lucas tersenyum ia bangkit dari ranjang,
"Aku mandi terlebih dahulu, atau mau mandi bersama? " ajak Lucas.

"Tidak, silahkan mandi terlebih dahulu. "

Sibuk dalam kamar Lucas sampai tidak memperhatikan jika kini kondisi depan kamarnya berantakkan. Tanah yang berserakan di depan pintu dengan tulisan di lantai 'kau harus mati! '
Lucas keluar dari kamar langsung terdiam menatap tulisan itu.

"Siapa yang melakukan ini! " geram Lucas, ia menghapus tulisan itu, tak mau jika Bigael melihatnya, bisa kumat rasa takut Bigael.

"Ada apa? " tanya bigael ia terdiam menatap kotoran yang ada didepan kamarnya, Bigael tahu ini semua pasti ulah Deren.

"Awas kau, " umpat Bigael. Ia berjalan kearah tangga, untuk menemui Deren dilantai atas. Dirinya sudah tak kuat merasakan teror yang diberikan oleh Vuoto, menurut Bigael Vuoto itu Deren.

"Buka! Keluar kau! " teriak Bigael. Lucas yng mengikut dari belakang menahan tangan Bigael.

"Jangan, kita bicarakan baik-baik, kita tidak boleh menuduh Deren pelakunya, " ucap Lucas menenangkan.

"Tapi dia pelakunya aku yakin, " balas Bigael.

Pintu kamar Deren terbuka, dengan kurang ajarnya Bigael mendorong Deren lalu menerobos masuk.

"Aku tahu kau adalah Vuoto, dan kau yang mengotori depan kamar Lucas! " tuduh Bigael. Deren gemetar ia mendorong tubuh Bigael.

"Kau wanita kotor! " teriak Deren tak mau kalah.

"Dasar manusia sampah, beraninya main sembunyi, apa motifmu menerorku terus!" teriak Bigael mendekati Deren.

"Teror? Sejak kapan saya menerormu, "

Bigael meraih kain yang tersembunyi di bawah ranjang, pakaian kotor penuh noda tanah. "Ini apa! Kau yang melakukannya, mengotori lantai depan pintu." Bigael melempar bukti pakaian kotor itu kedepan Deren.

Lucas menatap Deren kesal.
"Ternyata kamu pelakunya. "

He's In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang