Dia penguntit

4 2 0
                                    

Malam yang sunyi, terasa mencekam. Angin berhembus kencang suara derunya membuat siapa saja merinding. Dingin menusuk kulit akibat suhu yang menurun akibat turunnya gerimis. Orang-orang akan berada dalam kamar menutup diri dari dingin, tapi tidak dengan Lucas dan Bigael. Keduanya berdiri di samping mayat mayat korban Vuoto. Keduanya mencari beberapa benda yang bisa dijadikan bukti.
Lucas tersenyum menatap kayu yang dulu digunakan Vuoto untuk membunuh Ami. Kayu itu akan digunakan Lucas sebagai bukti.
"Ini bukti kedua," ucap Lucas. Bigael menatap kayu itu lalu kembali menatap Lucas.
"Bukti pertamanya apa?" tanya Bigael, karena tak melihat benda yang bisa disebut bukti pertama. Lucas meraih selembar kain tampak kain itu terdapat bercak,  "dilihat secara sekilas bercak ini seperti darah, tapi jika kau menciumnya, tercium bau sedikit menyengat. Cairan ini sering digunakan pada kayu, untuk di poles, dan aku menemukan noda ini di ranjangngmu, aku berfikir orang itu sedang memegang bahan ini lalu ke tempatmu hingga tertinggal jejek. Setelah mendapat bukti ini, aku ingat kalau Ami terbunuh dengan kayu, lihat hanya orang hebat yang bisa mengukir tulisan di atas kayu kecil ini. Dan lagi kayu ini sering digunakan sebagai boneka kayu hias." Bigael menggabungkan penjelasan Lucas.
"Berarti orang iti tahu seni, dan bicara soal boneka. Bukankah tetangga sialanku itu kerja di...." Bigael menutup mulutnya takut jika orang lain dengar. Sedangkan Lucas mengangguk pelan benarkan ucapan Bigael.
"Dan bukankah Vuoto membunuh menggunakan Kayu, hampir setiap pembunuhannya menggunakan bahan kayu, dari Anita. Walau kematian Anita sadis karena dagingnya tercincang tapi tidakkah kau lihat beberapa bekas tusukan di tubuhnya ini." Lucas membuka peti penutup mayat Anita. Bigael menutup hidungnya lalu beri kode agar peti itu tertutup.
"Aku mendapatkan disetiap luka adanya serbuk kayu, mungkin kayu yang di gunakan Vuoto sehingga kulit kayu yang rapuh tertinggal. Dirumah ini selain pohon belakang, tak ada tempat untuk mendapat kayu. Malam kematian Anita aku menyapa Deren yang pulang dengan barang-barang aneh ditangannya, ini menurut penyelidikan singkatku, kita tidak bisa menuduh jika tak ada bukti akurat. Apalagi Deren mungkin bisa mengelak dari tuduhan, karena hampir semua pembunuhan yang ada, ia tidak ikut campur, kita harus mengumpulkan bukti lebih."
Tak heran jika Deren pembunuhnya, sifat pria itu berbeda dengan yang lain.  Mungkin akibat diam Deren memiliki penyakit lain, atau ganguan kejiwaan.
"Aku dari awal mulai curiga pada Deren. Ia tak mau di introgasi. Malam saat pertama kalinya aku di teror ia berdiri didepan kamarku dengan boneka mengerikannya dan juga hanya Deren yang memiliki tinggi badan setara denganku, karena Vuoto hanya setinggi diriku." Lucas mendengarkan.
"Kita harus mencari bukti lebih, ayo kita kekamar Margaret, Aku belum mengeceknya disana."
Bigael mengikuti Lucas. Ia berdiri di belakang Lucas sambil menatap kanan kiri. Tangan Bigael menarik kaki baju Lucas saat dirinya mendapati Deren mendongakkan kepala di pintu kamarnya.
"Ada apa?" tanya Lucas.
"Aku melihat Deren menatap kita di balik pintu kamarnya, soalnya tadi aku tak sengaja menangkap tindakannya itu," bisik Bigael. Lucas melirik kearah pintu kamar Deren di mana daun pintu itu tidak rapat, pas untuk seseorang mengintip.
"Jangan hiraukan, " balas Lucas berbisik.
Keduanya berada di depan kamar Ami, Margaret. Dilantai atas ada beberapa kamar. Milik Deren, Bigael, Ami, Dinael, Margaret dan Vyra. Kamar margaret berada paling ujung. Menggunakan kunci cadangan keduanya berhasil masuk.
Terlihat pemandangan sama seperti kamarnya, Bigael menggeleng pelan.
"Apa sosok Vuoto itu suka sekali memberantakan barang?" bisik Bigael.
"Kalau suka merapikan barang bukan Vuoto namanya, masa ia mau bunuh dengan kondisi rapi, tidak kesampaian," balas Lucas. Ia menatap setiap sudut kamar Margaret.
Kamar itu memang berantakan tapi tak meninggalkan bukti, karena Margaret terbunuh bukan dalam kamar.
"Kita kekamar Ami," Tambah Lucas. Keduanya keluar dari kamar berantakan itu,  tanpa membersihkan, lagian membersihkan tak ada gunanya, penghuninya juga sudah mati dan tak ada rencana untuk menambah sebelum Vuoto itu ketemu.
Hanya berjalan beberapa langkah Bigael dan Lucas sampai depan kamar Ami. Anehnya kamar yang semula terkunci kini terbuka.
"Sepertinya kamar Ami menjadi tempat Vuoto bersembunyi, lihat aku belum membuka kuncinya tapi pintu ini sudah bisa dibuka," bisik Lucas. Pria itu langsung membuka kamar Ami. Betapa kaget Lucas ternyata kamar Ami terhias beberapa senjata. Dinding kamar yang terpajang senjata tajam.
"Tunggu apa semua ini, sudah tempatnya jorok senjata tajam juga ada banyak." situasi dalam kamar Ami memang menjijikan. Dilantai yang putih terhias beberapa lumpur, mereka yakin kamar Ami menjadi tempat Vuoto sembunyi, dan bodohnya mereka tidak mencari kedalam kamar Ami.
"Tunggu apa ini?!" ucap Bigael memegang sebuah lubang di dinding. Lubang itu cukup besar bisa di pakai mengintip.
Bigael mengarahkan mata pada lubang itu. "Astaga!" panik Bigael saat mengintip ia melihat sebuah mata yang juga mengintip kearahnya.
"Kita di perhatikan!" ucap Bigael panik. Lucas berlari kearah Bigael ikut menatap lubang kecil itu. Pandangan yang dilihatnya adalah situasi kamar Bigael.
"Lobang ini Vuoto gunakan untuk memantaumu dan dia sedang ada di kamarmu!" Lucas berlari keluar kamar Ami, dan masuk kekamar Bigael.
"Dia baru saja dari sini!" ucap Lucas.

He's In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang