Selamat

1 2 0
                                    

Malam sunyi dengan udara yang dingin menusuk tulang. Disaat semuanya tertidur, Deren harus berusaha bertahan hidup dari kejaran Vuoto. Seharusnya ia merasakan udara dingin, tapi sayang karingat akibat berlari membuat tubuh Deren kepanasan.

"Tunggu aku!" panggil Vuoto dengan nada mengejek.
Jangankan untuk menatap kebelakang fokus kedepan saja ia hampir terkejar.

"Sial aku harus lari kemana?" batin Deren mencari tempat perlindungan. Sedikit lagi ia sampai di depan pintu utama, jika ia lolos masuk, kamar Lucas dekat pintu. Ia bisa meminta pertolongan.

Tinggal sedikit lagi Deren sampai, sayang lemparan yang dilakukan Vuoto mengenai kaki Deren hal itu mengakibatkan Deren terjatuh.

Dengan cepat Vuoto meraih kaki Deren. Karena hanya sebelah yang di pegang, kaki sebelahnya lagi Deren gunakan untuk menendang Vuoto.

Bukannya terlepas Vuoto malah menangkap kaki Deren sebelah.

Dengan menggunakan sikut, Vuoto mematahkan kaki Deren sebelah. Hal itu membuat Deren menjerit kesakitan. Rasa sakit terasa, begitu terdengar suara tulang patah.

"Argh!" tekan Deren ia meraih belatih yang di ikatkan ke pinggang lalu menebaskan ke arah Vuoto.

Tipis, gerakan Deren terbaca membuat Vuoto bisa menghindar. Sayangnya hal itu membuat Deren memiliki kesempatan untuk lari, dalam sekejab mata Deren subah bangkit dan berlari menjauh.

Walau rasa sakit menyerangnya Deren sekuat tenaga bangkit dan berlatih ke pintu utama. Ia harus menemui seseorang siapapun itu, tanpa pertolongan orang lain Deren takan bisa hidup. Saat ini saja ia sudah sulit bergerak, kakinya patah.

"Kurang ajar!" geram Vuoto bangkit ia langsung berlari. Melihat Vuoto berlari Deren memaksakan kakinya untuk lari. geramannya terdengar memenuhi lorong rumah larrna menahan sakit.

Deren sampai di pintu sayang pintu itu terkunci di dorong pun sulit terbuka.

"Siapapun tolong Buka!" teriak Deren memukuli pintu ia bahkan menggedor agar pintu terbuka dan berharap siapapun bisa dengar.

"Buka pintunyaa!" teriak Deren ia mendobrak pintu sayang pintu itu kuat sekali.

"Tamat riwayatmu," cengir Vuoto. Ia memegang berlatih yang Deren lepaskan tadi. Dengan ancang-ancang Vuoto melempar Berlatih itu.

Deren menutup mata, tamatlah riwayatnya, Deren pasrah jika harus mati setidaknya ia sudah berusaha keras untuk selamat.

Buak!

Tubuh Deren jatuh bukan karena berlatih itu tertancap, melainkan pintu yang dijadikannya sandaran terbuka dari dalam. Sehingga grafitasi Deren  berantakan. Belatin itu tertanap di pintu.

"Kau kenapa?" tanya Lucas membuka lebar pintu. Deren mendongakkan kepala menatap orang yang membuka pintu, ternyata Lucas. Rasa lega luar biasa di radakannya. Deren bernafas lega sekalian merebahkan dirinyakarena merasa sudah aman.

"Aku baru bertemu Vuoto, untung kau datang," ucap Deren mengatur nafasnya yang sedari tadi kacau.

"Vuoto? Dimana dia sekarang?" tanya Lucas menatap sekeliling.

"Entah dia kemana tapi aku bersyukur dia sudah hilang setidaknya hidupku selamat." Lucas membantu Deren untuk bangun.

"Kau cedera?" tanya Lucas melihat Deren jalan pincang.

"Tadi Vuoto mematahkan kakiku, aku yakin butuh waktu untuk sembuh." Awalnya cuma ingin membangunkan dari posisi rebahan, tetapi melihat kaki Deren pincang membuat Lucas membantu Deren berjalan.

"Kenapa kau bisa ada diluar?" tanya Lucas mendudukan Deren di kursi.

"Dia datang di kamarku, aku langsung lompat dari jendela," jelas Deren menatap kaki yang patah dan juga beberapa luka gores.

"Siapa Vuoto? Dia hanya bergerak malam hari, takut identitasnya terungkap, menurutmu siapa Vuoto itu?" tanya Lucas.

"Ada apa?" tanya Bigael keluar dari kamar Lucas, penampilan Bigael berantakan khas orang baru bangun tidur.

"Vuoto berulah, dia menyerang Deren," jelas Lucas. Bigael menatap Deren tubuh pria itu masih gemetar mungkin efek tegang karena bertemu pencabut nyawa nya.

"Sebaiknya dia di tangani lebih dulu. Kita bersihkan lukannya lalu membuatkan gips darurat untuk kakinya," ucap Bigael. Lucas mengangguk.

"Tak perlu cukup kalian menjagaku malam ini, bisa minta tolong antar aku ke kamarku, kamarku terkunci dari dalam. Aku sepertinya aman jika berada dalam kamarku." lucas mengangguk ia membantu Deren berdiri, sama seperti Bigael ia membantu Deren ke kamarnya, walau mereka kurang akur tapi di saat seperti ini mereka harus saling tolong menolong.

Lucas membuka pintu kamar Deren menggunakan kunci cadangan.

"Terimakasih bantuannya, bisa cek kamar mandi siapa tahu Vuoto sembunyi di dalam sana, juga dalam lemari." Lucas mengerti ia berjalan kearah kamar mandi sedangkan Bigael mengecek di lemari.

Tak ada siapapun di dalam kamar mandi, semuanya kosong.

Bigael membuka lemari alahkah terkejutnya saat membuka pintu. Boneka yang dulu berdiri di depan kamar Bigael, kini berdiri dalam lemari.

"Kya!" kaget Bigael. Lucas segera menatap kearah Bigael.

"Ada apa?" tanya Lucas membantu Bigael bangun.

"Astaga boneka ini membuatku jantungan!" kesal Bigael ia bangkit lalu menendang boneka itu.

"Apa yang kau lakukan pada bonekaku!" de javu. Pertanyaan yang sama saat Bigael dulu menendang bonekanya.

"Kalau aku jantungan apa kau akan tanggung jawab! Lagian boneka jelek kok disimpan dalam lemari, kau buang saja!" kesal Bigael kembali menendang boneka itu.

"Kau bilang jelek, dia cantik lihat wajah dan rambutnya." Bigael menatap seksama.

"Dari segi mana? wajah dan penampilannya mirip kuntilanak kau bilang cantik, sepertinya otakmu gangguan. Ayo pergi jangan sampai dia jatuh Cinta kepadamu," ucap Bigael memegang tangan Lucas lalu menyeretnya keluar kamar.

"Kunci sendiri, kami akan pergi."
Deren bangun ia mengunci pintu kamar.

"Aku harus bergerak." batin Deren maraih ponselnya.

He's In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang