Kutukan keluar dari mulut Bigael, teror yang dirasakannya seakan tiada putusnya, menggangu ketenangan jiwa Bigael.
"Brak!" pintu tertutup dengan keras menimbulkan bunyi berdentum yang mengagetkan, suasana menakutkan langsung dirasakan Bigael.
"Siapa disana!" teriak Bigael, ia berjalan pelan kearah pintu, membuka pelan pintu kamar mandi itu.
Baru saja pintu itu tertutup, dan kondisi ranjang Bigael kembali berantakan. Melihat itu Bigael kesal.
"Siapa kau yang menjadi Vuoto, apa salahku sehingga kau mengangguku!" jerit Bigael, "kenapa kau tidak memberiku ketenangan! Bahkan siang hari pun kau meneroroku! Sama sekali tak ada waktu aman untukku! Keluar cepat, bunuh aku! Lama-lama hidup membuatku gila! Ujung-ujungnya juga bakal mati! Mana kau Vuoto sialan! Tunjukan wujudmu!" teriak Bigael histeris, ia sudah tak tahan akan teror yang tak ada hentinya.
Lucas yang baru keluar kamar terdiam syok mendengar jeritan dari lntai atas. Refleks Lucas berlatih kearah sumber suara. Dengan begitu cepat Lucas menaiki tangga, ternyata suara jeritan tadi berasal dari kamar Bigael.
Tampak beberapa penghuni lainnya berdiri di depan kamar Bigael, mendengarkan wanita itu berteriak. Tak ada yang berani untuk masuk memastikan jiwa wanita itu baik-baik saja.
"Kenapa kalian diam saja! Seharusnya kalian mengeceknya!" bentak Lucas.
Lucas langsung menggoyangkan gagang pintu berencana membuka tapi pintu itu terkunci."Bigael! Buka pintunya!" teriak Lucas sambil memukul pintu kamar Bigael.
Tak ada respon dari dalam, suasana seketika sunyi."Sepertinya dia sudah tewas," bisik Pria agak berisi.
"Mau bagaimana lagi, sudah jadwal urutan namanya jadi korban, kita ini harus siap-siap menunggu giliran untuk jadi korban," balas pria lainnya. Lucas menggeleng pelan, ia mengambil ancang-ancang lalu mendobrak pintu Bigael.
Beberapa kali Lucas mendobrak pintu Bigael, tapi susah untuk dibuka.
Rumah yang mereka tempati memang dibuat kuat agar tidak mudah di tembus orang jahat, tetapi malah rumah ini menjadi tempat orang jahat itu bersembunyi.
"Kalian jangan diam menyaksikan saja, bantu aku membuka pintu ini!" bentak Lucas. Yang lain saling tatap, lalu ikut bergerak membantu Lucas. Hanya hitungan detik pintu kayu itu terbuka.
"Bigael!" panggil Lucas ia mencari seisi kamar. Dan lagi penghuni lain hanya berdiri sebatas pintu, mereka tidak berani melangkahkan kaki memasuki kamar Bigael.
"Lucas, Bigael ada disana, ada di bawah sana." tunjuk Vyra kearah lantai dimana Bigael terbaring tidak sadarkan diri.
"Apa yang sudah terjadi!" Lucas menatap ke sekeliling kamar dimana situasi yang sangat kacau, bahkan kamar mandi tidak kalah mengerikan dengam dua kucing mati yang tergantung.
"Cepat bawa Bigael keluar dari sini!" perintah lucas, tak ada satupun yang mengindahkan perintah Lucas.
"Maaf kami masi menyayangi diri kami, melihatnya masih hidup cukup bagi untuk tidak ikut campur lebih jauh, kami yang orang asing untuknya, silahkan berduaan dengan Bigael." orang-orang bubar setelah melihat kondisi Bigael baik-baik saja.
"Kalian Egois memikirkan diri sendiri. Silahkan pergi dari sini tinggalkan kami berdua saja," usir Lucas. Tanpa di usir pun orang-orang itu sedia pergi, apalagi sampai harus di usir, suatu kesyukuran yang tak perlu di ucapkan.
"Bigael! Bangun!" Lucas menepuk pipi Bigael, supaya wanita itu bangun. Tak ada respon.
"Bigael! Bangun! Apa yang terjadi disini!" ucap Lucas lagi. Ia tahu jika Bigael tak akan menjawabnya karena sedang tak sadarkan diri.
"Silahkan menikmati mimpinya," bisik Lucas menutup hidung Bigael.
Merasa kekurangan oksigen, mata Bigael terbuka, ia bangkit dari tidurnya lalu mencoba menghirup udara sebisanya, mengisi oksigen ke paru-paru nya.
"Sudah sadar?" Bigael menatap Lucas yang setengah jongkok disampingnya.
"Aku, kenapa bisa tidur di lantai?" Lucas kenaikan sebelah alisnya heran.
"Kau tadi berteriak, setelah itu sudah tak sadarkan diri? Seharusnya aku yang bertanya 'kenapa kau tidur dilantai?' " Bigael mencoba mengingat kejadian terakhir."Oh ia aku sedang kesal dan aku merasa pundakku tertusuk," jelas Bigael. Lucas menatap pundak Bigael. Benar di pundaknya tertancap sebuah Jarum.
"Jarum bius, dimana Vuoto bisa menemukan semua benda ini. Dan jarum bius seperti ini hanya tenaga kesehatan yang tahu, dan dirumah ini hanya aku mantan tenaga kesehatan. " Bigael mencoba mengingat.
"Kenapa jejek Vuoto sangat sulit dipecahkan," bisik Bigael. Ia menunduk usahanya sia-sia tak ada bukti tentang Vuoto.
"Kita bisa gunakan jarum ini." Bigael menatap Lucas. Pria itu berdiri, berjalan menelusuri kamar Bigael.
"Caranya memang rapi, tapi pasti memiliki cela. Sepandai-pandainya tupai melompat pada akhirnya akan jatuh juga. Aku menemukan satu bukti." Lucas tersenyum seakan mendapatkan angin segar.
"Semoga bukti itu bisa menunjukan siapa sosok Vuoto yang sembunyi dibalik semua ini, aku sungguh tidak tahan. Keluargaku juga sudah khawatir karena aku belum pulang-pulang juga. Mari kira selidiki bersama, kita ungkap siapa Vuoto itu," ucap Bigael semangat. Lucas meletakkan tangannya keatas kepala Bigael.
"Belajar berani dulu, baru bilang ingin menuntaskan kasus Vuoto. Vuoto itu bukan orang sembarangan." Lucas mengingatkan lagi.
"Heheh aku tidak takut karena ada kamu, berdua lebih baik dari pada sendiri. Saat aku takut kau akan ada e menenangkanku." Lucas memegang wajahnya, menutup dari tatapan Bigael, ekspresi dan tingkah Bigael begitu imut dimata Lucas.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's In The Dark
Mystery / ThrillerRate: 17+ menceritakan seorang gadis yang berusaha bertahan hidup dari teror pembunuh berantai. pembunuhan itu terkenal dengan nama pembunuhan Vuoto. karena di setiap korban si pembunuh meninggalkan kode Vuoto yang artinya hampa. pembunuhan yang be...