Tatapan tak suka Derem berikan. Kehadiran Bigael di dalam kmarnya buat kekesalan Deren meningkat.
"Siapa yang menyuruhmu masuk, disini adalah kamarku daerahku!"seorang Deren ia melempar pakaian tadi ke wajah Bigael, sedikit hilang konsentrasi karena Deren melemparinya dengan pakaian yang masih terdapat debu.
Debu itu memasuki mata Bigael dan satu gerakan Deren mendorong tubuh wanita itu kebelakang. Sedikit saja, andai Lucas tidak menahan maka Bigael sukses terjun bebas ke lantai."Apa yang kau lakukan! Pecundang!" kesal Lucas.
"Bukankah kalian lebih pevundang datang ke kmar orang lalu langsung menguasai, berdua pula, apa kalian ingin mengeroyok ku!" balas Deren.
Dada pria itu naik turun menandakan sedang mengatur emosi yang berkecamuk."Lebih baik kalian keluar dari sini!" husir Deren, tak ada tanggapan Lucas membawa Bigael keluar kamar.
"Aku memperingatkanmu, jangan terlalu dekat dengan wanita itu karena nyawamu akan terancam!" teriak Deren memperingatkan.
"Kenapa kau yang tahu nyawaku akan terancam, apakah kau Vuoto killer yang akan menargetkan ku sebagai korban selanjutnya," tanya Lucas dengan tekanan. Deren terdiam.
"Lebih baik kalian pergi, jangan mengganggu ku!" Deren menutup pintu kamar. Bigael kesal dirinya kehabisan kata-kata menghadapi pria aneh tadi.
"Sialan, benar-benar gila! Jelas-jelas sudah meneror, sekarang malam menakuti, semua bukti yang terkumpul akan ku kirim ke pihak kepolisian agar kau segera di tahan!" kesal Bigael. Ia berjalan meninggalkan Lucas.
Bagaimana tak kesal, hampir seminggu Bigael takut karena menjadi target pembunuhan selanjutnya, ternyata si peneror bukan lain pria aneh yang mungkin saja memiliki penyakit kejiwaan.
"Jangan mendekatiku! Nyawamu bisa terancam!" teriak Bigael saat Lucas mendekatinya.
"Kenapa aku yang kau salahkan, bukan aku yang berkata demikian," balas Lucas ia mendekati Bigael enenngkan kekasihnya dengan cara memeluk. Penghuni lain yang mengintip keributan sejak tadi langsung bubar menatap hal romantis.
"Benar kata Deren aku ini berbahaya, Vuoto bisa saja ikut mbunuhmu karen terlibat denganmu, lebih baik kau menjauh dariku, biarlah malam ini aku tewas agar selanjutnya Deren ikut tewas!" ucap Bigael.
Lucas menggeleng, "Bagaimana jika kau mengorbankan nyawa berharap korban selanjutnya adalah Deren, tapi malah deren pelakunya. Mustahil pembunuh membunuh dirinya sendiri lebih baik kau tenngkan diri dulu, jngan mendengarkan kata-kata Deren," ucap Lucas lrmbut menenangkan.
"Lau sangat berharga untuk ku relakan tewas di tangan Vuoto, apapun caranya aku akan melindungimu," ucap Lucas meyakinkan. Bigarl mengangguk ia berjalan memasuki kamar untuk istirahat.
Lucas menatap ke lantai atas dimana Deren berdiri menatapnya. Tatapan pria itu sulit di deskripsikan, seakan ingin menyampaikan sesuatu.
"Tak perlu meladeninya dia hanya pria aneh, biarkan pihak kepolisian yang mengambil alih," batin Lucas membersihkan kotoran depan pintunya.
Butuh waktu untuk rumah itu bersih, bukan cuma kekacauan depan kamar Lucas beberapa tempat lain dibuat terhambur entah apa maksudnya.
"Bisa bicara berdua." seorang wanita yang bukan lain Vyra, ia merasa kasihan pada Bigael, dan ingin memberitahu sesuatu pada Lucas.
"Bisa mau bicara apa?" tanya Lucas.
Vyra memperlihatkan sebuah jam tangan, jam iti digenggamnya."Saat Margaret mati, aku menemukan jam ini ada didalam pakaian dalamnya,sealan barang ini ia simpan baik sebagai bukti siapa sosok Vuoto itu." Lucas memegang jam tangan dilihat dari desain jam itu khusus untuk pria.
"Aku sudah bertanya pada penghuni pria lainnya mereka tidak ada yang mengaku memiliki jam ini," jelas Vyra.
"Kenapa baru sekarang kau memberiahuku, kita bisa gunakan bukti ini untuk menemukan Vuoto." Vyra memegang lengannya menatap kebawah.
"Itu karena aku belum percaya pada kalian, aku tak mau jika menunjukkan bukti ini dan ternyata kau sendiri pembunuhnya, bukankah itu sama saja menggali kuburan sendiri, aku belum mau mati." ucap Vyra. Lucas menepuk kepala Vyra.
"Percayakan padaku! Terimakasih karena sudah percayaiku," ucap Lucas berterimakasih.
"Andai tidk percaya pada Bigarl mungkin aku masih menyembunyikan bukti ini. Aku harus kembali." Vyra pergi, tak mau orang lain melihat dan menunjukkan kesalah pahan. Baru saja memasuki rumah Deren menghadang Vyra. Ia memegang kera baju Vyra denga wajah marah.
"Kenapa kau memberi bukti pada pria itu," Ancam Deren, sedari tadi ia mengikuti Lucas.
"Kau melihatnya dasar penguntit!" kesal Vyra mendorong tubuh Deren, agar dirinya terlepas dari cengkram Deren.
"Kau wanita goblok! Awas saja kau, kau membuat semuanya berantakan!" kesal Deren.
"Apa yang kau lakukan pada Vyra!" sergah Lucas ia melayangkan tinju pada wajah Deren.
Tubuh Deren ambruk dalam satu serangan, darah segar mengalir di ujung bibirnya.
"Pria sialan, awas saja kau, kau akan menyesal kemudian hari!" kesal Deren bangkit, tak ada niat membalas Deren langsung pergi.
"Terimakasih, atas bantuannya," ucap Vyra metapikan pakaiannya.
"Pria itu memang perlu diberi pelajaran! Kau tak apa kan? Tak ada luka?" Vyra menggeleng.
"Kau cukup cepat menolongku, terimkasih lagi." Vyra meninggalkan Lucas.
"Terimakasih untuk bukti akurat ini, tinggal menyelesaikannya. Tunggu akhir ceritanya Deren, permainanmu sudah berakhir."
KAMU SEDANG MEMBACA
He's In The Dark
Mystery / ThrillerRate: 17+ menceritakan seorang gadis yang berusaha bertahan hidup dari teror pembunuh berantai. pembunuhan itu terkenal dengan nama pembunuhan Vuoto. karena di setiap korban si pembunuh meninggalkan kode Vuoto yang artinya hampa. pembunuhan yang be...