teror Vuoto

1 2 0
                                    

Deren memasuki rumah ada sesuatu yang memenuhi dadanya, terlihat jelas guratan khawatir di wajah Deren, sesekali berjalan kesana kemari.

Tok!tok!tok!

Sebuah ketukan di pintu mengalihkan perhatian Deren, ia menatap pintu kayu.

"Siapa lagi malam-malam mengganggu!" kesal Deren. Ia meletakkan ponsel lalu membuka pintu kamar.

"Bruak!"

Tepat saat Deren buka pintu sosok tertutup berdiri dan langsung melayangkan pukulan, Deren yang kaget reflek mundur. Tapi kakinya tidak sengaja membentur benda dn terjatuh lah Deren!

"Kau!" panik Deren. Vuoto enutup pintu memasang semua kunci manual dengan pandangan masih mengarah pada Deren.

"Senang bermain-main denganmu." Vuoto mengeluarkan berlatih di balik bajunya.

Panik, itu yang Deren rasakan, tubuhnya gemetar takut, fikirannya tidak bisa berfikir.

"Dasar munafik!" balas Deren.
Vuoto mengangkat berlatih itu ingin menancapkan pada wajah Deren, tapi Deren tidak tinggal diam. Ia menggerakan kaki untuk menahan langkah Vuoto.

Sesuai prediksi Vuoto terhuyung karena kakinya fi beri sapuan. Sayang posisi Jatuh Vuoto tepat diatas Deren dan buat bepatih yang di pegang Vuoto tertancap di lengan Deren.
Jatuhnya Vuoto menjadi kesempatan untuk Deren kabur.

Deren bangkit tidak menghiraukan lengannya yang tertancap berlatih, yang ada dalam pikirannya cukup bertahan hingga siang. Malam seperti ini apapun yang terjadi orang-orang tidak akan keluar dari zona nyamannya, berbeda dengan siang, Vuoto tak berani muncul karena takut identitasnya terungkap.

"Mau lari kemana hihihi." tawa Vuoto bangun, Deren menggunakan barang-barang yang ada dalam kamarnya untuk memperlambat detak Vuoto. Ia harus kelar dari kamar sempit ini agar membuatnya memiliki kesempatan untuk hidup, Deren bisa bersembunyi di mana asal tidak dalam kamar.

Dengan cepat Deren menyambar dua bantal dan langsung melompat kan dirinya di jendela. Bisa di bayangkan betapa hebatnya Deren melawan adrenalin. Ia enerjun bebaskan dirinya ke jendela yang mana posisi jendela itu berada di lantai dua.

Untung saja ia mengambil Bantal hingga batal itu menjadi tempatnya mendarat. Sakit, itu yang Deren rasakan. Belum lagi berlatih yang masih tertancap.

"Sial!" dengus Deren ia menatap kearah jendela dimana Vuoto tersenyum, lalu meninggalkan jendela.

Deren mencabut brlatik lalu merobek ujung bajunya mrnjafikan kain rokekkan itu sebagai prnahan darah.
Cukup cepat, Deren bangkit dari duduknya sambil memegang berlatih, setidaknya berlatih itu bisa menjadi alat pertahanannya jika terdesak.

"Dor!" tembakan melayang kearah Deren. Deren terdiam dari mana sumber tembakan itu. Ternyata dari jendela kamar Margaret.

"Shit!" terik Deren dengan sekuat tenaga Deren berlari mencari tempat bersembunyi. Tak jauh dari depan Deren ada pohon. Ia menjadikan pohon itu sebagai tempat berlindung dari peluru.

"Apa yang orang orang sialan itu lakukan kenapa tidak ada yang terbangun mendengar suara tembakkan," batun Deren. Ia mendongakkan kepala karena sudah tidak terdengar suara tembakan. Ternyata benar Vuoto sudah tidak terlihat dari jendela kamar Margaret.

"Cukup mengulur waktu." Deren berlari, meninggalkan persembunyiannya. Ia harus bersembunyi dari Vuoto.

"Kau dimana!" panggil Vuoto dengan suara bergetar menakutkan Deren.
Deren yang bersembunyi di bawah lemari di gudang belakang. Debu yang sangat tebal menusuk masuk ke hidung Deren. Ingin rasanya Deren bersin atau batuk tapi ia berusaha keras menahan bisa berakhir hidupnya hanya karena batuk, belum lagi ia harus memaksakan tubuhnya masuk ke dalam kaki lrmati yang sangat sempit.

"Aku tahu kau ada disini!" ucap vuoto membuka pintu gufang. Sebersit cahaya Deren dapatkan saat pintu itu terbuka. Perlahan cahaya itu hilang saat Vuoto menutup pintu.

Deren menutup mata, dirinya tegang tak tahu harus berbuat apa jika Vuoto menemukannya.

"Satu!" hitung Vuoto mencari di balik barang-barang yang menumpuk.

"Dua! Jangan malu ayok bermain." ucap Vuoto membuka satu persatu tempat yang mungkin bisa di gunakan untuk bersembunyi. Di tangan Vuoto terhias pedang. Pedang itu ia seret hingga menimbulkan suara yang mampu membuat bulu kuduk berdiri.

"Tiga!" ucap Vuoto lagi ia membuka pintu lemari yang dimana Deren bersembunyi di bawahnya.

"Aku menvium bau darah, akhirnya aku menemukanmu!" Vuoto menutup pintu lemari lalu berjalan kearah pintu. Pintu itu terbuka. Deren yakin jika Vuoto sudah pergi karena tidak terdengar suara lagi.

"Sial tubuhku sakit," bisik Deren keluar dari persembunyiannya. Deren berdiri merentangkan otot-ototnya yng kaku akibat bersembunyi di bawah lrmati sempit.

"Sialan aku harus bersembunyi semalaman disini, sial debunya tebal sekali!" gerutu Deren.

"Ya sangat tebal sampai-sampai aku tak tahan berlama-lama di dalam." Deren menatap kearah sumber suara. Dimana Vuoto berdiri di luar jendela dengan senapan bertengger di pundaknya. Sekegika tubuh Deren jatuh karena syok melihat Vuoto memperhatikannya.

Deren dengan cepat menunduk meraih barang lelu melempar kearah Vuoto. Lemparan itu berhasil. Vuoto jadi terganggu akibat lemparan barang. Tidak membuang kesempatan Deren berlari keluar gudang dengan kekuatan semaksimal mungkin Deren berlari sejauh mungkin.

"Sialan harus di habisi langsung!" kesal Vuoto. Ia ikut berlari mengejar Deren.

He's In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang