Bigael terdiam mengingat semua kejadian semalam. Sosok Vuoto memang misterius selain ukuran tubuh Bigael tidak tahu lebih jauh. Penyelidikan penghuni rumah juga sudah selesai tak ada yang mencurigakan.
"Sepertinya melamunmu seru, bisa diberi tahu agar aku juga ikutan melamun," ucap Lucas. Bigael lupa kalau dirinya masih berada dalam kamar pria itu.
"Bukan hal seru," balas Bigael. Ia turun dari ranjang Lucas, penampilannya tidak ada yang berubah bahkan tidak ada memar atau luka akibat perbuatan Vuoto semalam.
"Sampai mana penyelidikan mu?" tanya Lucas.menghentikan Bigael yang hendak pergi
"Sampai semua penghuni rumah, kecuali kau dan si Deren aneh itu." Bigael meraih ponsel yang sedari malam berada dalam saku celana pendeknya. Ia memutar semua rekaman penghuni kamar."Suara pria pertama bernama Dinael, ia memang memiliki ketakutan pada darah dan luka, pernah ia tidak sengaja mengiris tangannya di dapur saat masak dan itu sukses membuatnya pingsan.
Yang kedua ini Vyra kan. Ia sahabatan dengan Margaret, kalau tidak salah data saat masuk kemari ia kerja di bar.
Ketiga Ilex, ia jarang ada dirumah itupun hanya untuk ganti pakaian lalu pergi, malam kematian Anita dia tidak ada karena aku menunggu kalian pulang, kau malam itu tidak pulang juga.
Keempat Mark, dia ini kerja sebagai sopir taksi online pulang kadang larut malam.
Thony, Felix sepertinya malam itu mereka ada tapi sedang mabuk, mereka satu tempat kerja, mereka kerja di tempat ekpedisi.
Sedangkan Deren dia itu cukup misterius, aku sering melihatnya datang membawa barang mengerikan kalau tidak salah ia kerja di perusahaan boneka. " penjelasan dari Lucas memberi Bigael tambahan informasi.
Mengingat semua penghuni rumah hanya Deren yang memiliki tinggi badan seperti Gael yang lain tinggi tinggi kayak tiang listrik dan postur badan Deren mengingatkan Bigael akan sosok Vuoto.
"Kamu sendiri ada dimana saat pembunuhan Anita dan Margaret?!" tanya Bigael lagi.
"Sepertinya kau belum puas dengan jawabanku sebelumnya. Malam itu aku hanya ada disini, siapa yang akan menyangka jika malam itu Anita akan tewas, bahkan aku menyapanya yang baru pulang kerja. Dan saat Margaret, aku fokus memantaumu dari CCTV, aku tak mengira jika Margaret akan melakukan pelarian dan berakibat jadi korban dadakan." Bigael menatap Lucas, benar seharusnya malam itu Bigael menjadi korban, tetapi tindakan Margaret membuat Bigael selamat, itupun cuma beberapa hari.
"Aku memprediksi malam nanti Vuoto akan datang lagi, mencariku" bisik Bigael.
"Mau aku temani?" tawar Lucas.
"Saat kau ada Vuoto tak akan muncul."
"Baiklah jika malam nanti tidak ingin diteror sebaiknya kau kemari dulu menenangkan diri."
Bigael mengangguk, "baiklah aku harus keluar dulu, jangan sampai muncul gosip yang tidak-tidak antara kita." Saat ingin keluar kamar, mata Bigael tak sengaja menatap sebuah piagam yang terpajang di samping pintu, piagam itu atas nama Lucas, yang membuat Bigael terdiam syok ternyata Lucas merupakan seorang dokter.
"Kau!'' gantung Bigael.
"Apa?" balas Lucas ia menatap kearah sumber tatapan Bigael.
"Oh itu dulu sebelum pensiun, aku ini cuma penjaga rumah kos." tatapan tak percaya Bigael berikan.
"Tidak perlu terpesona aku tidak sehebat itu," ucap Lucas. Bigael menggeleng membantah apa yang Lucas katakan.
"Jangan-jangan kau benar melakukan perdagangan ilegal di pasar hitam, kau itu dokter yang bisa saja psikopat!" Lucas menatap Bigael lalu berjalalan mendekati Bigael. Bigael mundur saat Lucas menyudutkannya di tembok. Wajah Lucas terlihat tampan jika berada di jarak dekat, Bigael menahan nafas saat wajah Lucas berada beberapa centi didepan wajahnya.
"Apa yang kau lakukan!" bisik Bigael gugup. Bhkan Bigael enutup mata takut terpesona pada Lucas.
"Silahkan keluar," ucap Lucas tersenyum sambil membuka pintu kamar yang berada disamping Bigael.
Bigael membuka mata. Ia tidak menduga jika Lucas akan mengusirnya, Bigael bahkan sampai berfikiran yang tidak-tidak tentang Lucas."Kenapa merasa kecewa? Silahkan pergi." Bigael mendorong tubuh Lucas menjauh.
"Brengsek! Aku juga bisa keluar tanpa kau usir, awas!" Bigael keluar dari kamar Lucas sambil menutup pintu dengan keras.
Lucas tersenyum geli.
Mempermainkan Bigael lumayan menjadi penghibur untuknya, "lain kali akan kulakukan lagi," tawa Lucas. Ia kembali duduk di kursinya menghisap rokok yang sempat ia matikan karena berbicara dengan Bigael.Bigael tak hentinya mengumpat, mengutuk Lucas yang mempermainkannya, walau menjengkelkan Bigael sempat berpikir Lucas akan melakukan hal romantis, ternyata tidak, ia hanya diusir.
"Sialan pria berengsek!" kesal Bigael, tatapan Bigael jatuh pada Deren yang baru saja keluar kamar, tapi melihat Bigael berdiri membuat pria itu kembali masuk ke kamarnya.
"Sialan apa aku seburuk itu, hingga pria aneh itu langsung sembunyi melihat wajahku!" kesal Bigael ia meraih kunci yang jatuh semalam di kaki pintu, lalu membuka pintu kamar.
Suatu kesyukuran karena Kamar bigael baik-baik saja.
"Apa aku kabur saja aku tidak sanggup tinggal dirumah ini," batin Bigael. Ia berencana tidur diranjang, tapi melihat selimut yang agak berantakan di pinggirnya membuat Bigael menarik selimut itu.
"Uwelk!" Bigael memuntahkan seluruh isi perutnya melihat tikus mati berada dibalik selimutnya. Tikus itu sepertinya habis dimutilasi. Karena anggota tubuhnya terpisah satu sama lain. Dan anggota yang terpisah itu di jejerkan rapi.
"Kurang ajar sekali!" kesal Bigael. Ia berlari memasuki kamar mandi hendak membersihkan mulutnya, tapi lagi-lagi pemandangan dalam kamar mandi tidak kalah mengerikan. Dua kucing yang di gantung dengan kulit terkelupas.
Darah kucing yang menetes dari kulit dibuat menjadi sebuah karya seni karena tergambar dengan jelas didinding posisi Bigael sekarang.Seakan Vuoto sudah melihat masa depan.
"Posisiku sama persis dengan gambar ini," Bigael menyiram darah itu agar menghancurkan lukisan.
"Vuoto sialan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
He's In The Dark
Mystery / ThrillerRate: 17+ menceritakan seorang gadis yang berusaha bertahan hidup dari teror pembunuh berantai. pembunuhan itu terkenal dengan nama pembunuhan Vuoto. karena di setiap korban si pembunuh meninggalkan kode Vuoto yang artinya hampa. pembunuhan yang be...