identitas

1 2 0
                                    

Deren terdiam menatap Lucas berdiri di depan kamarnya. Lucas menatap Deren dari atas hingga bawah.

"Bisa bicara," ucap Lucas. Deren menunduk.

"Boleh." Deren menyetujui untuk berbicara.

"Apa kau menyukaiku?" mendengar ucapan Lucas, Deren langsung tersedak air liur. Ia menatap Lucas dengan tatapan horor.

"Apakah anda normal?" tanya Deren kembali.

"Untuk saat ini masih normal. Seharusnya aku bertanya, apakah kau menyukaiku jika ia sebaiknya kau lupakan aku, aku normal untuk pria seperti mu," Ucap Lucas. Deren tertawa mengerikan.

"Aku pria normal untuk menjadi Gay. Alasan apa yang kau terima hingga membuat kesimpulan kalau aku menyukaimu," tanya Deren lagi.

"Beberapa orang yang melihat kalau kau memperhatikanku, aku bertanya lagi kau menyukaiku atau menyukai Bigael?" Deren menatap sekeliling, ingin menjawab tapi melihat Bigael yang baru datang membuat Deren kembali menunduk.

"Maaf sepertinya anda harus pergi." Deren memasuki kamarnya lalu menutup pintu.

Lucas terdiam bingung, kenapa Deren tidak menjawab bukankah mereka sepakat untuk bicara.

"Kenapa dia masuk?" tanya Bigael yang baru datang.

Lucas menepuk dahinya. Pantas saja Deren masuk itu karena kehadiran Bigael.

"Apa kau menyukai Deren?" tanya Lucas. Bigael menatap bingung.

"Suka? Dari segi apa? Apa dia menyukiku?" tanya Bigael menatap kearah pintu Deren.

Lucas menarik tangan Bigael membawanya menjauh. Bingung, Bigael tidak tahu apa yang terjadi.

"Ada apa?" tanya Bigael.

"Jangan sampai kau tertarik padanya, aku belum siap untuk dicampakkan," ucap Lucas membawa Bigael memasuki kamar.

"Yang mau mencampakan mu siapa? Bisa di jelaskan aku kebingungan." Bigael menatap Lucas kebingungan.

"Cukup kau menatapku sebagai pria jangan menatap pria lain," jawab Lucas.

Deren memegang dadanya tubuhnya gemetar, untung tadi ia belum menjawab, bisa rumit kejadiannya.

"Apa yang harus kulakukan!" bisik Deren.

Bigael terdiam. Ia baru sadar jika diri ya berduaan dalam kamar bersama Lucas.

"Eh aku mau keluar dulu," gagap Bigael, saat hendak keluar kamar, Lucas menahan tangan Bigael jantung Bigael mompa lebih cepat dari biasanya.

Perlahan tangan Lucas memegang wajah Bigael. Keduanya terdiam, tatapan mereka saling terikat satu sama lain. Perlahan wajah Lucas mendekati Bigael. Tak ada perlawanan Bigael seakan merespon perbuatan Lucas.

Cukup dekat jarak diantara keduanya hingga saat Hampir bersentuhan suara dentuman keras terdengar dari pintu. Membuat Lucas dan Bigael kaget lalu menatap Pintu.

"Siapa?!" bentak Lucas. Ia berjalan kearah pintu. Kesal karena aksinya harus terhanti.

Dengan sedikit paksaan Lucas membuka pintu, mencari siapa yang menggedor pintunya.

Saat membuka pintu, tak ada siapa-siapa di depan kamar. Lucas menatap sekeliling. Tak ada orang.
"Siapa?" tanya Bigael ikut mendongakkan kepala menatap sekeliling.

"Tak ada orang mungkin salah satu penghuni yang jahil, ayo masuk." Lucas kembali menutup pintu.

Kecanggungan diantara keduanya terlihat begitu jelas. Bigael gugup menatap kearah lain.

"Hmm aku mau kekamar mandi dulu," bisik Bigael. Baru berjalan berapa langka Lucas menariknya. Memeluk Bigael erat dati belakang.

"Aku tahu kau pasti gugup, aku juga sama. Ini pertama kalinya untukku, dan maaf karena pernah mengatakan jika kau bukan tipeku," bisik Lucas. Bigael mengangguk pelan. Ia bingung harus berbuat apa, mustahil harus berdiri dengan posisi yang sama sampai pagi.

"Hahha itu kan cuma candaan, beberapa hari yang lalu tak perlu di pikirkan. Aku yakin kau pasti lelah istirahat lebih dulu." Lucas mengangguk ia mendaratkan ciuman lembut di pipi Bigael.

"Jangan keluar kamar selagi aku istirahat, apapun yang terjadi diluar jangan kau perdulikan. Tengah malam aku akam bangun untuk menjagamu tidur," bisik Lucas. Ia melepaskan pelukannya lalu berjalan kearah ranjang.

"Kau bebas menatap barang barangku siapa tahu kau ingin tahu lebih tentangku, lihat di bawah meja itu, ada beberapa berkas yang bisa menjelaskan. Ingat jangan keluar tanpa seizinku."

"Baik, kau tidur saja." Lucas langsung membaringkan tubuhnya. Tidak butuh beberapa menit suara denguran halus terdengar.

Bigael sebenarnya sangat penasaran siapa Lucas, dan mendapatnya izin untuk menggeledah kamar membuat Bigael senang.

Pertama-tama yang Bigael lakukan ialah berjalan kearah meja yang Lucas maksud tadi.

Saat membuka laci itu berkas yang penuh debu bertumpukan. Bigael meraih berkas paling atas membukanya satu persatu. Di berkas itu terdapat riwayat hidup Lucas.

Tertera jika Lucas lahir dan besar di prancis, telah menyelesaikan sekolah kedokterannya. Bigael menatap berkas itu satu persatu. Dan di bagian paling bawah laci terdapat album foto. Bigael membuka album itu. Foto Lucas saat masih remaja. Pria dalam foto itu begitu tampan dan lucu, sedikit berbeda dengan sekarang, apa karena jarang mengurus diri hingga kadar ketampanannya berkurang.

"Apa yang kau lihat," bisik Lucas di samping telinga Bigael. Atas tindakan Lucas Bigael terlonjak kaget.

"Kya!" kaget Bigael.

"Serius sekali, apa yang kau lihat?" tanya Lucas menatap album yang ada di depan Bigael.

"Foto calon anak kita nanti," ucap Lucas. Bigael yang mendengarnya tersipu malu.

"Kau bicara apa, mungkin aku mati sebelum menikah denganmu," balas Bigael.

"Akan kulindungi dirimu, apapun caranya. Masa depan menunggu kita." Raja gombal Bigael gelagapan mendengar setiap ucapan Lucas.

"Jangan membuatku malu! Kamu tampan saat masi remaja kenapa bisa sekarang jelek?" Lucas tersenyum memegang wajahnya.

"Perasaan aku selalu tampan."

"Kepedean, kok ngak istirahat katanya mau tidur?" tanya Bigael lagi.

"Sepertinya kamu lupa waktu, lihat sudah jam satu malam." Bigael kaget ternyata ia keasikan melihat berkas fan foto Lucas.

He's In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang