Kesal, itu yang Bigael rasakan akibat Deren tidak mau di introgasi.
"Dasar pria aneh!" kesal Gael.
Baru saja turun tangga ia tidak sengaja bertemu Lucas, mungkin pria itu mau keatas mengecek setiap sudut rumah, jangan sampai pembunuh itu bersbunyi di tempat yg tersembunyi dirumah ini.
"Ada apa kenapa wajahmu sepertinya kesal?" tanya Lucas. Gael menatap Lucas.
"Sekarang giliranmu aku tanya, dimana kau saat malam kematian Anita!" tanya Gael serius. Lucas tersenyum tipis."Apa kau percaya kalau aku menceritakannya."
"Ya aku akan percaya, coba jelaskan!" Lucas bersedekap dada menatap Bigael.
"Malam itu aku sedang bercinta. Aku memegang badannya bahkan mengisap ujungnya dan....""Stop!" potong Bigael. Bukan hal itu yang ia inginkan untuk di dengar,
"bagaimana ya mengatakannya bukan hal seperti itu yang ingin aku dengar!" Lucas tertawa melihat ekspresi malu dari wajah Bigael."Aku belum menyelesaikan ucapanku loh. Setelah aku hisap keluarlah Asap, dan nikmatnya bercinta denga rokok. Hahhh," tawa Lucas memenuhi rumah. Bigael menendang kaki lucas, dengan gampangnya ia dipermainkan.
"Anggap kita tidak saling kenal!" kesal Bigael ia berjalan ke arah lain, melanjutkan introgasinya pada penghuni lain.Hampir semalaman Bigael mengunjungi penghuni satu persatu, tapi semuanya memiliki alibi saat kejadian.
"Sangat sulit, tinggal si pria aneh yang belum aku tanyai, kenapa aku merasa pria itu dalangnya," batin Bigael. Baru saja ingin membuka pintu kamar, terdengar langkah kaki yang mendekat padanya.
Bigael menatap kearah sumber suara, tapi ia hanya mendapati kekosongan. Tak ada siapa-siapa disana.
"Jangan-jangan pembunuh Vuoto," batin Bigael, dengan terburu-buru ia memasukan kunci, bukanya pintu terbuka kunci itu malah jatuh ke lantai.
"Sial!" batin Gael. Ia menunduk untuk mengambil kunci itu. Gerakan Bigael berhenti saat banyangan seseorang berdiri dibelakangnya. Sedikit penasaran Gael menggerakan kepala untuk menatap apakan bayangan itu memang bayangan seseorang ataukah cuma bayangan benda saja.
"Siapa?" bisik Gael. Dan benar bayangan yang dilihatnya ternyata cuma bayangan benda.
"Bikin takut saja," batin Gael. Saat kembali berdiri Gael terpaku menatap sepasang mata menatap kearahnya dan itu dengan jarak satu meter darinya.
"Kya!" teriak Bigael, tubuhnya langsung tumbang karen kaget. Sosok misterius yang serba tertutup mendekati Bigael.Merasa terancam Bigael menggunkan kedua tangannya untuk mundur, mengatur jarak dengan sosok misterius itu yang semakin memperdekat jarak.
"Siapa kau!" teriak Bigael ia berusaha melepaskan sepatunya lalu melempar kearah si misterius itu. Sosok misterius yang entah pria atau wanita hanya terdiam sejenak saat sepatu itu mendarat di wajahnya, tak lama ia kembali mendekat.
"Pergi!" teriak Gael ia berusaha bangkit. Saat kedua kakinya sukses membopong tubuhnya, Gael berlari turun tangga.
Baru menuruni dua anak tangga sosok itu sudah berada di belakang Gael, hanya gerakan pelan dari si sosok itu membuat Gael sukses terguling dari atas hingga anak tangga terakhir.
"Hok!" batuk Gael. Ia berusaha bangkit dari posisi tengkurap tapi sosok itu sudah ada didepan mata Gael.
Sosok Vuoto menaikan Kakinya ke atas kepala Bigael. Terdengar juga tawa merendahkan.
"Bocah ingusan melawanku? Mustahil. Belajar pegang pisau saja dulu," ucap Vuoto sambil melayangkan tendangan tepat di pelipis Bigael.
Rasa sakit memenuhi kepalanya, bukan cuma rasa sakit, penglihatan Bigael berputar bersamaan hilangnya kesadaran Bigael.Perlahan-lahan Bigael membuka mata, hal pertama yang didapatinya saat membuka mata iyalah langit-langit yang berbeda dari langit-langit kamarnya.
"Jangan-jangan aku ada ditempat Vuoto!" Bigael memaksakan dirinya bangun, berencana untuk kabur.
"Mau kemana?" tanya seseorang. Bigael menatap sumber suara, ia menangkap seorang Lucas duduk di kursi sambil menghisap rokoknya, penampilan pria itu hanya menggunakan celana panjang bajunya hilang entah kemana. Sontak Bigael menatap pakaiannya.
"Kau bukan tipeku, aku tidak akan memperkosamu," ucap Lucas mengerti maksud kepanikan Gael menatap pakaiannya.
"Trus apa maksudmu membawaku kedalam kamarmu kalau bukan untuk memperkosaku, aku yakin kau sebenarnya Vuoto, kau yang semalam menyiksaku," ucap Gael menunjuk kearah Lucas.
Lucas mematikan rokok yang dihisapnya lalu menatap Bigael dengan penuh selidik.
"Aku membawamu kemari karena mendapatimu tidur di lantai, aku tak ingin kau mati sia-sia dengan menyerahkan dirimu untuk dibunuh oleh Vuoto itu." Bigael ingat semalam ia berhadapan dengan Vuoto.
"Semalam aku bertemu sosok Vuoto ia menyiksaku, aku mengira jika dirimu itu Vuoto karena membawaku kemari." Lucas tertawa pelan.
"Kalau aku itu Vuoto sudah mati kau semalam buat apa aku harus capek-capek menggendongmu kekamarku lalu memberimu kenyamanan tidur dikasurku. Vuoto tidak sebaik diriku," ejek Lucas bangkit. Sebenarnya semalam saat ia keluar dari kamarnya. Lucas mendapati Bigael sudah terbaring tak sadarkan diri dilantai. Besar kemungkinan semalam gadis itu bertemu Vuoto. Dan penjelasan Bigael tadi membuatnya yakin jika prediksinya benar.
"Bagaimana rupa Vuoto?" tanya Lucas."Aku tidak bisa mendeskripsikan, karena dia hanya terlihat seperti bayangan. Gelap." ucap Bigarl ia mencoba mengingat seperti apa sosok Vuoto itu.
"Yang jelas tingginya sepantaran denganku." hanya hal itu yang ia tahu selebihnya tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's In The Dark
Mistero / ThrillerRate: 17+ menceritakan seorang gadis yang berusaha bertahan hidup dari teror pembunuh berantai. pembunuhan itu terkenal dengan nama pembunuhan Vuoto. karena di setiap korban si pembunuh meninggalkan kode Vuoto yang artinya hampa. pembunuhan yang be...