kabur

7 6 3
                                    

Malam kini menguasai, suara desiran angin menerpa jendela kayu yang sedeng tidak terkunci, menghasilkan suara gebrakan daun jendela yang terhempas angin. Wanita itu terdiam ia memakai tas ransel berisi pakaian lalu meletakkan kertas di bawah bantal.

Melalui jendela ia mengulurkan kain yang diikatkan satu sama lain hingga kain itu menjuntai ke bawah hingga menyentuh tanah. Wanita itu memakai satu tangan, upaya yang di lakukannya untuk menguatkan pegangannya pada kain agar tidak terlepas.

Saat yakin situasi aman, wanita itu menaiki jendela memegang kain. Secara perlahan lahan gadis itu turun dari jendela dan berpegangan pada kain.

Hampir setengah perjalanan gadis itu merasakan kain yang digunakannya bergerak,seakan kain yang fiikat kuat akan terlepas.

"Hihihi," tawa pelan terdengar. Gadis itu menatap kearah atas dimana sosok bayangan melambai kepadanya.

"Tidak!" bisik Gadis itu panik. Terlihat jelas sebuah bayangan parang menebas kain yang paling atas, membuat gadis yang masih berada di pertengahan harus terjun bebas karena kain putus.

"Bruak!" gadis itu terjatuh dengan posisi pundak mendarat lebih dahulu. Untuk beberapa menit gadis itu susah mendapatkan nafasnya.

Nafasnya terhenti sejenak karena hempasan tubuhnya ditanah.
"Ayo main petak umpet, kalau kau berhasil sembunyi dariku kau akan kubebaskan tapi jika aku menemukanmu maka...." terlihat dari jendela bayangan itu memegang senapan lalu mengarahkan pada si gadis.

Gadia itu langsung bangkit dari posisinya. Dengan kaki pincang ia berlari.

"Dor!" sebuah tembakan sukses mendarat di betis gadis yng berlari,membuatnya jatuh karena rasa sakit membakar yang di rasakannya.

"Arh!!" rintih gadis tadi.
"Bukannya aku belum sembunyi! Kenapa kau menembakku! Kau menyalahi aturan!" teriak Gadis itu protes.

"Hahaha aku hanya mencoba apa senjata ini masih bisa digunakan untuk membunuhmu." Gadis itu memegang kakinya rasa sakit yang dirasakannya kalah dengan rasa takut nyaeanya melayang.

Dengan sekuat tenaga wanita itu bersembunyi. Ia menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara apapun bahkan itu suara Nafas, bisa berakhir hidupnya jika ketahuan.

"Kau dimana!" ucap seseorang mencari gadis itu. Gadis itu sembunyi di bawah bangku santai. Tempat persembunyiannya cukup aman karena kanan kiri bangku itu tertutup dengan tanaman hias.

"Bauh darah mu tercium," uacap sosok misterius itu. Si gadis hnya bida mengeluarkan air mata ketakutan sungguh merapai dirinya. Hanya kaki dari pembunuh itu yang ia dapatkan.

"Margareta! Aku menemukanmu!" ucap sosok itu menunduk menatap ke kolom kursi. Sayang hanya tas dan beberapa pakaian yang digunakannya tertinggal.

"Wanita sialan. Bersembunyilah dengan baik karena aku akan membunuhmu, hahahah!" tawa sosok misterius itu.

Margareta nama gadis yang jadi incaran Vuoto. Ia berhasil lari tepat saat Vuoto itu berbalik. Kini Margareta menahan tangis dengan tangan ia bersembunyi di blik semak.
Air mata bercucuran bersamaan dengan keringat yang membasahi wajahnya.

"Ibu!ayah!" batin Margareta.
langka kaki yang bergesekan dengan tanah menimbulkan suara pelan tapi begitu mengerikan untuk Margaret. Nafasnya semakin tercekat saat suara langka itu mendekat padanya.

"Ciluk ba!" ucap Vuoto. Ia mendongak kearah samping.

"Aku menemukanmu!" bisik Vuoto di samping Margaret. Margaret menutup mata berharap Vuoto tidak melihatnya. Dan benar Margaret berada di samping kanan dan Vuoto berada disamping kiri.

"Mama!" tangis margaret, jantungnya memompa cepat. Sungguh yang dirasakannya lebih hebat dari adu adrenalin.

Merasa Vuoto sudah tidak ada. Margaret menatap kesamping.
"Ba!" ucap Vuoto saat matanya beradu dengan Margaret.

Margaret mundur, kakinya seketika lemas menatapi sosok Vuoto tercengir di depannya.

"Kam...u!" Ucapan Margaret terhrnti karena mulutnya mendapatkan irisan. Dengan cepat Vuoto menyayat mukt Margarrt memperlihatkan mulut lebar.

"Argh!!"panik Margaret ia memegang wajahnya dengan tangan gemetar, cairan merah mengalir di tangannya.
Margaret menangis sebisa mungkin. Ia yakin penghuni rumah ada yang rndengar jeritannya tapi tidak mau keluar takut menjadi korban.

"Wajahmu sngat cantik, karena pipi ini pusat kecantikan itu." sebuah kayu panjang yang ujungnya sudah diruncingkan ia gunakan untuk menusuk kaki Margaret agar tidak lari.

Tubih Margaret tidak bisa bergerak. Vuoto membelikan badan Margaret hingga posisinya menghadap keatas. Ia duduk di atas tubuh Margaret. Meraih tangan lalu sebelah memaku tangan itu dengan kayu, lalu mrlkukan hal dama pada tangan satunya dan kedua kaki Margaret.
Rasa sakit luar biasa Margaret radakan, luka yang didapatnya pedih.

"Aku salah apa?" tanya Margaret dengan tenaga yang dikumpulkannya sekuat tenaga.

"Alasannya karena kau mau kabur, tidakkah kau tahu namamu berada diurutan belakang dan dengan bodohnya menjadikan urutan ke tiga," jelas Vuoto.

"Menjeritlah aku paling suka suara jeritan!" Vuoto menancapkan bambu yang diruncingkan ke arah kemaluan Margaret, bersamaan jeritan kesakitan Margaret suarakan.

"Argh!!!!" jerit Margaret.

"Kurang nikmat!" Vuoto menutup mata Margaret lalu meraih pisaui ia mengarahkan pisau itu ke leher Margaret, sedikit menekan pisu itu hingga darah keluar.

"Arhg!" pekik kesakitan.

"Nikmat sekali!" Vuoto menguliti wajah Margaret, pedih dan sakit Margaret rasakan, entah sampai kapan ia akan merasakan rasa kesakitan itu.

"Ah!" hbusan nafas lega saat Vuoto menghentikan aksinya.

"Kasihan kakimu bengkok." Vuoto mengiris selangkangan lalu menggunakan kapak untuk memisahkan kaki Margaret.
Kesadaran hilang dari Margaret. Suatu kemarahan bagi Vuoto jika korbannya hilang kesadaran, ia menusuk-nusuk wajah Margaret.

"Wanita sialan!" Vuoto menancapkan belati didada Margaret. Setelah tidk bergerak Vuoto berdiri lalu meludahi tubuh Margaret.

"Bodoh!" Vuoto pergi meninggalkan Tubuh korbannya.

Lucas terdiam menatap mayat di taman belakang, mayat salah satu penghuni rumah kos yang menjadi korban.

Lucas menepuk kepalanya, kenapa Margaret bisa jadi korban bukankah Bigael target berikutnya, kenapa bisa kode itu melenceng. Ia hanya menjaga Bigael karena mengantisipasi Bigael sebagai korban selanjutnya.

''kenapa bisa seperti ini!" dengus Lucas. Ia meraih kunci cadangan lalu bergegas ke kamar Margaret.
Saat berada di depan kamar Margaret. Bigael datang.

"Taman belakang!" ucap Bigael. Lucas mengangguk lalu membuka pintu kamar Margaret.

Keduanya tercengang saat menatapi isi kamar yang berantakan.

"Ada surat!" ucap Bigael meraih kertas. Ia membaca isi surat itu.

"Ada apa?" tanya Lucas.

"Melarikan diri!" jawab Bigael menyerahkan surat Margaret. Lucas ikut membaca isi surat.

"Aku sudah memberi peringatan agar tidak kabur, terserah kalian karena tidak mendengar, aku sudah memberitahu satu persatu agar jangan kabur sebelum pelakunya di dapatkan," kesal Lucas. Ia berjalan kearah jendela menatap kain yang terjatuh di bawah sana dan bekas ikatan kain di bibir jendela. Sungguh hal naif Margaret lakukan.

"Ini peringatan untukmu juga, walau selanjutnya kau korban jangan pernah mencoba melarikan diri." peringatan Lucas berikan.

He's In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang