tamat

7 4 0
                                    

Lucas berjalan menemui Bigael di dapur, tampak istrinya menatap penuh rasa khawatir.

"Ada apa sayang?" tanya Lucas mendekat.

"Aku takut, Clara sepertinya memiliki penyakit mental, masa dia memotong serangga lalu menyusunnya ingat kematian Margaret, kasusunya hampir sama, bagaimana kalau besok kita membawa Clara ke piskiater sebelum penyakitnya itu bertambah," ucap Bigael panik.

"Tenang besok kita akan membawanya pergi,  aku khawatir kirain ada hal penting apa?"  ucap Lucas mengelus kepala istrinya.

"Aku takut kalau Clara mengikuti jejekku, aku tak mau anakku menderita sama sepertiku," bisik Bigael.

"Tenang, besok kita akan membawanya periksa. Aku kekamar dulu ganti pakaian." Bigael mengangguk.

"Kalau sudah selesai Ayah kemari, makan malam."

"Siap Bunda."

Malam berlalu begitu cepat. Bigael dan kedua anaknya kini telah siap.

Mereka menunggu Lucas yang bersiap dikamar.

"Ayah Cepat!" teriak Jesica.

"Sabar, ayah semalam kan begadang makanya bangun lambat, ayo gara-gara siapa Ayah telat tidur?" kedua anaknya tersenyum.

"Ayo siapa pelakunya?" Clara dan Jesica saling tunjuk.

"Nah itu Ayah sudah datang!" seru Jesica mengalihkan pertanyaan sang Bunda.

"maaf ya, Ayah lama," ucap Lucas meminta maaf. Kedua putrinya mengangguk.

Mereka bersama-sama menaiki mobil, lalu berangkat ke tempat tujuan.

Tak butuh waktu lama, mereka sampai di salah satu klinik. Pemilik Klinik merupakan teman Lucas.

"Ayo." Lucas menggendong Putri kecilnya memasuki klinik. Sedangkan Bigael memegang tangan Jesica lalu bersama masuki ruangan.

Bigael syok melihat orang yang ada dalam ruangan itu, dia bukan lain Lufi, orang yang pernah menangani Bigael di penjara dulu.

"Hy lama tidak bertemu," sapa Lufi. Bigael terdiam.

"Hy juga, kalian saling kenal?" tanya Bigael. Melihat Lucas dan Lufi saling berjabak tangan.

"Kenal, karena pria ini aku bersedia menemuimu di penjara, apa Lucas tidak memberitahumu? " tanya balik Lufi. Bigael menggeleng.

"Silahkan introgasi suamimu saat sampai dirumah. Ada keperluan apa kemari? Apa Vuoto berulah lagi?" tanya Lufi menatap Bigael.

"Tidak dia sudah aman di dunia sana, aku membawa anakku yang bungsu, takut jika ia memiliki penyakit mental sepertiku," ucap Bigael.

Lufi menatap anak Lucas yang paling kecil.

"Apa yang buatmu mengatakan anak kecil ini memiliki penyakit mental?" tanya Lufi.

"Kemarin aku melihat ia memotong-motong serangga lalu menyusun anggota tubuh serangga itu, sama seperti kasus Margaret dulu, melihatnya aku trauma," jelas Bigael. lufi berjalan mendekati Clara.

"Anak pintar, paman mau tanya kenapa kamu memotong serangga itu lalu menyusunnya," tanya Lufi. Clara menatap Lufi.

"Aku tidak memotongnya. aku tidak sengaja melihat serangga itu diinjak kak Jesica makanya aku membantu serangga itu, aku lepas tangan yang patah lalu menyimpannya di samping serangga. Aku hanya bantu serangga itu dari rasa sakitnya," jelas Clara.

"Dari mana Clara tau kalau serangga itu sakit lalu melepaskan tangan dan kakinya?" tanya Lufi lagi.

"Aku melihatnya dalam mimpi, tangan yang tersusun, kaki dan kepala, semuanya disusun sejajar," jawab Clara.

"Apa Clara bisa tidur diatas sini paman mau mengajak Clara ke alam mimpi, Boleh?" Clara mengangguk, dengam bantuan Lucas. Gadis itu bisa tidur diatas ranjang.

"Ayah berdiri disana ya, ada paman Lufi disini," ucap Lucas lembut. Clara mengangguk.

"Baiklah sayang, voba lihat tangan paman, lihat garis ini, bayangkan Clara melihat titik hitam. lihat titik itu tafik nafas dan..." Lufi menggantung kalimatnya lalu meletakan tangan diwajah Clara.

Clara seketika tertidur saat tangan Lufi mendarat di wajahnya.

"Ayo bangun," ucap Lufi menepuk pundak Clara.

Clara membuka mata lalu menatap Lufi, sebuah  senyum mengembang di wajah Clara.

"Hy cantik," goda Lufi.

"Aku bukan wanita," balas Clara dingin.

"Kenapa kau bisa ada dalam tubuh anak ini, ternyata kau hilang, lari ke anak ini Vuoto," ucap Lufi. Bigael menatap Clara, ia khawatir ternyata dugaannya benar, anaknya memiliki kelainan.

"Hay Bigael apa kau tidak rindu padaku?" ucap Clara buat Bigael tumbang seketika. Berbeda dengan Lucas ia mendekati Clara.

"Kenapa kau bisa memasuki tubuh anakku, kau bukannya berada dalam tubuh Bigael?" tanya Lucas.

"Gampang saja, segel ketubuh anakmu saat di kandungan melemah jadi aku bisa berpindah, itu muda untukku," jawab Clara.

"Aku mohon jangan menjadikan tubuh anakku sebagai wadah balas dendam mu, dia masih terlalu kecil," tangis Bigael.

"Yang mau membunuh menggunakan tubuh anakmu membunuh, aku hanya bosan pada dirimu, jadi tak perlu khawatir, " ucap Vuoto lalu  hilang Clara kembali tertidur.

"Lihat sendiri kan anakmu kemasukan Vuoto gila," ucap Lufi.
Plak! Sebuah pukulan mendarat di lengan Lufi.

"Aku bukan setan gila," ucap Clara masih enutup mata.

"Kalau bukan setan trus apa?" tanya Bigael.

"Aku akan mnjadi pelindung anak ini, aku bosan untuk melindungimu, karena kau sudah memiliki pelindung sendiri, tak perlu khawatir aku tidak akan merusak anakmu," ucap Vuoto.

Suatu kelegahan besar bagi Bigael mendengar ucapan Vuoto.

"Kau yang mengerikan saat jadi musuh tapi bisa diandalkan saat menjadi teman," ucap Bigael menatap anaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He's In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang