Dia Lucas

1 1 0
                                    

Bigael menatap Lucas. Ada rasa tenang, dirinya tidak sendirian lagi. mungkin itu yang dibutuhkannya untuk menenangkan diri,"aku akan menemanimu, sebaiknya kau tidur, istirahat dirimu." Lucas berusaha menenangkan Gael. Ia tahu gadis itu akan sulit tidur kembali akibat mimpi buruk yang dialaminya tadi.

"Entah mengapa mimpi tadi begitu nyata bagiku, seakan yang kualami nyata, dan itu membuatku merinding. Aku tak mau jika mimpi itu kembali muncul,  aku tidak sekuat itu menghadapinya, " ungkap Bigael. Ia masih berada dalam pelukan Lucas.
Lucas paham perasaan wanita yang ada dalam pelukannya. Mimpi yang begitu nyata pasti membuat wanita itu ketakutan.

"Aku yakin kau kuat, Vuoto akan suka jika kau lelah akibat kurang tidur yang akan membuatmu tidak bertenaga hingga gampang baginya meleyapakanmu, istirahat lah aku akan menemanimu, aku janji. "
terlihat jelas raut keseriusan diwajah Lucas. Cukup meyakinkan, Bigael mencoba menutup matanya, bau badan maskulin Lucas tercium jelas dan tersimpan di kepala cantik Bigael.

"Aku akan mencoba mempercayaimu, jadi jangan mengecewakanku," batin Gael menutup mata.
Lucas menatap wajah damai Bigael yang terlelap. Lucas tidak memerlukan hal lebih selain rasa percaya dari Bigael, itu saja sudah cukup untuknya.

Deren terdiam dibalik selimut,  tubuhnya bergetar. Dirinya tidak bisa berfikir jernih bayang bayang itu menghantuinya.
"ini tidak bisa dibiarkan, " gumam Deren.

Berdua lebih baik dari pada sendiri. Itu yang Bigael rasakan. Saat tidur sendiri ia terbayang sosok Vuoto yang akan membunuhnya, Gael sampai bermimpi buruk yang terasa nyata, tetapi setelah tidur ditemani oleh Lucas, Bigael tidak merasa takut, dirinya menemukan pilar keamanan.

Bigael membuka mata mendapati Lucas ikut tidur disampingnya, wajah Lucas terlihat damai dan begitu tampan. Menyadari kata tampan dada Bigael hangat dengan debaran yak tak karuan.

"Dasar otak gila, masa aku harus berdebar disaat seperti ini, sudah syukur Lucas mau membantu, jadi jangan berharap lebih," batin Bigael memukul kepalanya yang tak sakit. Ia melakukan hal itu agar bisa menghusir pikiran anehnya dan tidak terlalu berfikir aneh lagi.

"Kenapa, kepalamu sakit?" tanya Lucas memegang tangan yang Bigael gunakan untuk memukul kepala, agar tidak memukul kepalanya lagi. lalu mengecek suhu badan dengan menempelkan telapak tangan di dahi Bigael.

Mendapat perhatian lembut, Bigael mendorong tubuh Lucas lalu menggulingkan tubuhnya agar menjauh. Alih-alih menjauh Bigael malah jatuh dari ranjang.

Buk! Tubuh Bigael menyentuh lantai dengan posisi bokong yang terlebih dahulu mendarat.

"Kau tak apa?" panik Lucas.
Malu, itu yang dirasakan Bigael. Harusnya ia menghindar secara elegan bukan secara memalukan.

"Jangan menatapku! Aku malu!" pekik Bigael menyembunyikan wajahnya.

"Jika tak mau malu jangan berbuat hal yang bisa memalukanmu. Ayo bangun! kita kekamarmu, aku yakin kau tidak akan menggunakan baju kemarin untuk hari ini." Bigael menatap penampilannya. Benar kata Lucas ia harus berganti pakaian, tapi dirinya cukup malu menatap Lucas.

"Tak perlu malu, tak ada hal yang perlu kau malukan." Lucas seakan membaca pikiran Bigael.

"Baiklah, aku cukup mengambil pakaian dan kembali kesini. Aku tak cukup berani untuk tinggal lama dikamarku." Bigael menatap Lucas pria itu mengangguk.

"Aku pun tak mengizinkanmu untuk tinggal dikamar itu sendirian terlalu rawan." Bigael kembali tertegun dengan ucapan Lucas, bisa-bisa ia terbawah suasana.

"Ayo, akan kutemani."

Bigael bangkit dari posisi jatuhnya lalu bersama Lucas keluar kamar.
Tatapan aneh mereka dapatkan dari penghuni lain. Bigael yakin seratus persen jika orang-orang itu berfikiran yang tidak-tidak.

Memang pantas mereka berekspetasi liar jika mendapati seorang wanita dan pria dewasa keluar dari dalam kamar setelah mengabiskan malam bersama. Menjelaskan pun mereka tak akan percaya dan semakin membuat pikiran liar mereka tak terpatahkan.

"Bukankah wajar, kami sudah dewasa," ucap Lucas santai, seakan menyindir orang yang memberinya tatapan aneh.

Syok, Bigael terdiam mendengar ucapan yang Lucas keluarkan, apa Lucas tidak menyaringnya terlebih dahulu, tidakkah Lucas mengerti perasaan Bigael yang ikut terbawa suasana.

"Apa yang kau ucapkan!" bisik Bigael sambil mencubit pelan pinggang Lucas.

"Terus aku harus bilang apa? 'Kami tidak melakukan hal aneh-aneh' itu sama saja mengatakan pada mereka jika kita melakukan hal aneh, terkadang manusia begitu percaya pada kebohongan dan menganggap kenyataan sebuah kebohongan, tak perlu memperdulikan mereka." Lucas jalan terlebih dahulu.

Benar kata Lucas buat apa ia memperdulikan tatapan orang lain, ia cukup memperdulikan diri sendiri, karena saat kesusahan pun orang lain kadang enggang membantu. Lagian gosip akan berlalu dengan sendirinya.

Keduanya membuka kamar Bigael, kondisinya masih sama, berantakan.
Bigael berjalan kearah lemari meraih semua pakaiannya lalu memasukkan kedalam koper, untuk sementara ia akan tinggal di kamar Lucas, setelah Sosok Vuoto itu tertangkap barulah ia kembali kekamarnya.

"Apa kau tak keberatan jika aku tinggal dikamarmu? Jangan sampai kau merasa tidak enak aku menempati kamarmu." Lucas memegang dagunya seakan berfikir.

"Merasa terganggu sih mungkin, tapi aku lebih memilih kau selamat dari pada rasa terganggu ku. Aku akan menghilangkan kata terganggu asalkan kau mendengarkan semua perkataanku," tutur Lucas. Bigael menatap kearah lain sambil tersenyum.

"Asalkan perkataanmu tidak menyuruhku bunuh diri atas menyerahkan diri pada Vuoto, mungkin akan kudengarkan," canda Bigael. Lucas ikut tersenyum ia menepuk kepala Bigael.

"Kau cukup penurut untuk diberikan pada Vuoto." Keduanya bercanda ringan.

Deren yang mendengar dari samping kamar mengigit kuku-kuku jarinya, Ekspresi tak suka ia tunjukkan.
"Kalian tidak boleh bersama!" ucap Deren.

Setelah merapikan pakaiannya, Bigael membersihkan badan. Dirinya trrdiam cukup lama dalam kamar mandi, otaknya berkeliaran kesana kemari memikirkan cara memancing Vuoto.

"Satu-satunya jalan aku menjadi umpan."

He's In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang