Chapter|14

4K 509 18
                                    

Ilhan mengantarkan istrinya hingga di tiba di bandara. Dia sengaja datang terlambat ke kantor hari ini. Laki-laki itu melirik Lyric yang pendiam di sepanjang jalan, saat mobil mereka tengah mendekati bandara.

Gadis itu memakai rok A-line pendek dan kaos tipis berlengan pendek, demi kenyamanan selama penerbangan dan juga karena sedang musim panas di negara tujuan. Dia memakai topi baseball berwarna merah tua, senada warna kaos. Rambutnya diikat pendek dan dikepang satu. Lyric hanya membawa travel bag hitam berbahan kulit. Penampilan yang kasual dan menyebabkan sang mommy tak turun tadi di sekolah Priya.

Ilhan berdeham pelan sebelum mencoba bicara dengan istrinya yang masih berdiam diri.

"Aku..mendengar percakapanmu dengan Anna kemarin. Maaf..aku tak berniat menguping. Aku tak sengaja."

Lyric menoleh cepat dengan bola mata melebar dan mulut menganga. Dia begitu terkejut dengan penuturan suaminya.

"Jangan dipikirkan..Anna hanya usil. Oh ya Tuhan, Anna memang gila. Dia mengira kita suami-istri yang normal. Aku mohon jangan salah paham dan tersinggung karena ucapannya."

Lyric menjawab panjang lebar dengan cepat. Tak hanya malu, dia tak mau Ilhan salah paham padanya. Gadis itu tak ingin Ilhan mengira kalau dia berpura-pura dan pamer seolah mereka pasangan normal pada teman-temannya.

Anna yang memulai percakapan, bukan dia.

Ilhan sebaliknya mengerjap mendengar jawaban istrinya. Lyric salah paham padanya. Dia bukan mempermasalahkan percakapan mereka yang terlalu personal. Mereka orang-orang dewasa dan seks bukan hal setabu itu. Jika mengingat usia atau latar belakang lingkungan mereka tumbuh dan belajar. Tentu Anna tak tahu status pernikahan mereka yang tak terjalin melalui hubungan intim apapun.

Antar teman, memang suka membicarakan topik apapun itu. Dia sendiri dan Andy membicarakan banyak hal, mulai dari masalah keluarga, pekerjaan, dan hal-hal personal lainnya.

Ilhan hanya ingin menganjurkan agar mereka mengatakan pada Priya agar tak memaksa ciuman pagi dan malam kalau Lyric tak nyaman dengan itu. Ilhan merasa mereka bisa membicarakan segalanya dengan Priya dan tak perlu meniru rutinitas orang-tua teman-temannya.

"I heard you said you don't like being touchy with stranger. Kita bisa menyamakan alasan pada Priya. Aku tidak mau kau melakukan sesuatu yang membuatmu tak nyaman" balas Ilhan, tak kalah cepat.

Mereka hampir tiba di terminal keberangkatan, memasuki area bandara. Lyric balik menimpali.

"I married to you, we are not stranger..you..you are family. Aku, kau dan Priya..kita keluarga. Kau seperti papa atau Rock dalam keluargaku" kilah gadis itu cepat, sedikit tergagap.

Ilhan menoleh pada istrinya yang tampak salah tingkah. Lyric memalingkan muka sebelum mengutuk diri sendiri. Entah mengapa Lyric merasa dia seolah tak rela rutinitas mereka berubah. Seolah dia mencari alasan untuk melanjutkan rutinitas pagi dan malam mereka. Padahal itu semua sekedar ucapan pamit, selamat malam, dan ciuman pipi. Dengan terburu-buru, gadis itu melanjutkan ucapannya agar Ilhan tak mengira dia berharap.

Ilhan baru sempat membuka mulut saat istrinya kembali bicara panjang lebar,

"Kalau kau yang merasa tak nyaman dan keberatan. Kita tak perlu melakukannya. Kita bisa bicara pada Priya. Dia anak yang pintar dan pasti bisa mengerti. Aku rasa itu lebih baik dari pada kau berbohong pada Priya atau bi Kinasih. Aku juga menunggu semalam karena tak tahu kamu akan benar-benar datang atau tidak. Bukannya aku berharap, tapi aku tak mau dianggap menghindar dan merusak rutinitas yang sudah kita bangun bersama-sama. Ck, aku.."

Lyric menghentikan kata-katanya karena entah mengapa semakin dia bicara semakin terasa kalau dia yang tak rela rutinitas mereka berubah. Ilhan semakin menganga karena dia tak tahu Lyric menunggu semalam, juga tuduhan istrinya kalau dia yang tak nyaman. Jika ada yang dia lakukan hanyalah agar Lyric merasa nyaman. Laki-laki itu hampir kembali menjawab dan meluruskan kesalah-pahaman, saat mobil mereka sudah tiba di depan terminal keberangkatan. Lyric sudah melepas seat belt sebelum dia menjawab.

Youngest DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang