Chapter|13

4.1K 536 14
                                    

Minggu sore ini, Lyric dan Priya tengah menunggu kedatangan Anna Blakely ke kediaman mereka. Mommy dan anak itu telah antusias sejak pagi.

Studio Priya sudah jadi, berada tepat di sebelah ruang belajar dan menghadap ke taman belakang. Lukisan potret karya Lyric dipajang dalam studio, tak jadi di dalam kamar. Jika ada teman-teman yang ada, maka lebih mudah bagi Priya untuk pamer. Ilhan yang menggantungnya, kemarin setelah makan malam.

Anna adalah salah satu balerina terbaik yang pernah tampil di dunia. Kini dia di awal usia 30-an dan menghabiskan hidup dengan menjadi guru balet. Namun Anna Blakely tak sembarangan menerima murid. Dia memilih secara pribadi, anak-anak yang dia inginkan.

Untuk Priya, itu kasus yang berbeda. Dia pensiun beberapa tahun yang lalu, kadang tinggal di Indonesia tetapi tak jarang pula menetap lama di Amerika.

Anna memiliki dua kewarga-negaraan. Papanya merupakan warga negara Amerika Serikat sedangkan mamanya yang seorang mantan duta besar merupakan orang Indonesia. Perempuan itu belajar balet sejak usia 10 tahun, di Rusia. Sang mama menjabat sebagai dubes Indonesia untuk Rusia sejak dia kecil. Saat menginjak usia remaja, dia diterima di Royal Ballet School di London.

Ilhan menghampiri dua perempuan yang berdiri di depan pintu utama rumah mereka, menunggu Anna. Laki-laki itu pun ingin menyambut guru balet putrinya.

Tak berselang lama, sebelum sebuah Lamborghini berwarna kuning tampak dari kejauhan. Itu mobil Anna. Mobil itu melaju cepat dan berhenti tepat beberapa langkah dari tiga orang yang sudah menunggu.

Anna Blakely yang cantik keluar dari sana, tersenyum ke arah mereka. Lyric merentangkan lengan dan menyambut Anna dengan pelukan. Gadis itu memperkenalkan Priya dan Ilhan.

"My daughter..and my husband" cicitnya pelan.

Anna mengulum senyum. Dia menjabat tangan Ilhan yang mengucapkan selamat datang dan menyebutkan nama. Perempuan itu mengalihkan mata pada calon muridnya yang lucu dan manis.

"Well, hello.." sapanya pada Priya.

Priya yang sudah belajar menyapa dan memperkenalkan diri dalam bahasa Rusia yang familiar sejak kecil bagi Anna kemudian menjawab,

"ZDRAHST-vooy..mee-NYAH zah-VOOT Priya" sebagaimana yang diajarkan Lyric kemarin.

Anna Blakely tercengang sebelum tersenyum lebar. Perempuan itu sedikit menunduk dan mencium dua pipi Priya bergantian sembari menjawab salam sang anak.

"Lovely" gumamnya kemudian.

Perempuan itu dipersilakan masuk, ke dalam dan duduk sebentar di ruang tamu untuk mengobrol sebentar dengan Ilhan dan Lyric. Mereka bertiga kemudian menuju studio Priya di belakang sedangkan Ilhan kembali ke ruang kerja setelah menyapa sang tamu. Anna mengagumi lukisan potret sang pemilik studio, memuji lukisan itu semanis Priya yang sedang berada di hadapannya.

Bi Kinasih datang untuk mengganti baju Priya kemudian. Gadis cilik itu berganti baju balet yang dibelinya dengan sang mommy. Bawahan rok berwarna hijau mint yang senada dengan warna sepatu baletnya dan atasan kuning pucat. Rambutnya pun ditata dengan gaya balerina bun dan sebuah pita berwarna senada tersemat di sana, sangat menggemaskan dan cantik hingga sang mommy dan gurunya tersenyum puas. Lyric yang memilih gaun dan gaya rambut itu kemarin malam sebelum gadis kecilnya pergi tidur.

Anna Blakely mengatakan kalau dia ingin mengajarkan balet yang nyaman tapi juga artistik. Dia ingin balet menjadi menyenangkan bagi Priya. Terlalu dini untuk tahu apakah Priya akan menekuni balet secara profesional, namun tak ada salahnya melihat potensi dan bakat sang gadis cilik. Tujuan utama Anna adalah ingin agar Priya mencintai tari dan balet. Hal itu diamini oleh Lyric. Gadis itu tahu kalau Anna sudah pasti memiliki kurikulum sendiri dalam mengajar. Perempuan itu meninggalkan sang putri berdua dengan gurunya, setelah puas mengabadikan momen saat Priya pertama kali diperkenalkan pada gerakan-gerakan dasar untuk diperlihatkan pada keluarga.

Youngest DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang