Chapter|30

5.1K 507 19
                                    

Lyric sedang bersiap untuk berangkat di dalam kamar, dibalut celana jeans pendek dan kaos berlengan pendek warna putih. Gadis itu menoleh saat pintu digeser, Priya yang masuk. Lyric tersenyum, menyembunyikan kepedihan dan sisa-sisa tangisan sejak semalam. Dia mengulurkan tangan, meminta putrinya mendekat.

Lyric memeluk gadis kecil mereka sebelum berujar,

"Priya tahu kan, mommy sangat menyayangimu. Mommy bahagia karena Priya adalah putri mommy."

Priya mendorong pelan lengan Lyric dan mempertemukan mata mereka. Gadis kecil itu mengusap pipi mommy-nya.

"Priya juga sayang mommy" cicit sang gadis kecil.

Lyric kembali memeluk putrinya, meluapkan kerinduan yang tengah mendera saat Priya masih dalam pelukan, hingga bi Kinasih masuk dan mengabarkan kalau mang Gugun sudah datang untuk mengantarnya ke bandara. Lyric menggandeng tangan putrinya ke halaman depan, dengan koper ukuran sedang. Barang-barang lainnya sudah dikirimkan lebih dulu ke New York. Logan membantu sobatnya menemukan tempat tinggal, sebuah studio apartment di dekat kantor mereka.

Lyric hanya diantarkan Priya dan bi Kinasih. Dia berpamitan saat makan malam kemarin pada Rumi, perempuan itu hanya menanggapi singkat dan berkata semoga Lyric tiba dengan selamat. Sedangkan Ilhan masih di ruang kerjanya dan belum keluar. Lyric melarang bi Kinasih memberitahukan laki-laki yang sudah lama tak acuh padanya.

Sejak pertengkaran malam itu, mereka bahkan tak pernah saling menyapa. Lyric memutuskan bahwa ini yang terbaik bagi mereka. Dia masuk ke dalam mobil setelah menciumi pipi dan kening putrinya. Priya dan bi Kinasih masih di sana hingga mang Gugun mengendarai mobil.

Lyric mengusap air mata yang sedari tadi ditahannya setelah mobil melaju. Mang Gugun hanya diam, meski laki-laki itu sangat sedih melihat nyonya rumahnya tak berhenti menangis di sepanjang jalan. Panggilan telpon pada mang Gugun mengalihkan perhatian laki-laki itu dari Lyric. Mereka tak jauh lagi dari bandara. Itu panggilan telpon dari Ilhan.

"Iya den" jawab laki-laki itu pelan.

"Berhenti mang. Saya mau bicara dengan istri saya dulu sebentar" balas putra kedua Eilliyah di seberang, dengan suara memburu.

Supir pribadi gadis kecil mereka memasuki rest area karena permintaan Ilhan. Lyric yang sedari tadi menangis dan menunduk tiba-tiba mengangkat kepala saat mobil berhenti, mengira kalau mereka sudah tiba di bandara.

"Kenapa berhenti di sini, mang?" tanyanya dengan suara sesenggukan.

Mang Gugun tak sempat menjawab. Mobil Honda Civic merah parkir dengan kasar tepat di sebelah mereka. Laki-laki itu keluar dan menjauh dari mobil yang dia kendarai saat Ilhan terburu-buru membuka pintu mobilnya sendiri. Lyric yang baru sadar dengan apa yang terjadi mengalihkan kepala, berlawanan dengan arah pintu yang dibuka suaminya. Gadis itu menghapus air mata dengan cepat. Ilhan duduk di sebelah istrinya yang memalingkan muka, masih dengan nafas terengah-engah dia menatap kepala bagian belakang Lyric.

"Pergi tidak pamit suami, haram tahu. Aku saja selalu pamit tiap mau berangkat ke kantor selama ini" ujar laki-laki itu.

"Kita bukan suami-istri yang seperti itu" balas Lyric dengan suara parau, terlalu banyak menangis.

"Suami-istri seperti apa? Kita suami-istri yang sah. Nikah manggil penghulu dan tercatat di KUA. Kita berdua juga punya putri yang sangat lucu. Apa kamu sudah lupa?" timpal Ilhan cepat.

Lyric tak langsung menjawab, dia semakin berbalik karena air matanya kembali mengalir.

"Aku cuma pura-pura sayang sama Priya selama ini, anggap saja seperti itu. Kamu sendiri yang bilang dia bukan putriku" gumam Lyric pelan.

Youngest DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang