Chapter|38

6.3K 504 12
                                    

Ilhan dan Andy yang bersiap-siap di hotel dekat kantor pusat Shoppingu terburu-buru menuju hotel tempat pertunangan Najia malam ini.

Mereka naik lift, turun di lantai tiga, venue pesta berada di sana. Pertemuan dengan kolega bisnis berakhir lebih dari perkiraan dan mereka terjebak macet ibu kota yang parah.

Saat tiba, acara pertunangan sudah dimulai. Bahkan mereka berdua tak sempat melihat acara tukar cincin yang sudah berlangsung sejak tadi. Dari jauh, Ilhan menatap penuh simpati pada Hakeem. Laki-laki yang akan menikahi Najia Haroen, adik perempuannya yang susah dihadapi.

Hakeem bisa jadi hanya jatuh cinta pada kecantikan Najia, tanpa tahu masa depan yang harus dia hadapi. Begitu dulu papanya terjebak dengan Eilliyah.

Ilhan mengulum senyum saat melihat Art dan Pearl, beberapa langkah lagi dari meja keluarga yang memanjang di depan sana. Benar. Jika dibandingkan dua putri keluarga Bhupati berparas sempurna itu, Najia jelas lebih mudah dihadapi. Senyum laki-laki itu semakin lebar saat ingat pada istri sendiri. Dia beruntung, karena istrinya Lyric Bhupati. Senyuman di bibir Ilhan Haroen mendadak hilang saat dia semakin dekat dengan meja keluarga.

Laki-laki itu menghentikan langkah dan menatap tak percaya pada sosok bergaun kuning yang sedang duduk dengan Priya. Ilhan bahkan memejamkan mata sebelum kembali membukanya dengan cepat, takut itu cuma khayalan. Namun istri yang baru saja dia bayangkan memang sedang ada di sana. Lyric Bhupati tampak cantik seperti biasa dengan gaun kuning yang membalut pas tubuh indah itu, memamerkan tulang selangka, leher, juga punggungnya.

Andy bahkan ikut menghentikan langkah dan menoleh pada Ilhan yang membatu di tempat. Terkejut karena Lyric tak berkabar kalau akan pulang.

Lambat laun, pandangan mata semua orang tertuju pada mereka. Termasuk Lyric yang sadar kalau suaminya sudah datang. Mata pasangan suami-istri yang berpisah hampir satu bulan itu bersirobok dan saling mengunci pandangan, lama. Ilhan berjalan cepat saat dia sadar kalau Lyric memang ada di sana.

Laki-laki itu tak sempat mengatakan kata maaf karena keterlambatan dan duduk di samping istrinya, masih dengan mata lekat menatap perempuan bergaun kuning.

Di bawah tatapan mata seluruh anggota keluarga.

"Kamu..kapan datang?" tanyanya cepat, suara Ilhan cukup keras untuk bisa didengar semua keluarga.

"Tadi siang" balas Lyric singkat, mulai salah tingkah karena mereka menjadi tontonan.

Ilhan tersenyum lebar.

Laki-laki itu menarik Lyric dalam pelukan, mengoyangkan tubuh istrinya ke kanan dan ke kiri demi meluapkan kegembiraan. Lyric menepuk lengan suaminya berkali-kali, minta dilepaskan. Muka putri bungsu Alma dan Shareef memerah karena malu, mereka di tengah-tengah acara keluarga.

Lyric tak hanya merasa malu pada kedua orang tua dan saudara, Lyric juga malu pada keluarga tunangan Najia yang tak tahu menahu mengenai alasan sikap Ilhan Haroen padanya. Jangan menyebutkan undangan pesta lainnya, yang merupakan teman-teman dan kenalan dari Najia dan Hakeem.

Suara dehaman dari mulut Bani Haroen menghentikan Ilhan. Laki-laki itu menyusur seluruh ruang, masih mendekap istrinya yang menunduk malu. Semua orang menganga tak percaya dengan pemandangan yang mereka lihat sekarang. Ilhan melepaskan Lyric dengan cepat, kemudian meluruskan duduk karena sadar kalau baru saja mempermalukan diri sendiri.

Lyric berbalik ke arah Priya di sampingnya yang juga menatap sang papi dengan keheranan. Dia menyuapi Priya dengan kue, demi mengalihkan diri dari rasa malu. Meski putrinya jelas-jelas tak menunjukkan ketertarikan sejak tadi pada makanan di depannya.

Acara dilanjutkan dengan jamuan makan malam, yang damai dan penuh percakapan akrab di antara tiga keluarga juga beberapa tamu lain yang datang.

Ini hari membahagiakan bagi Najia dan Hakeem, tetapi mata seluruh keluarga justru tak lepas dari Ilhan dan Lyric sejak laki-laki itu dan Andy datang.

Youngest DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang