Chapter|18

4.1K 533 11
                                    

Acara pengenalan pekerjaan pada anak-anak TK seperti yang dibicarakan mama Angel dan Natasha diadakan akhir bulan ini. Kali ini, keluarga Priya Haroen yang akan memperkenalkan pekerjaan orang tuanya. Para orang tua yang dipimpin Clarissa memilih galeri lukisan dan pengenalan pada seni lukis, dari tiga yang ditawarkan oleh Lyric. Ilhan, Lyric, dan Priya diundang makan malam di kediaman Eilliyah dan Bani, malam sebelum acara sekolah Priya.

"Nak, sebutkan apa yang bisa mama dan papa lakukan untuk membantumu menyiapkan acara sekolah Priya?" tanya Eilliyah.

"Saya berpikir untuk memesan katering untuk anak-anak dan keluarga mereka yang datang ma. Apa mama bisa merekomendasikan sebuah restoran pada Lyric?" sang menantu balik bertanya.

Eilliyah mengibaskan tangan sebelum menjawab,

"Jangan mengkhawatirkan itu, sayang..mama akan mempersiapkannya untukmu. Menantu mama cukup tampil mempesona seperti biasa. Jangan mengurusi makanan."

'Terima kasih, ma" balas Lyric cepat.

Eilliyah mengangguk-angguk sembari tersenyum sumringah. Ucapan Najia pada Priya mengalihkan percakapan mama dan iparnya,

"Priya sayang..sekarang pintar ya, maem-nya gak belepotan lagi. Gak minta disuapin juga sama aunty. Kok tumben sih? Anaknya papi Ilhan tiba-tiba gede begini."

Priya menoleh pada bibirnya, dia mengangguk pelan sebelum menjawab,

"Soalnya Priya belajar table manner sama mommy. Kalau makan di luar rumah harus sopan dan bersih".

"Wow."

Najia menyeru tak percaya, perempuan itu menoleh pada mama papanya. Eilliyah Marwan dan Bani Haroen terperangah dengan jawaban cucu satu-satunya itu. Lyric dan Ilhan bertukar pandang, tersenyum bangga pada putri mereka. Priya melanjutkan makan, di bawah tatapan mata setiap orang dalam ruang itu. Ada Eilliyah dan Bani yang merasa terharu dan bersyukur, juga Najia yang masih belum percaya kalau keponakan kecilnya sedang bicara mengenai sopan santun. Ilhan tersenyum puas saat akhirnya berhasil memamerkan putri dan istrinya di hadapan keluarga.

Mereka segera pulang setelah makan malam, karena besok ada acara sekolah.

Priya tertidur di perjalanan, dalam pangkuan Lyric. Ilhan menggendong putri mereka ke dalam rumah. Pasangan suami-istri itu bergantian mengecup pipi gadis kecil mereka setelah Lyric mengganti baju Priya dengan piyama dan Ilhan mengeratkan selimut. Mereka keluar dengan hati-hati, menuju kamar masing-masing.

Lyric hampir menggeser pintu kamarnya, saat Ilhan menarik pelan lengannya.

"You forget something" ucap laki-laki itu.

Lyric tertegun. Gadis itu berdiam diri saat perlahan wajahnya ditangkup dan kecupan selamat malam mendarat di pipinya.

"Goodnight, besok aku akan datang setelah rapat. Terima kasih sebelumnya" ucap Ilhan lagi.

Lyric sedikit mendongak sehingga mata mereka bertemu.

"Aku melakukannya untuk putriku sendiri. Tak perlu berterima kasih. Priya bukan orang asing untukku. She can take me for granted" balas gadis itu pelan.

Lyric kembali menunduk setelah menjawab kata-kata Ilhan. Perempuan itu merasa yang dia lakukan untuk Priya sungguh tak butuh ucapan terima kasih. Lyric tidak suka mendengar ucapan terima kasih suaminya untuk segala yang dia lakukan bagi Priya.

Ilhan tertegun. Laki-laki itu tersentuh dengan ucapan istrinya, juga merasa bersalah. Sungguh bukan itu niatnya. Tanpa sadar, Ilhan kembali menangkup wajah istrinya dan mempertemukan mata mereka.

Youngest DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang