Chapter|04

5.4K 630 11
                                    

Hari ini, Ilhan akan memenuhi undangan dari Art. Dia dan Andy menuju studio seni tempat Artemisia mengajar. Putri sulung pasangan pelukis terkenal itu tengah memperhatikan satu persatu lukisan yang dikerjakan anak didiknya, ada seorang model laki-laki di depan sana. Ilhan dan Andy menunggu hingga kelas selesai.

Nama Artemisia terinspirasi dari nama pelukis perempuan dari Italia pada abad ke-17 bernama Artemisia Gentileschi. Dia seorang tokoh penting yang menembus batas dan membawa representasi perempuan dalam dunia seni kala itu. Demikian Shareef dan Alma menginginkan Art lahir dan tumbuh, seperti Artemisia Gentileschi. Art dan Pearl lulus dari almamater yang sama dari papa dan mamanya.

Art tersenyum saat melihat dua laki-laki itu berdiri di bibir pintu. Perempuan cantik itu mempersilakan Ilhan dan Andy masuk saat satu-persatu anak didiknya keluar. Dia meminta Ilhan duduk di tempat model tadi duduk. Laki-laki itu kikuk, tetapi menurut. Art meraih sebuah kanvas dan mulai melukis sebelum memulai percakapan,

"Kamu..tidak menganggap perkataan mama yang meminta kita berteman serius malam itu kan?" perempuan cantik itu menyuara.

Ilhan bergeming, sedikit salah tingkah dengan pertanyaan pelukis berparas sempurna itu.

Art menjulurkan kepala, demi melihat dengan jelas wajah Ilhan di belakang kanvas.
"Dengar, aku akan bicara jujur karena tahu kamu dan aku sama-sama orang sibuk. Jadi kita tak perlu membuang-buang waktu. Aku, sejujurnya tidak berpikiran positif terhadap pernikahan. Namun kamu tahu sendiri kan, tidak menikah jauh lebih sulit diterima dalam masyarakat kita."

"Begitu pun bagi mama papaku, aku pikir orang tua-mu pun berpikiran sama. Makan malam hari itu, jelas bertujuan menikahkanmu denganku..atau Pearl dan Lyric."

Ilhan menoleh pada Andy, mereka berdua tercengang karena ucapan putri sulung Shareef Bhupati dan Alma Rauf. Perempuan 28 tahun itu menunjukkan persona lain dari dirinya hari ini. Seorang perempuan dewasa dengan ideologi dan prinsip hidup tersendiri. Pada waktu makan malam, baik Art maupun Pearl adalah dua anak gadis yang manis. Tipikal sosok anak konglomerat, para ladies yang sejak lahir sudah makan dari sendok emas. Pernikahan, seolah mereka siap kapan pun untuk itu. Rupanya semua hanya topeng.
Putri sulung keluarga Bhupati bukan tipikal gadis manis yang menunggu pangeran tampan kaya raya datang untuk menpersuntingnya. Sebaliknya perempuan cantik itu menentang sebuah pernikahan.

"Maaf kalau aku bertanya tentang ini padamu dan jangan salah paham, aku dengar kamu sudah memiliki calon istri..sayangnya dia sedang sakit?"

Art bertanya lagi karena tak ada tanggapan dari Ilhan.

Ilhan berdeham pelan sebelum berkata,

"Benar."

Art menghias wajah rupawannya dengan seringai tipis. Tangan perempuan itu sibuk dengan kuas dan cat, sembari menimpali lagi jawaban Ilhan Haroen.

"Kalau kita menikah, lalu calon istrimu sembuh..kamu akan menikahinya juga?" tanya Art lagi.

Ilhan membatu karena pertanyaan tak terduga dari bibir pelukis cantik itu. Putra kedua Eilliyah Marwan dan Bani Haroen itu gelagapan. Saat dia menoleh pada Andy, laki-laki itu membuang muka. Art tertawa kecil sebelum kembali menyuara,

"Mungkin kamu akan menganggap ini semua gila, tapi kedua orang tua kita sangat serius dengan rencana pernikahan. Mama cuma berbasa-basi saat mengatakan kita hanya harus berteman. Kamu harus memilih antara aku, Pearl, atau Lyric. Aku harus tahu, apakah kamu akan menikahi calon istrimu kalau dia bangun. Dengan begitu, aku bisa mengajukan penawaran padamu."

"Penawaran?"

Ilhan bertanya dengan suara tertahan, laki-laki itu diliputi keterkejutan dengan semua ucapan yang keluar dari bibir pelukis cantik yang masih sibuk dengan kanvas dan kuas di depannya. Seolah tengah membicarakan hal ringan saja. Art berhenti sebentar dan kembali menjulurkan kepala, hingga tatapan matanya bertemu dengan mata Ilhan yang melebar karena terkejut. Perempuan itu tersenyum simpul.

Youngest DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang