Chapter|09

4.3K 527 8
                                    

Perhatian Lyric dari lukisan potret Priya teralihkan karena ketukan pintu. Lukisan itu hampir rampung, tinggal menyempurnakan detail-detailnya saja. Ilhan berdiri di bibir pintu studionya. Laki-laki itu terpaksa mengganggu karena menurut penuturan bi Kinasih, Lyric sudah berada di sana sejak pagi dan ini waktu makan malam.

"Waktunya makan malam" sapa laki-laki itu.

Lyric menganga. Dia lupa waktu, sudah lama Lyric tak seperti ini dalam melukis. Perempuan itu berdiri dengan cepat dan menghampiri suaminya.

"Aku akan siap-siap, oh maaf..aku lupa waktu" ucap perempuan itu.

"Jangan buru-buru, kami menunggumu di ruang makan..bi Kinasih masih menyiapkan makan malam kita" Ilhan menimpali.

Lyric mengangguk cepat. Mereka berjalan menjauh dari studio, satu orang menuju kamar dan satu orang lainnya kembali ke ruang makan. Andy dan Priya sudah berada di sana.

"Aku dengar seniman sering lupa waktu saat berkarya, beberapa bahkan tak keluar rumah selama tiga atau satu minggu penuh..tampaknya itu bukan omong kosong kalau melihat istrimu" Andy berujar saat melihat sobatnya kembali.

Ilhan mengangguk beberapa kali. Istrinya tampak terkejut saat tadi dia masuk dan mengatakan sudah waktunya makan malam. Bisa dipastikan teori itu sedikitnya terbukti.

"Neng Lyric bahkan tidak makan apapun den, bibi lihat makanan yang saya bawakan sama sekali tidak disentuh. Cuma minum dan duduk di tempat yang sama. Melukis sepanjang hari" bi Kinasih ikut menimpali.

"Wah.." Andy berseru pelan, antara kagum dan khawatir pada istri atasan dan sobatnya.

Percakapan mereka terhenti saat Lyric masuk ke dalam ruang makan. Perempuan itu bersiap-siap cukup cepat, bisa jadi takut membuat anggota keluarga menunggu lama. Dia dibalut slip dress selutut berlengan pendek warna kuning keemasan. Rambut coklatnya disanggul rapi. Mereka makan berlima, dengan bi Kinasih sibuk menyuapi Priya.

Saat makan malam selesai, Priya dan pengasuhnya kembali ke kamar agar anak lima tahun itu segera membersihkan diri. Ilhan, Lyric, dan Andy Rayhan masih berada di meja makan. Percakapan teralih pada logo Shoppingu yang akan diperbaharui. Desainnya sedang dirapatkan. Andy Rayhan sengaja membawa dokumen berisi ide-ide tim desainer dan meminta pendapat Lyric.

"Aku tidak terlalu paham desain" gadis itu berkilah.

"Tapi kau seniman..pelukis, aku rasa kau memiliki pendapat yang bisa dipertimbangkan" Andy balik berkilah.

Lyric meraih dokumen yang disodorkan sahabat suaminya, membuka setiap lembar dan memperhatikan satu-persatu. Ilhan dan Andy duduk di hadapan, memperhatikan sang gadis yang sangat serius saat dimintai pendapat. Mereka tak mengira kalau Lyric akan begitu serius. Gadis itu menunjuk satu gambar setelah lama memperhatikan dan berkata dengan panjang lebar,

"Ini hanya pendapatku, aku rasa desain yang ini paling bagus karena mirip dengan desain perusahaan yang lama. Menurutku sebaiknya logo jangan terlalu jauh dengan yang lama, agar pengunjung setia Shoppingu tidak terlalu asing."

"Sejujurnya aku rasa desain yang lama pun sudah sangat bagus. Tote bag berwarna maroon dengan nama Shoppingu yang ditulis dalam font yang simpel tapi berkelas. Ada ideologi ramah lingkungan pula. Cocok dengan representasi yang diusung pengusaha-pengusaha kelas dunia saat ini."

Ilhan dan Andy tertegun sejenak. Lyric menjadi salah tingkah, mengira pendapatnya tak cukup bagus. Dua laki-laki itu sebaliknya merasa tersanjung karena Lyric Bhupati begitu perhatian pada Shoppingu. Lyric tak asal memilih desain tetapi memikirkan makna bagi perusahaan.

Meskipun hari ini hanya percakapan ringan setelah makan malam, dia bersungguh-sungguh saat dimintai pendapat.

"Sudah kukatakan.. Aku tidak terlalu paham desain" cicit gadis itu sembari menutup dokumen dari asisten suaminya.

Youngest DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang