Chapter|35

6.9K 559 13
                                    

Putri bungsu Alma dan Shareef menunduk sebelum mengucapkan kata-kata panjang lebar, meluapkan seluruh isi hatinya. Persetan, mungkin setelah ini mereka tak akan pernah bertemu lagi.

"Kau ingin aku pulang lalu memamerkan kebahagiaan kalian padaku? Kamu ingin aku pulang, tinggal di kamar di seberang kamarmu lalu setiap malam tidak bisa tidur karena tersiksa memikirkan apa saja yang kamu lakukan dengan perempuan yang kamu cintai di kamar kalian dan paginya berpura-pura kalau aku baik-baik saja. Iya?"

"Aku memang pernah terpikir untuk pulang, karena sangat merindukan Priya. Tapi setiap kali mengingat apa yang kita lakukan di dalam mobil sebelum aku berangkat, aku tidak jadi ingin pulang."

"Kamu bahkan bisa melakukan hal seperti itu denganku, yang sama sekali tidak kamu cintai dan sering dengan mudahnya kamu hindari. Tentu kamu akan melakukan lebih dari apa yang kita lakukan dengan perempuan itu. Kau ingin aku pulang, lalu setiap malam tak berhenti membayangkan apa yang kalian lakukan berdua. Kenapa aku harus menyiksa diri sendiri dengan tinggal bersama kalian?"

"Sebelum menikah dengan perempuan itu pun, dulu kamu sering tak mengacuhkanku.
Kau sering sekali bersikap seolah aku telah berbuat salah tapi tidak mau menjelaskannya padaku. Kamu tiba-tiba tidak mau bicara dengan melihat padaku. Apalagi setelah kau menikah dengan perempuan itu. Aku masih ingat kau tak mengacuhkanku selama berminggu-minggu sebelum keberangkatanku ke New York."

"Jangan menjadikan Priya sebagai alasan! Kalian yang memecat Mrs. Artina yang aku pilih untuk putriku. Aku tahu karena istrimu jauh lebih baik dari pada aku yang masih membutuhkan bantuan mentor. Tentu saja, kau pernah memimpikan anak-anak bersamanya. Dia pasti mama yang luar biasa. Dia lebih dewasa dari pada aku yang tidak tahu apa-apa. Aku masih butuh bertanya dan meminta bantuan dari mama atau Pearl untuk mengurus Priya."

Lyric mengalihkan mata ke dalam ruangan apartemennya saat topik mengenai Priya keluar dari bibirnya. Hati gadis itu terasa jauh lebih sakit, air mata hampir tumpah karena luapan emosi yang tak terkendali. Kebiasaan berbicara panjang lebar tanpa kontrol jauh lebih buruk malam ini.

Suara dering telpon dari dalam sakunya menambah kekesalan Lyric. Rock tak berhenti meneror sejak kemarin, entah untuk masalah apa. Lyric menggeram rendah karena kekesalan yang menggebu-gebu, pada Ilhan Haroen yang masih bergeming di depan pintu apartemen juga pada Rock.

Ilhan tercengang dengan luapan emosi dan setiap kata yang keluar dari mulut istrinya. Dia menatap Lyric yang menahan air mata, tampak dari pelupuknya yang mulai basah. Gadis itu membalik badan, berjalan sedikit menjauh dari pintu dan meraih telpon dari dalam saku, menerima panggilan dari Rock. Ilhan yang masih tak percaya dengan segala ucapan perempuan itu berdiri di belakang punggung.

Ilhan berusaha mengendalikan diri.

Lyric baru saja mengungkapkan perasaan padanya, bukan. Dia berkata kalau cemburu padanya dan Rumi. Gadis itu juga mengatakan keinginan untuk pulang selama ini. Ilhan yakin dia tak salah dengar, tapi sulit sekali untuk secepat itu percaya saat dia tak menduga isi hati Lyric Bhupati padanya selama ini. Artinya ucapan mamanya selama ini benar, bahwa istrinya pergi bukan semata karena pekerjaan. Mungkin iya, karena Lyric memang pernah mengatakan ingin tinggal di New York dan membesarkan dance academy yang mereka dirikan.

Namun tidak pernah pulang bisa jadi pilihan yang terpaksa perempuan itu pilih karena pernikahan keduanya dengan Rumi. Demi Priya yang sangat dia cintai. Bukankah kata-kata istrinya barusan dapat diartikan begitu.

"Ada apa, Rock? Bisakah kita bicara besok saja?"

Lyric memelankan suara, tak ingin kakak laki-lakinya tahu dia sedang berusaha meredam emosi dan isak tangis. Terdengar decakan pelan dari seberang, Rock tak ingin lagi menunda mengenai kabar yang dia dengar pada sang adik.

Youngest DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang