Chapter|32

4.9K 488 24
                                    

Rumi baru saja datang, dia disibukkan dengan clothing store yang menyita waktunya beberapa bulan belakangan.

Rumi tergopoh-gopoh saat bi Kinasih memberitahukan bahwa Eilliyah ada di rumah, sedang bicara dengan Ilhan di ruang kerja. Eilliyah dan Bani yang tak merestui dan datang ke pernikahan mereka, hampir dua tahun terakhir pun tak pernah berkunjung ke rumah putra keduanya. Rumi mengira bahwa sang mertua telah berubah pikiran. Perempuan itu begitu sumringah.

Namun Rumi terpaku di depan pintu geser ruang kerja itu saat mendengar percakapan Ilhan dan Eilliyah di dalam sana,

"Mama bertemu dengan mertuamu, mereka mengantarkan undangan pernikahan Pearl. Mama mertuamu berkata kalau mereka akan mengizinkan perceraianmu dengan Lyric, Mereka merasa bersalah karena istrimu tak pernah pulang. Menurut mertuamu, Lyric sudah tidak menjalankan kewajiban sebagai istri, maka wajar kalau kau mengakhiri pernikahan dengannya. Lyric sedang di luar negeri, menurut mereka akan lebih baik kalau kau yang mengurus perceraian kalian."

"Tidak mau!" Ilhan membalas lantang.

"Kenapa?" tanya Eilliyah.

Tak ada jawaban selama beberapa waktu.

"Jangan memintaku melepaskan istriku, mama. Lyric akan menjadi istriku dan mommy-nya Priya selama dia masih menginginkannya" ucap laki-laki itu lirih.

"Kau itu membingungkan, nak. Lyric juga berhak hidup bebas tanpa terikat padamu dan Priya. Dia masih muda dan punya masa depan yang cerah."

"Ingat bagaimana Lyric dulu menyayangi Priya? Coba sekarang kau pikirkan, kenapa istrimu yang sangat menyayangi Priya memilih tinggal jauh dari kalian. Tak pernah pulang hampir dua tahun. Beberapa bulan ini, dia mengadakan tur di Asia. Jika mau, Lyric bisa pulang kapan pun. Pekerjaan jelas bukan alasan dia tak pernah mau pulang."

"Apa kau tak mengerti juga, Ilhan?"

"Punya dua istri itu bukan gambaran keluarga yang ideal. Punya dua mama juga tak tepat untuk pertumbuhan anak. Najia pernah menjemput Priya dari studio guru baletnya. Dia berkata kalau Lyric sering menanyakan kabar putri kalian pada Anna. Guru balet Priya yang mengatakan itu. Saat kakaknya, Art ke New York istrimu tak berhenti menanyakan tentang Priya."

"Dia merindukan putri kalian. Tapi lihat, apa dia pernah pulang?"

"Lyric tak pulang karena tak mau Priya punya dua mama. Pikirkan niat baiknya dan lepaskan Lyric. Dia pun berhak bahagia" ujar Eilliyah panjang lebar.

"Kalau kami bercerai, suatu saat dia menikah dengan laki-laki lain. Aku tidak mau dia menjadi milik orang lain. Aku bisa gila kalau itu terjadi, mama. Dia istriku dan mommy-nya Priya. Jangan memintaku melepaskan Lyric. Aku tidak akan pernah melakukannya, lebih dulu. Aku tidak butuh dia menjalankan kewajiban istri atau apa pun itu."

Ilhan menjawab dengan penuh permohonan.

Eilliyah duduk di sofa dan menatap tak percaya pada Ilhan saat mendengar kata-kata yang keluar dari bibir putranya. Ilhan sedang duduk dan menopang kepala pada meja dengan kedua tangan, sangat frustasi dengan permintaan mamanya.

Ingatan perempuan setengah abad lebih itu kembali pada waktu Lyric berpamitan akan tinggal di New York, padanya dan Bani. Mereka berdua keberatan dengan keputusan menantunya tetapi ucapan Lyric meluluhkan Eilliyah dan Bani.

Lyric berkata bahwa pertumbuhan Priya lebih penting dari segalanya. Dia tak ingin Priya tumbuh dalam keluarga dengan dua mama.

"Seharusnya kau tak mengizinkan suamimu menikah lagi kalau memang tahu akibatnya, nak."

Eilliyah ingat bahwa dia mengucapkan kata-kata itu pada Lyric. Putri bungsu Alma dan Shareef itu menggeleng dan tersenyum sebelum menjawab ucapan Eilliyah,

Youngest DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang