Chapter|33

5K 531 7
                                    

Ilhan dan Andy sedang menunggu partner bisnis mereka, di cathedrale restaurant di New York. Mereka akan menemui pasangan pebisnis, pemilik sejumlah bangunan apartemen yang akan bekerja sama dengan anak perusahaan Shoppingu di bidang sewa properti. Mereka tiba jauh lebih awal, diarahkan ke meja yang telah direservasi oleh partner bisnis mereka.

Sebuah pesan yang tampak di layar telepon Ilhan mengalihkan perhatian dari desain fillmore sculpture yang menghias atap restoran itu. Nama pengirimnya berhasil memunculkan senyum merekah di bibir Ilhan, itu pesan dari Rumi. Perempuan itu mengirimkan sebuah gambar, dia dan Priya yang sedang belanja bersama. Mereka tengah menikmati makan siang bersama di sebuah restoran.

Rumi memuji Priya yang makan dengan tenang dan bersih, berbeda dengan anak-anak lain di sekitaran mereka.

"Rumi?" Andy bertanya.

Ilhan tersenyum dan mengangguk pelan.

"Dia sangat dekat dengan Priya sekarang" gumam Andy, laki-laki itu pun tersenyum.

"Benar" balas Ilhan pelan.

Ilhan Haroen tersenyum, mengingat malam saat Rumi mengajaknya bicara dengan panjang lebar. Malam itu, Ilhan yang mengira telah mengenal Rumi dengan baik nyatanya dihadapkan pada hal-hal lain yang tak pernah dia tahu mengenai perempuan itu. Malam itu mengubah hubungan mereka berdua, juga antara Rumi dan Priya. Sekarang, mereka baik-baik saja. Tak seperti dua tahun terakhir yang penuh pertengkaran dan kesalahpahaman. Mereka bahagia, akhirnya.

Perhatian Ilhan dari foto Rumi dan Priya teralihkan oleh kehadiran pasangan pemilik properti, Mr.Jamarion, yang membawa serta putri mereka yang seumuran dengan Priya bernama Harmony. Mereka warga negara asing yang memiliki sejumlah besar bangunan apartemen di Jakarta, istrinya seorang warga negara Indonesia bernama Pristine. Ilhan dan Andy berdiri saat mereka bertiga tiba, menyalami satu-persatu.

"Ini putri kami, Harmony" ucap laki-laki itu memperkenalkan.

"Hai" sapa Ilhan

Ilhan melambaikan tangan dan sedikit menunduk. Harmony yang manis dan lucu tersenyum, dia menggunakan bahasa isyarat internasional untuk menyapa. Sang gadis seorang tuna wicara. Anak menggemaskan itu mengingatkan Ilhan pada putrinya sendiri di rumah, tiba-tiba diserang rasa rindu. Mereka dipersilakan duduk kembali oleh Mr.Jamarion, menikmati makan malam sembari membicarakan kerja sama yang mungkin terjadi.

"Pak Ilhan Haroen dan pak Andy Rayhan, apakah kalian menyukai pertunjukan tari teatrikal. Kami ingin mengajak anda berdua menikmati waktu di New York selama perjalanan bisnis ini, putri kami bermimpi untuk menjadi penari. Dia mengusulkan agar anda berdua menonton bersama. Ada sebuah pertunjukan yang sangat terkenal di New York. Kebetulan kami punya lima tiket, susah payah didapatkan karena sold out."

Pristine menyuara saat makan malam hampir berakhir.

"Tentu, saya tidak terlalu mengenal seni tapi kami menikmati pertunjukan tari dan musik. Paling tidak bisa dimengerti dibandingkan lukisan yang sampai sekarang belum juga saya paham.
"Mungkin karena pertunjukan tari memiliki gerak dan ada suara" balas Ilhan gamblang.

Mr. Jamarion dan Pristine, istrinya yang cantik tertawa mendengar jawaban Ilhan Haroen yang jujur. Mereka akan menikmati pertunjukan teatrikal besok malam, sesuai tiket yang didapatkan pasangan itu. Mereka tampak sangat mencintai Harmony, sehingga Ilhan tak bisa menolak. Terlebih karena kerja sama yang mereka rencanakan belum mencapai kesepakatan.

Makan malam diakhiri dengan undangan yang disampaikan pada Ilhan dan Andy.

Dua laki-laki itu kembali ke hotel. Andy yang mengemudi seperti biasa, Ilhan duduk di sebelah kemudi. Laki-laki itu menatap ke luar kaca, kota New York yang sibuk dan hidup. Gedung-gedung tinggi yang seolah menyentuh langit dan orang-orang di jalanan.

Youngest DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang