16. Keterpakuan Vivian

5.3K 912 286
                                    

Jangan lupa untuk share cerita Vivian ke teman-teman kalian atau sosmed ya 💓

Saya akan berterimakasih banget jika kalian mau mengembangkan cerita Vivian agar dikenal banyak orang.

Dilarang salah lapak/ menyebutkan karakter tokoh cerita lain di cerita Vivian!!!

Akun sosmed :

IG : @icha_a.a

@venomgangs_

Tiktok : ichasthetic

Happy Reading 💕

_______________________


Vivian hanya duduk diam di tepi ranjang milik Marco, menatap lurus ke depan dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia tetap bergeming saat Marco yang berada disampingnya menarik secara lembut ikatan rambutnya, sehingga kini surai halus itu tergerai indah.

Duduk tegak, dengan kedua tangan yang berada di atas paha, mempertahankan sikap tenangnya. Mencegah segala ketakutan dan kelemahan yang siap menerjang dirinya.

"Vivian." Marco berbisik pelan, menyampirkan rambut Vivian ke  pundak sebelahnya, memperlihatkan tengkuk leher putih gadis itu. Ia mendekatkan wajahnya sehingga hembusan napas hangatnya dapat dirasakan kulit leher Vivian. Bibir tebal Marco mencium lama bahkan menghisap kulit leher Vivian, membuat gadis itu mencengkram seprei kuat-kuat.

Merasakan sentuhan lembut di pipinya, menggoyahkan Vivian untuk memalingkan wajah. Tetapi secepatnya Marco meraih dagu Vivian, agar gadis itu bersitatap dengannya. "Jangan memalingkan wajah cantik mu dariku." Ia mendekatkan hidungnya untuk menempel di pipi mulus Vivian, sedikit mengendus-endus disana. "Berani memberontak, nyawa Papamu taruhannya, sayang." Ia melingkarkan sebelah tangannya ke pinggang ramping Vivian.

Menaikkan pandangannya, menatap lekat kecantikan yang terpahat di wajah Vivian, hingga berakhir pada bibir ranum gadis itu. Ingin merasakan kelembutannya, ibu jari Marco mengelus sensual bibir bawah Vivian seraya memperhatikan usapannya. Kini tatapan pria itu beralih pada manik hazel Vivian yang juga menatapnya.

"Bibirmu memanggil ku untuk segera mencicipinya, sayang." Marco tersenyum sekilas lalu memiringkan wajahnya ingin mencium bibir Vivian, namun ternyata gadis itu segera memalingkan wajahnya.

Marco terkekeh ringan kala ciumannya ditolak. Punggung jarinya kini mengusap-usap pipi Vivian. "Hanya kamu Vivian, perempuan yang berani menolak ciumanku."

Vivian meraih telapak tangan Marco yang berada di pipinya, menurunkannya secara perlahan.

"Bicaralah, jangan hanya diam. Aku akan mendengarkan setiap perkataan mu." Marco menatap Vivian dari samping.

Vivian memperhatikan Marco cukup lama, sampai pada akhirnya terlihat gelengan kecil darinya.

"Yakin tidak ingin berbicara?" Marco memainkan ujung rambut Vivian, sesekali menghirup rakus aromanya yang memabukkan dan begitu candu. Awal bertemu Vivian, Marco sampai mencari tahu parfum dan shampoo apa yang gadis itu gunakan, sehingga aromanya dapat membuat perasaan terasa menenangkan dan menghanyutkan.

Seakan-akan, setiap bagian dari tubuh gadis itu mampu membuat sisi terdalam seseorang menggila dan bergetar. Seperti suara, aroma tubuh, senyuman, tatapan, kecantikan dan cara berjalan gadis itu.

Padahal Vivian, hanyalah gadis berusia 15 tahun.

Kembali Vivian menggeleng, membuat Marco menggeram tertahan. Namun berusaha ia tak berbuat kasar pada gadis yang tadi memperhatikan kesehatannya.

VIVIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang