30. Kasih sayang untuk Vivian

3.7K 624 484
                                    

Play : Love Is The Answer - Natalie Taylor

WAJIIIIBBB DENGERIN LAGUNYA!!!

BTW INI PART MARCO YANG MUNGKIN BAKALAN NYENTIL HATI MUNGIL KALIAN. SIAPA TAU AJA YANG MASIH BENCI MARCO, BISA SEDIKIT LULUH DI PART INI🤣

Jangan lupa untuk share cerita Vivian ke teman-teman kalian atau sosmed ya 💓

Saya akan berterimakasih banget jika kalian mau mengembangkan cerita Vivian agar dikenal banyak orang.

Dilarang salah lapak/ menyebutkan karakter tokoh cerita lain di cerita Vivian!!!

Akun sosmed :

IG : @icha_a.a
@venomgangs_

Tiktok : ichasthetic

Happy Reading💕

__________________________

Hari demi hari berlalu, keadaan kaki Vivian kian membaik, bahkan ia sudah bisa berputar, menari secara pelan-pelan, walaupun tak selihai dulu, namun itu sudah menjadi perkembangan yang cukup signifikan baginya. Hal tersebut menjadi kabar baik bagi orang-orang terdekatnya, namun tentunya menjadi kesakitan tersendiri bagi Marco.

Bukan, bukan karena Marco tak senang kaki Vivian mulai membaik, tetapi kepergian gadis itu kelak yang membuat hatinya terluka. Perpisahan yang dijanjikan Marco sudah berada di depan mata dan ia tak sanggup untuk itu.

Dibalik kesenangan dan kebahagiaan orang-orang dalam menyambut kesembuhan Vivian, hanya dirinya lah yang menangis seorang diri di gelapnya malam. Menangisi segala penyesalannya, mengutuk setiap kesalahannya pada gadis cantik itu. Sungguh, Marco jatuh hati sedalam-dalamnya pada Vivian.

"Tuan." Panggilan lembut itu, akan selalu Marco rindukan. Bagaimana cara bibir mungil Vivian terbuka, memanggil dirinya dengan nada indah yang menenangkan, hingga memberikan kenyamanan dan kehangatan di dalam hatinya.

Marco mengalihkan perhatiannya ke arah Vivian yang duduk disampingnya. Bersama-sama menikmati angin sore di dermaga, sekaligus menunggu kedatangan sinar jingga yang begitu indah.

"Dua hari lagi aku udah pergi."

Marco mengangguk, menepis kesakitan dihatinya. "Aku tau."

Manik hazel Vivian menangkap kesedihan di tatapan Marco, terlihat begitu menyakitkan. "Aku juga kayak gitu waktu Tuan pisahin aku sama Papa. Serasa sakit banget. Iya 'kan?"

Perkataan Vivian bagaikan tamparan keras bagi Marco. Jantungnya berdenyut nyeri, seakan ada tangan tak kasat mata yang meremasnya kuat. Sakit, sangat sakit. Ternyata seperti ini yang dirasakan Vivian saat terpisah dengan orang yang disayanginya. "Maaf."

"Seandainya Tuan gak ngikutin ego, mungkin ini gak akan terjadi. Tuan gak akan ngerasain sakitnya penyesalan."

Marco tersenyum pedih. "Tapi semuanya sudah terjadi," lirihnya pilu.

VIVIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang