1. She is Vivian

17.5K 1.6K 389
                                    

Play🎵 : 7!! - Orange

Jangan lupa putar musiknya yaaaa>•<

Jangan lupa untuk share cerita Vivian ke teman-teman kalian atau sosmed ya 💓

Aku akan berterimakasih banget jika kalian mau mengembangkan cerita Vivian agar dikenal banyak orang.

Dilarang salah lapak/ menyebutkan karakter tokoh cerita lain di cerita Vivian!!!

Akun sosmed :

IG : @icha_a.a

Tiktok : ichasthetic

Happy Reading 💕

___________________


Langkah kaki dari Vivian, membawanya masuk ke dalam ruangan, selepas dirinya tadi menyirami bunga-bunga kesukaannya di halaman belakang. Bibirnya tersenyum ramah saat ada maid yang menyapa.

Senyuman gadis itu memudar kala kebingungan melihat seorang pria berparas rupawan duduk di sofa ruang tamu. Perawakannya terkesan dingin, namun penuh karisma. Rahangnya terlihat tegas dan sorot tajam pada manik hitam keabu-abuan miliknya. Rambut hitamnya disisir kebelakang membentuk model brushed on top menggambarkan betapa terlihat gentleman pria itu.

Kakinya menyilang dan jari-jemari saling bertaut diatas paha. Dia tak sendirian, ada pria paruh baya yang menjadi lawan bicaranya sekaligus pemilik mansion, Damian---Papanya Vivian.

"Papa."

Perhatian kedua pria itu tertarik sempurna ke suara lembut Vivian. Melangkah maju pun, tatapan mereka tak teralihkan dari gadis cantik itu.

"Sayang." Damian tersenyum lembut menyambut kedatangan Vivian. Dikecupnya kedua pipi putri kesayangannya. "Baru datang?"

"Iya, Pa." Sejenak Vivian tersenyum pada Damian, sebelum mengalihkan atensi kearah pria dihadapannya yang sedari tadi tak memutuskan tatapan intens darinya.

"Oh iya, ini putri saya, Vivian."

"Saya sudah mengetahuinya saat pesta ulang tahun Tuan." Pria itu tersenyum tipis, namun tatapannya tak terarah pada Damian yang tadi berbicara padanya, melainkan Vivian.

Damian mengangguk ringan. "Vivian, kenalkan, dia Tuan Marco, rekan bisnis Papa."

"Salam kenal, Tuan Marco." Vivian tersenyum, menjadi kewajiban untuk bersikap ramah tamah disaat menerima tamu. Manik cokelat muda miliknya bertatapan langsung dengan manik hitam keabu-abuan dihadapannya. Tajam dan intimidatif langsung ditangkap Vivian dari tatapan Marco.

"Salam kenal, Vivian." Suara berat Marco mengalun tegas di indera pendengaran Vivian.

Senyap, tak ada pembicaraan. Ruangan tersebut dilanda keheningan sampai akhirnya suara dari Marco mengudara.

"Jadi bagaimana Tuan Damian? Apa bisa, Tuan hadir di pertemuan khusus yang saya adakan di kediaman saya."

"Tentu bisa."

Marco mengangguk, sesekali melirik kearah Vivian yang terus-menerus menatapnya. Sebuah tatapan yang Marco sendiri tak tau apa artinya, tetapi bisa diyakini itu bukan tatapan mendamba, seperti saat perempuan lain melihatnya.

VIVIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang