Jangan lupa untuk share cerita Vivian ke teman-teman kalian atau sosmed ya 💓
Saya akan berterimakasih banget jika kalian mau mengembangkan cerita Vivian agar dikenal banyak orang.
Dilarang salah lapak/ menyebutkan karakter tokoh cerita lain di cerita Vivian!!!
Akun sosmed :
IG : @icha_a.a
@venomgangs_
Tiktok : ichasthetic
Happy Reading 💕
_________________________
Pagi ini, kelas Vivian dimulai dengan mata pelajaran olahraga. Murid-murid di kelas 10 IPA 1 itu, kini berada di lapangan. Ternyata jam pelajaran mereka bersamaan dengan kelas 11 IPS 2, kelas dari Zidan, Kaisar dan Fatih. Ada dua lapangan di SMA GRAHAM, lapangan satu ditempati kelas 11 IPS 2, sementara lapangan dua ditempati kelas 10 IPA 1.
Para lelaki 11 IPS 2 tampak bersiul-siul sesekali berteriak heboh, melihat murid perempuan yang merupakan adik kelasnya mereka, memasukkan bola basket ke dalam ring.
"Mau Kakak ajarin gak, Dek?" Suara Zidan terdengar. Ia tersenyum pada seorang gadis yang menahan malu karena tak berhasil memasukkan satu pun bola ke dalam ring.
"Gak perlu, Kak," jawab gadis itu.
"Aduh, gue dipanggil Kak." Zidan terkekeh kecil saat wajah gadis itu memerah, malu-malu.
Kaisar berdecih melihat tingkah Zidan. Mengalihkan tatapannya, hingga tak sengaja mengarah pada Vivian yang tengah diam, berdiri menunggu gilirannya.
Tatapannya terkunci pada gadis cantik itu. Pertama kali bertemu dengan Vivian, Kaisar akui kecantikan gadis itu tak main-main. Tapi kali ini, ia baru tersadar jika ada magnet di dalam diri Vivian yang mampu menarik perhatian siapa saja.
Kaisar sedikit tersentak, namun ia tetap mampu bersikap biasa-biasa saja saat tatapannya bertubrukan dengan Vivian. Tampak gadis itu menatapnya beberapa detik, sebelum akhirnya memutuskan tatapannya.
Kini giliran Vivian, gadis itu yang paling ditunggu-tunggu para lelaki. Buktinya saat ini teriakan-teriakan semakin heboh, bahkan ada yang tak malu memberikan semangat pada Vivian.
"SEMANGAT AYANG."
"KALO BOLANYA GAK MASUK, ITU BUKAN SALAHNYA VIVIAN, TAPI SALAH BOLA SAMA RINGNYA. SOALNYA DIMATA GUE, VIVIAN GAK PERNAH SALAH."
"INGAT YANG PERNAH ABANG AJARIN YA, VIVIAN."
"GUE PIKIR YANG INDAH ITU BINTANG, TAPI TERNYATA VIVIAN."
"VIVIAN, SUKRI MINTA NOMOR HP LO KATANYA."
"TADI MALAM ABANG VIDEO CALL, KOK GAK DIANGKAT SIH VIVIAN. PADAHAL MAU ABANG NYANYIIN LAGU SELAMAT MALAM."
"VIVIAN, GAK USAH DENGERIN MEREKA SEMUA. MEREKA ITU BICARA OMONG KOSONG, OMONGANNYA PALSU. YANG ASLI HANYA ADA ZIDANNYA," teriak Zidan heboh.
"Iya, lo asli. Berarti lo badaknya 'kan?" cibir Kaisar membuat yang lainnya tertawa.
"BISA KALI, LO LIAT KEMARI, VIVIAN."
Mendengar teriakan tersebut, membuat Vivian menoleh ke arah para lelaki yang merupakan Kakak kelasnya itu. Dimana mereka langsung berteriak heboh karena ditatap oleh Vivian. Walaupun sudah ditegur beberapa kali oleh guru olahraga karena terlalu ribut, namun tak dipedulikan oleh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIVIAN (END)
Ficção AdolescenteVivian Maureen Bakhtiar atau kerap dipanggil Vivian, gadis cantik jelita berusia 15 tahun. Vivian adalah seorang dancer yang berkecimpung dalam genre contemporary dance, dimana tariannya dapat menghipnotis siapa saja yang melihatnya. Tariannya, keca...