11. Gadis Misterius

16.6K 1.2K 2
                                    


Sepulang sekolah Ana pergi ke perpustakaan kota yang ada di dekat sekolahnya. Tujuan Ana adalah untuk mencari tahu tentang novel yang dia baca sebelum terlempar ke dunia ini.

Sebenarnya ia sudah mendatangi 5 perpustakaan dan toko buku, tapi nihil. Ia tetap tidak menemukan novel itu dan tidak ada juga yang mengetahuinya.

"Aduh. Masa di sini juga ga ada, perasaan kata Sinta novel itu terkenal. Masa sekarang satupun ga ada"

Ana mendudukkan dirinya di kursi dan sesekali menghela nafas lelah. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana, sudah 3 minggu dia berada di dunia ini dan waktunya semakin dekat ketika Rachel dan Antagonis pria bertemu.

Saat Ana hampir putus asa, ia melirik orang orang yang berlalu lalang. Tapi ia tidak sengaja melihat seorang gadis yang memegang sebuah buku bersampul biru. Ia melotot ketika sadar buku itulah yang sedari tadi dia cari, Ana segera bangkit dan mengejar gadis itu yang makin menjauh.

Ana hampir mengejarnya. Tapi tiba-tiba, Ana tidak sengaja menabrak seseorang saking fokusnya dengan gadis berhoodie hitam itu.

"Aduh, maaf mas saya ga sengaja. Sekali lagi maaf."

Sial. Ia kehilangan jejaknya, padahal ia yakin orang itu berjalan tak jauh darinya. Bagaimana bisa dia menghilang secepat itu, ia kembali berkeliling mencarinya tapi tidak ada hasil. Ana segera berlari menuju meja resepsionis.

"Mba, saya yakin tadi dia lewat sini."

"Mohon maaf kak. Kalau boleh tahu judul bukunya apa dan nama penulisnya biar saya carikan." Kata resepsionis.

" Judulnya With you. Terus penulisnya...emm zz mba."

"Baik, tunggu sebentar kak"

Ana mengangguk semangat, ia merasa ada sedikit harapan untuknya keluar dari sini.

"Mohon maaf kak. Tapi judul tersebut tidak terdaftar dan penulisnya pun tidak ada kak."

"Ga mungkin mba. Saya yakin cewe itu megang novel yang saya maksud mba!!" Kekeh Ana

"Maaf kak. Mungkin kakak salah lihat"

Ana mengacak rambutnya, dan keluar dengan lesu. Ia bahkan belum pulang kerumahnya, lagipula tidak ada yang mencarinya. Ayahnya sedang keluar kota dan kedua abangnya... ahh lupakan.

Tujuan Ana selanjutnya adalah mengisi perutnya yang belum pernah diisi sejak siang. Ia bahkan tidak sadar jika hari sudah sore, dan jalanan kembali macet.

Ana duduk di pojok cafe dengan dinding kaca di sampingnya yang mengarah langsung ke jalan raya, ia melihat orang-orang dengan wajah lesunya yang terburu-buru untuk bisa kembali ke rumahnya, dan ada juga yang menyempatkan diri untuk sekedar berkumpul dengan teman-teman.

Ana menghidupkan kembali ponselnya, yang sejak tadi siang terus berbunyi. Grup sekolah heboh membicarakan tentang kejadian di toilet tadi, tentu saja mereka menggosipkan Ana, bahkan tak sedikit yang mencemooh nya.

Ana tidak peduli. Karna semakin dia ladeni mereka tidak akan merasa puas, mereka pasti akan berhenti jika tidak mendapat respon yang mereka inginkan darinya.

"Gini amat nasib orang cantik. Di omongin mulu."

Ana terus saja bermonolog sendiri, sesekali mengumpat. Dan tak sedikit pengunjung cafe menatapnya aneh, tentu saja dia mengumpat untuk Rachel dan Samuel. Sepertinya dia harus menyusun rencana jika seandainya Rachel berbuat macam-macam kepadanya. Tak jauh dari meja Ana seorang pria menatap Ana dengan tatapan rumit.

"Kenapa saya merasa tak asing dengan gadis itu." Batinnya

"Astaga. Udah sore banget, mending gue pulang aja bisa gawat kalau dua curut itu sampai duluan."

World of NovelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang