46.

4.8K 235 0
                                    

Happy reading!!

Setiap pulang sekolah Ana selalu menjalankan hukumannya membersihkan perpustakaan selama dua minggu. Begitupun hari ini, ia berjalan dengan lesu menyusuri koridor yang mulai sepi tanpa Adel ataupun Kimy.

Ia bisa saja mengabaikan hukuman tersebut mengingat karakter Ana yang tidak suka di atur-atur, tapi selain ingin menghindar dari semua orang, ia juga sesekali membaca novel yang ada di perpustakaan sekolah apalagi di kehidupan sebelumnya ia suka membaca novel.

Saat sedang membersihkan rak buku novel, suara benda terjatuh menghentikan pergerakan Ana. Ia melirik beberapa siswa yang berada disana, namun sepertinya tak ada yang sadar atau mereka memang tidak peduli.

Ana mengambil sebuah buku tebal dengan berbagai ukiran aneh pada sampulnya, ia tak ingat pernah melihat buku seperti ini di bagian rak ini. Karna diliputi rasa penasaran, ia memberanikan diri membukanya. Namun hanya ada tulisan-tulisan yang tidak Ana mengerti, mungkin buku sejarah kuno, pikirnya.

Saat hendak mengembalikannya, ia melihat selembar kertas terselip diantara halaman-halamannya.

Pergi atau tinggal, pilihan ada di tanganmu.

Kira-kira seperti itu yang tertulis, ia mengerutkan keningnya kalimat itu seperti ditujukan padanya, tapi siapa yang menulisnya.

"Orang iseng mungkin."

"Kunang-kunang? di siang bolong gini?" ucapnya heran saat seekor binatang yang mengeluarkan cahaya di malam hari tiba-tiba muncul di hadapannya.

Dalam sekejap seluruh ruangan menjadi gelap gulita, Ana panik dan ketakutan apalagi ia tidak dapat melihat apapun bahkan tangannya sendiri sekeras apapun ia berteriak tak ada yang menjawab, ia memeluk erat buku di tangannya bahkan kakinya tak sanggup untuk bergerak. Setitik cahaya terlihat di depannya, itu kunang-kunang yang sebelumnya ia lihat tapi lama-kelamaan mereka semakin banyak dan bercahaya.

"Sepertinya kau sudah beradaptasi dengan dunia ini."

"Tapi sebaiknya kau bersiap untuk kemungkinan terburuknya," lanjutnya.

Ana tersentak, ia mendengar suara namun wujudnya tak terlihat, mencari sekeliling namun tak ada, tapi satu hal yang Ana tahu suara itu seperti perempuan.

"Hahaha, percuma mencariku karna wujudku tidak ada."

"Kau, hantu?" tanyanya hati-hati.

"Hm, bukan. Aku adalah entitas, hanya itu yang perlu kamu tahu."

"Entitas?" gumamnya.

"Lalu, ada apa kamu menemuiku?"

"Hanya ingin memeriksa keadaanmu, dan mengingatkanmu kalau ini bukan duniamu."

"Aku nggak lupa, tapi aku nggak tau gimana caranya kembali."

"Tunggu? Kau tahu aku bukan dari dunia ini, apa mungkin surat yang selalu aku terima dan surat ini dari kamu?" lanjutnya.

"Betul, ternyata kau cukup pintar."

"Berarti kau juga yang membuatku masuk ke raga Ana?"

"Bukan,"

Ana menghela nafas "lalu kalau bukan kamu siapa? Kau tahu aku bukan dari dunia ini, kau juga tahu apa yang akan terjadi, kau mau membohongi ku?" ucapnya geram. Ia tak bisa mengontrol emosinya saat akhirnya ia bisa menanyakan pertanyaan itu pada seseorang.

"Memang bukan aku yang membawa jiwamu kepada raga Ana, tapi saat itu jiwa Ana menolak kembali dan akhirnya meninggal sebelum waktunya,"

"Jadi maksudnya aku sudah waktunya mati di ragaku yang asli?" potongnya.

World of NovelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang