16.

15.7K 1K 5
                                    


Happy reading!!

Brak!

Suara pukulan, tendangan, suara tawa, dan teriakan kesakitan menggema di seluruh ruangan berdebu yang penuh barang-barang tak berguna.

Seorang pemuda jatuh tersungkur dengan keadaan  mengenaskan, seragamnya yang kusam, dan beberapa luka lebam diwajahnya.

Sedangkan pelakunya hanya tertawa melihat korbannya kesakitan.

Merasa belum puas, salah satu dari ketiga pemuda itu berjalan menghampiri korbannya sambil mematikan rokok yang ada di jarinya.

"Baru gitu doang udah pingsan? Lemah!!" Kata si pembully, lalu dengan sengaja meludah kearah korbannya.

Pemuda yang menjadi korban bully sama sekali tidak memperdulikan ucapan mereka, dengan susah payah ia bangkit dan berusaha mencari ponselnya yang terjatuh.

"Nyari ini?" Ucapnya dengan mengeluarkan ponsel dari sakunya.

"Mau nelpon siapa? Bokap lo, emang dia peduli? Kayaknya enggak deh" kedua temannya tertawa mendengar ucapannya "atau kakak lo? Bukannya mereka ga ngakuin lo juga?" Lanjutnya.

Kenan. Benar korbannya ialah Kenan, ia sudah menjadi korban bully Reyhan sejak Kenan masuk ke SMA Cakrawala.

Jika Ana adalah Queen bullying, maka Reyhan adalah King bullying. Tapi, Reyhan membully untuk kesenangannya sendiri dan korbannya hanya siswa laki-laki, karena menurutnya para gadis hanya menangis dan dia tidak menyukainya.

"B-bali-kkin" Keenan berucap gugup, rahangnya benar-benar terasa sakit.

"BERANI LO MERINTAH GUE?"

"BRENGSEK"

Sekali lagi, Reyhan tanpa ampun menendang perut Keenan dan menginjak dadanya hingga ia kesulitan bernafas. Kedua sahabat Reyhan hanya memperhatikannya melakukan aksinya tanpa berani menghentikannya karena terlalu takut.

Keenan sudah pasrah, rasanya ia sudah tidak bisa membuka matanya. Namun, samar-samar ia mendengar suara teriakan gadis yang sangat dikenalnya. Ia tidak berharap lebih, mungkin saja itu hanya halusinasinya sebelum bertemu ibunya.

"WOII, KALIAN NGAPAIN?" Teriakan melengking dari seorang gadis itu membuat perhatian Reyhan teralihkan.

Seorang gadis dengan beberapa tumpukan buku di tangannya berlari menghampiri Reyhan.

Ana menjatuhkan bukunya dan reflek menutup mulutnya saking terkejutnya melihat Keenan yang sudah tidak berdaya di bawah kaki Reyhan.

Dengan amarah yang memuncak Ana mendorong Reyhan dengan sekuat tenaga. Reyhan yang tidak siap hampir terjungkal.

"LO APAIN ADEK GUE?" Ana berteriak dengan air mata yang sudah mengalir deras.

Reyhan sedikit syok melihat reaksi Ana, sedetik kemudian ia tertawa. "Lo bilang apa? Adik? Sejak kapan lo nganggep dia adik?"

Ana mengepalkan tangannya, lalu...

Plak

Ana menamparnya sekuat tenaga hingga wajah Reyhan sampai menoleh kesamping, ia menatap Ana dengan emosi.

Ana melupakan satu hal, Reyhan adalah orang yang memiliki temperamen buruk dan jika ia sudah emosi, ia tidak memandang siapa lawannya.

Dan ia memojokkan Ana kedinding dengan mencekiknya hingga urat tangannya terlihat. Matanya memerah menahan gejolak emosinya yang tak terkontrol.

"Lo berani nampar gue? Lo pikir, lo siapa. Hah!!" Tekan Reyhan.

Ana yang kesulitan bernafas memukul lengan Reyhan agar segera melepasnya, namun sepertinya tidak berhasil.

World of NovelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang