"Astaga gue cantik banget" narsisnya
Ana berdecak kagum melihat wajahnya di pantulan cermin tanpa polesan make up. Meskipun agak pucat,Ana memiliki wajah yang bulat,bulu mata lentik,dan rambut hitam sepinggang.
"Seragamnya juga pas. Tapi gue nggak bisa make up. Sorry An,gue nggak bisa jadi lo. Gue bakal jadi diri gue sendiri"
"Pokoknya gue harus menghindar sebisa mungkin dari para tokoh. Males banget ngeladenin drama mereka,apalagi si tokoh utama wanita. Alay banget sumpah"
"Aaakhh. Nyesel gue baca tu novel,huwaaa bang Adam mau pulang"
"Oke tenang Ana. Selagi lo nggak cari masalah sama mereka,hidup lo bakal tenang. Semangat"
Setelah selesai. Ana menyambar tasnya dan turun untuk sarapan,meskipun dia agak malas bertemu dengan manusia manusia kaku.
Ana menarik salah satu kursi kosong di samping kakak pertamanya. Ia mengambil roti tawar tanpa selai,bukannya tidak suka. Hanya saja Alea tidak menyukainya rasanya aneh menurutnya,dia pernah mencoba sewaktu masih di tubuh aslinya karna penasaran bagaimana rasanya.
Merasa diperhatikan Ana mendongak menatap keluarganya satu persatu. Ia mengangkat alisnya bingung
"Kenapa kalian melihatku seperti itu,ada yang salah?"
Mereka tersentak kaget,ayahnya berdehem mengurangi rasa gugupnya.
Sedangkan kedua kakaknya kembali menyantap makanan mereka.Ana mengangkat bahunya tak acuh, menghabiskan sarapannya dan berpamitan bagaimanapun sekarang mereka adalah keluarganya. Mungkin.
"Ana berangkat pah" Ana menjulurkan tangannya kepada ayahnya, Edward menatap bingung putrinya.
"Uang jajan kamu habis? Kan papah baru kasih seminggu yang lalu"
Ana menganga mendengar ucapan ayahnya."Salaman pah,ya ampun"
"O-oh" dengan ragu dia membalas uluran tangan Ana,sejak awal Ana turun Edward sangat kaget melihat perubahan penampilan putrinya.
Dulu Ana sering memakai make up ke sekolah dan beberapa kali Edward menegurnya,tapi Ana tetap melakukannya. Ana maupun kedua putranya tidak pernah menyalaminya. Ana hanya akan mencium pipinya.
"Ehh. Tapi sekalian deh pah,minta uang jajan soalnya aku nggak mau bawa kartu uang cash aja" ujarnya tersenyum
Masih sedikit kaget tapi Edward tetap memberikan Ana 5 lembar uang merah
"Cukup kan?""Kebanyakan pah. Udah segini cukup" katanya setelah mengembalikan 3 lembar uang kepada ayahnya.
Suasanya menjadi sedikit canggung setelah kepergian Ana. Bara dan Gavin sedikit tertampar saat Ana bersalaman dengan ayahnya,mereka biasanya hanya berpamitan tanpa bersalaman. Mereka melangkah ragu kearah ayahnya dan melakukan seperti yang Ana lakukan.
"Ki-kita berangkat pah"
Edward hanya mengangguk kaku sebagai jawaban. Menatap kepergian ketiga anaknya,hatinya menghangat mengingat apa yang dilakukan putrinya. Dia bahkan lupa kapan terakhir kali dia merasa seperti ini, karena semenjak kepergian istri tercintanya dia menjadi lebih dingin bahkan dengan anaknya dan kelakuan Ana yang selalu manja terhadapnya membuat Edward jengah.
*****
Ana berjalan di koridor sambil meminum susu kotak rasa strawberry yang dibelinya. Sebenarnya dia agak risih sepanjang perjalanan bahkan sejak dia masuk ke lingkungan sekolah para murid terus menatapnya dengan berbagai tatapan.
Saat masih menjadi Alea. Dia tidak pernah menjadi pusat perhatian,karna memang tidak ada yang istimewa darinya. Dia juga tidak memiliki banyak teman,hanya sinta sahabatnya sejak masih SD. Mengingat itu Ana jadi merindukan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
World of Novels
Fantasi(Transmigrasi story) Alangkah baiknya jika follw sebelum membaca>< Aleana Azquina siswi SMA biasa yang tiba-tiba saja terbangun di ruang kelas yang dipenuhi oleh orang-orang asing. Padahal seingatnya dia hanya tidur di jam pelajaran bahasa Indonesi...