33. Malam tragedi

12.1K 822 11
                                    

Happy reading!!!

Tok

Tok

Ana membuka matanya saat mendengar suara ketukan pintu. Padahal dia sedang menikmati suasana nyaman bersama kasur kesayangannya.

"Kak, aku boleh masuk?"

"Masuk aja Ken, nggak dikunci" balasnya sedikit berteriak.

Ana sedikit terkesima melihat penampilan adiknya yang berbeda dari biasanya. "Siapa nih, ganteng amat," godanya membuat Keenan salah tingkah

"Rapi banget, mau kemana Ken?" Tanya Ana, ia tidak menyangka jika adiknya bisa se tampan ini jika tidak memakai kacamata, dan lihat penampilannya yang terlihat seperti bad boy. Pasti Lingga yang mengajari Keenan, pikir Ana.

"Mau pergi sama temen kak. Boleh?"

Ana terkekeh "boleh lah, lagian kamu udah gede, Kakak juga seneng kamu berubah." Ucapnya dengan mengacungkan dua jempolnya

"Mungkin aku sampai malam, kakak nggak perlu nungguin aku." Ana mengangguk, tatapannya kini berubah sedikit sendu mengingat Keenan tidak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya bahkan kakak-kakaknya sendiri.

"Kakak nggak keluar, ini kan malam minggu."

"Nggak ah, males. Enakan juga rebahan cemilan juga banyak, bagi kakak itu udah nikmat banget."

"Nggak jalan sama kak Vero?" Tanya Keenan dengan wajah polosnya

Tiba-tiba Ana merasa kikuk, apa Lingga memberitahu Keenan tentangnya dan Vero?

"Ya—ya, nggak. Lagian kamu kenapa tiba-tiba bahas Vero?"

"Kemarin Kak Vero nanya, kakak mau kemana malam ini kebetulan tadi aku ketemu di rumah Lingga."

"Ck. Apa-apaan itu, kenapa nggak nanya langsung sama orangnya coba?" Gumamnya hingga hampir tak terdengar.

"Hubungan kakak sama kak Vero sebenarnya apa sih. Kalian pacaran? Jadi alasan Lingga sering panggil kakak, kakak ipar itu—"

"Udah nggak usah difikirin, bukannya kamu mau pergi? Udah sana nanti temen kamu nunggu." Ucapnya sambil menyeret Keenan keluar sebelum dia membicarakan yang aneh-aneh lagi.

"Tapi kak—"

Brak

Ucapan Keenan terpotong ketika Ana langsung menutup pintu kamarnya. Ia bernafas lega, entah kenapa tiba-tiba ia ikut memikirkan ucapan Keenan tadi. Sebenarnya mereka itu apa? Hanya sebatas kenalan, teman, atau semacamnya.

Drrtt

Drttt

Suara dering telpon menyadarkan Ana dari lamunannya. Sedikit kaget melihat siapa yang menelponnya dimalam minggu ini, baru juga Ana memikirkan orang itu sekarang dia sudah menghubunginya lebih dulu.

"Kenapa?" Ucapnya dengan nada datar, entahlah ia juga merasa sedikit kesal pada manusia di seberang sana.

"Kau sibuk?"

"Emm, sebenarnya nggak sibuk-sibuk amat sih. Emang kenapa?"

"Em...itu—"

"Hei, cepat katakan"

"Diamlah, dia bisa mendengarmu"

"Aishh, tinggal ngomong susah banget."

"Enyahlah kau"

"Durhaka lo jadi adek."

"Halo Al, lo masih di sana?" Ucapnya saat tak kunjung mendapat jawaban, ia sedikit mendengar keributan sepertinya Vero sedang berdebat dengan seseorang meskipun tak jelas apa yang mereka ucapkan"

World of NovelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang