39.

10.7K 912 146
                                    

Happy reading!!

Terhitung sudah 2 hari Ana berada di mansion Alvero selama itu pula Ana terus berada di dalam kamar hingga sendinya terasa kaku. Alvero benar-benar melarangnya meninggalkan kamar pribadinya sebelum ia sembuh total, padahal dia hanya jatuh di kolam bukan di laut. Tapi kata Adel, Ana sempat mengalami kejang-kejang dan nadinya melemah.

Ana bahkan belum mengabari keluarganya entah bagaimana keadaan mereka, lebih tepatnya Ana mengkhawatirkan Keenan.

"Keenan pasti khawatir gue nggak pulang. Tapi kata Lingga dia udah kasih tahu, tapi tetep aja gue khawatir kalo dia kena kekerasan fisik lagi dan gue nggak ada, gimana?"

Ana terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sampai ia tidak menyadari seseorang masuk kedalam ruangannya. Ia terkejut saat seorang wanita paruh baya yang wajahnya tidak termakan usia duduk di sampingnya sambil tersenyum.

"Kamu, Anastasia?" Tanyanya dengan lembut.

Ana yang masih terpesona dengan kecantikan wanita di depannya hanya bisa mengangguk.

"Benar-bener dunia fiksi, muka emaknya aja masih cantik begini. Kalo emak gue umur segitu udah keriput," batinnya mengingat wajah kesal ibunya di kehidupan sebelumnya.

"Cantik."

"Eh. Makasih tante, tante juga nggak kalah cantik," balasnya dengan tersenyum.

"Maaf, tante baru bisa jenguk kamu padahal kita satu atap. Vero melarang kita jenguk kamu selain David sebelum kamu benar-benar sembuh."

Ana tersenyum kikuk, ia merasa tak enak dengan ibu Alvero. Lagian mengapa dia tidak dirawat di rumah sakit saja, kenapa harus di rumah Alvero dan di kamarnya.

"Aku minta maaf tante."

Kirana tertawa geli "kenapa jadi kamu yang minta maaf? Gapapa, Vero memang seperti itu justru tante seneng dia punya seseorang yang dianggap istimewa. Dia... terlihat hidup sekarang." Entah hanya perasaan Ana, Ibu Alvero terlihat sedih seakan mengingat sesuatu yang menyedihkan.

"M—maksud tante?"

"Bukan apa-apa, tante seneng kamu tinggal disini tante jadi ada temennya. Capek tau liat cowok terus tiap hari mana tingkahnya bikin sakit kepala."

Ana mengeryit bukannya Alvero anak tunggal? memangnya ada berapa orang yang tinggal di rumah ini.

"Nanti kita kenalan sama mereka."

"Ohiya, tante denger dari Lingga tentang kejadian itu. Astaga tante nggak habis fikir kok ada ya kakak kejam gitu sama adeknya sendiri, ck. Kalo anak tante yang kayak gitu udah tante usir, udah di coret dari KK." Kirana bercerita dengan ekspresi kesalnya, dia mendengar semua cerita dari Lingga membuatnya ikut geram dengan laki-laki bernama Samuel dan kakaknya terlebih pada Rachel.

"Kamu jangan mau ngalah, balas dendam. Tante siap bantu kamu kalo cuma cewek letoy, alay, munafik, ngeselin kayak dia," Kirana mengipas wajahnya saking kesalnya.

"Kalo keluarga kamu nggak mau nerima kamu, udah tinggal di sini aja kalo perlu nikah aja sama Vero."

Ana tersedak ludahnya sendiri, hei dia masih dibawah umur loh.

"Saya masih SMA loh tante,"

"Saya tau, bercanda doang."

"Keenan gimana kabarnya? udah lama dia nggak main ke sini," tanya Kirana lesu. "Tante jadi kangen, Keenan itu udah ganteng, baik, imut lagi," lanjutnya.

Ana tersentak "Keenan sering kesini, tante?"  Kirana mengangguk semangat

"Iya, beberapa bulan lalu Lingga yang bawa Keenan ke sini."

World of NovelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang