07.

19.4K 1.5K 34
                                    

Happy reading!!

Jangan jadi silent readers ya gays:)

Rachel meremas roknya dan menunduk, ia tidak berani menatap Samuel yang menatapnya dengan penuh intimidasi. Mereka berada di markas Samuel, bukan hanya mereka berdua di sana juga ada sahabatnya termasuk kedua abang Ana dan Sagara yang sedari tadi mengepalkan tangan menahan emosinya.

"Ada yang perlu kamu jelaskan Ra?"

"Hiks. Ma-maaf kak Sam" lirihnya. Sagara berdecih mendengarnya, entahlah sekarang dia sangat kesal melihat Rachel yang sejak tadi hanya terus menangis.

"Tinggal jelasin, maksud lo apa fitnah Ana. Bukan cuma nangis" sarkas Sagara.

"Sa. Lo nggak usah ikut campur." Kata Gavin

"A-aku nggak bermaksud untuk fitnah Ana. Hiks, ta-tapi aku dipaksa." Ucapan Rachel menarik perhatian semua orang dalam ruangan itu. Jadi benar bukan Ana yang membully Rachel.

"Maksudnya lo diancem buat ngaku kalau Ana yang bully lo gitu?" Tanya Aidan. Rachel hanya mengangguk sebagai jawaban tanpa melihat lawan bicaranya.

"Maaf" cicitnya

Samuel mengusap kasar wajahnya. Menyesal? tentu saja, kilasan kejadian beberapa jam yang lalu memenuhi fikirannya. Bagaimana dia memukul seorang gadis yang dulunya adalah sahabatnya, bahkan wajah kesakitannya masih terekam jelas di kepala Samuel.

"Siapa yang ngancem lo?" Tanya Sagara dingin.

"Kak Rosa"

"Terus kenapa lo nggak bilang sih Rachel. " Geram Samuel.

"Maaf, hiks. "

"Udah. Kok kalian malah nyalahin Rachel sih. Udah jelas dia korban disini."
Arkan yang sedari tadi diam, membuka suara merasa tidak terima kalau Rachel disalahkan, padahal dia juga korban.

"Tapi Ana juga korban. " Tekan Sagara. Dia mencengkeran kerah baju Arkan, suasana menjadi tegang. Bahkan Bara dan Gavin tidak tahu harus merespon bagaimana, mereka pun kaget sekaligus lega jika memang benar bukan Ana pelakunya.

"Lo kenapa sih Ga, peduli banget sama Ana. Dulu lo bodoamat sama masalah kayak gini." Arkan tersenyum simrik melihat ada keterkejutan dimata sagara.

Bukan hanya Samuel, semua anggota inti Galaxy juga penasaran dengan jawaban Sagara.

Sagara masih tetap diam, tidak menjawab pertanyaan Arkan ataupun melepas cengkramannya.
"Apa jangan-jangan lo suka sama jalan* itu?"

"BACOT"

Bugh

Arkan tersungkur. Memegangi pipinya yang terasa perih, mereka semua kaget melihat Sagara yang dikenal selalu cuek, dan tidak gegabah memukul sahabatnya sendiri.

Sagara menunjuk ke arah Rachel" Lo. Besok minta maaf sama Ana. Lo juga Sam, lo nggak mau kan jadi pengecut karna lari dari masalah.?"
Setelah mengatakan itu, Sagara meninggalkan markasnya.

Malam berganti pagi

Ana turun dari mobilnya. Ia menurunkan sedikit topinya, rambutnya yang tergerai menutupi pipi bagian kanannya. Pagi tadi Ana harus mencari alasan agar di izinkan untuk pergi ke sekolah. Setelah papanya melihat lebam di pipi Ana, Edward membanjirinya dengan pertanyaan, Ana juga bingung papanya sedikit aneh ia menjadi lebih perhatian dengan Ana.

World of NovelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang