17.

15.6K 1.1K 5
                                    

Happy reading!!

Ana menghela nafas panjang, ia mendudukkan dirinya pada kursi rumah sakit, ia menatap pintu UGD yang masih tertutup rapat.

Karena Keenan mendapat luka yang lumayan parah, ia dilarikan ke rumah sakit. Awalnya Kimy dan Adel bersamanya, tapi mereka berdua pamit pulang.

Lingga yang setia menemani Ana, ia tidak bisa meninggalkan Ana disaat seperti ini.

"Apa perlu aku membalas mereka, kak?" tanya Lingga datar.

"Ga, biar gue yang balas mereka,"jawabnya dengan tangan terkepal kuat.

Suara decitan pintu membuat Ana berdiri dan berlari ke arah dokter.

"Keluarga pasien?"

"Saya kakak nya dok."

Pria dengan jas putihnya menatap Ana "pasien mengalami patah tulang rusuk depan dan luka-luka luar, kemungkinan dia akan dirawat sekitar satu minggu." Ia menghela nafas

"Ada apa dok?" tanya Ana

"Saya tidak begitu yakin, tapi.... Tubuh pasien penuh dengan bekas  luka yang terlihat sudah lama."

Ana menegang "Apa pasien sering mengalami penyiksaan? Saya sarankan anda membawa adik anda ke psikiater, takutnya dia mengalami trauma." Usulnya lalu pergi meninggalkan Ana

Ana terdiam mencerna perkataan dokter,   ia berjalan perlahan memasuki ruangan adiknya. Ia sudah tidak bisa membendung air matanya melihat wajah Keenan yang penuh luka.

Lingga hanya mengelus punggung Ana, ia tidak tahu harus berkata apa. Matanya juga sudah berkaca-kaca, ia meninggalkan Ana untuk memberikannya ruang.

Ana menyentuh perlahan wajah adiknya, meskipun Keenan bukan adik kandungnya tapi dia berjanji akan menyayanginya seperti adiknya sendiri.

Ana merasa sesak didadanya, sebenarnya ia tidak sesedih itu. Tapi entah mengapa hatinya seperti teriris, mungkin itu perasaan Ana yang asli. Mau bagaimanapun perasaan Ana yang asli pasti masih ada.

"Hiks....Lo masih sering dipukul sama bokap, Ken?"

"Lo kok ga lari atau se-sembunyi sih, hiks...g-gue dulu kalau bokap ngamuk, gue la-lari ke rumah Sinta atau ngumpet di kamar bang Adam." ia terkekeh pelan, masih sempatnya ia mengingat kehidupannya dulu.

"Lo harusnya lawan dong, lemah banget jadi cowok. Kalau ada yang hiks...bully lo, lo bilang aja ke gue. Hiks...lo ngga tau kakak lo Queen bullying?" Monolognya dengan bibir bergetar.

"G-gue minta maaf hiks....ga becus banget gue jadi kakak. " Ana terus meminta maaf dan menggenggam tangan Keenan yang belum sadar.

****

Ana termenung menatap jalan raya yang ramai, ia sedang dalam perjalanan menuju apartemen Alvero karena janjinya kemarin. Dan untuk Keenan, Ana menitipkannya pada Kimy dan Adel.

Meskipun tidak tega meninggalkan Keenan yang baru sadar, tapi Ana juga tidak bisa menolak permintaan Alvero bahkan tadi dia sudah diteror sejak di rumah sakit.

Ana menghela nafas sebelum mengetuk pintu. Sudah hampir 3 menit Ana berdiri dan berteriak, tapi tak kunjung ada yang menjawab atau membuka pintu untuknya.

Ia berdecih kesal "ini gimana sih, katanya jam 5 sore kau sudah ada di sini, saya tidak menyukai orang yang terlambat " cibirnya dengan meniru cara bicara Vero yang kaku.

Ia menyerah, lebih baik dia menemani adiknya di rumah sakit. Namun, saat berbalik Ana terbentur membuatnya mundur beberapa langkah bahkan hampir menambrak pintu dibelakangnya.

World of NovelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang