Happy reading!!
"Kakak beneran gak mau ikut kesini?" Tanya Keenan di seberang.
"Gak, Ken. Lagian mana tega aku ninggalin Kimy sama Adel."
"Tapi aku khawatir kak, pokoknya kalau ada apa-apa hubungi aku atau bang Vero atau Lingga."
"Iya-iya, kamu juga baik-baik disana, jangan lupa sering kabarin kakak."
Ana hanya tersenyum mendengar suara khawatir adiknya, mungkin ini pilihan yang tepat. Keenan pergi ke rumah bibinya di Bandung, dengan begitu dia tidak akan di siksa lagi oleh Edward ataupun Bara atau Ana sendiri nanti.
Semua yang bisa Ana lakukan akan ia lakukan sebisanya. Ia tak tahu kapan ia akan kembali atau pergi dari sini.
Kini ia bersiap-siap berangkat ke sekolah, namun melihat Bara yang baru keluar dari rumah Ana menghentikannya.
"Bara!"
Bara berhenti tanpa menatap Ana.
"Panggil yang bener," jawabnya ketus.
Ana mendengus kasar "Abang Bara!"
Merasa puas dan sedikit tersenyum ia menoleh menatap adiknya "kenapa?"
Ana berjalan tepat di depan Bara "bang, kalo misalnya nih, misalnya doang, hubungan kita masih kayak dulu, gue sama Rachel masih baik-baik saja. Lalu saat gue dan Rachel dalam bahaya lo.....bakal nolong siapa?" Baru saja Bara ingin menjawab dengan percaya diri "jangan liat masa sekarang, tapi dulu saat kita masih baik-baik saja, bang" lanjutnya.
Bara terdiam ia kembali mengingat momen yang sepertinya hampir hilang dalam ingatannya, saat Ana masih menjadi kesayangan mereka, saat Ana masih menjadi adik yang penurut dan menggemaskan. Ia melihat tatapan penuh harapan dari Ana.
"Gue....gak tau," Ana tersenyum gentir apa yang dia harapkan dari orang seperti Bara. Setidaknya ia lega karna tak perlu merasa terbebani jika suatu saat ia pergi, toh mereka juga tidak peduli.
"Hahaha, udah ketebak sih. Anggap aja gue nggak pernah nanya apa-apa," Ana menunduk menahan gejolak dalam dadanya entah milik siapa.
"Ana maksud gue--"
"Lo nggak perlu bingung gitu bang, kalo lo dari awal gak suka, maka lo harus benci sampai akhir jangan bikin orang lain bingung," potong Ana sebelum ia pergi.
****
"Lo? Ngapain di sini, Kak Sam mana?" tanya Rachel kebingungan saat hanya ada Ana disana padahal yang dia tahu Samuel menyuruhnya ke rooftop lewat anak osis.
"Ahh, ini jebakan lo? kenapa, mau bully gue lagi?" ucapnya ketus.
Ana hanya menatapnya tak acuh, ini kesempatan Ana untuk membongkar rahasia Rachel, namun juga bisa jadi boomerang bagi Ana jika tak berhati-hati.
"Hah, ternyata lo masih bego ya? mau sekuat apapun lo ganggu gue atau cari bukti kesalahan gue juga percuma, mereka lebih percaya sama gue."
Rachel berjalan mendekati Ana yang masih tetap diam membuatnya tambah kesal, ia duduk di salah satu kursi tak terpakai dengan ekspresi yang tak pernah ia tunjukkan pada siapapun.
"Gue saranin lo ngaku, Ra. Kalau mereka benar-benar tulus sama lo, mereka gak akan mempermasalahkan kebohongan lo."
Rachel tertawa remeh, "Ana, Ana, lo masih nggak ngerti juga? mereka itu lebih bego dari lo, kalau gue ngaku mereka bakal balik peduli sama lo gitu?"
Ana mengernyit, ia sama sekali tidak mengerti maksud Rachel, siapa juga yang mau perhatian dari mereka memikirkannya saja membuat Ana bergidik geli.
Dia mengusap ujung matanya yang berair karena tertawa " nggak semudah itu, Na. Gue tinggal cari alasan yang makin merugikan lo dan mereka dengan bodohnya percaya sama gue, kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
World of Novels
Fantasy(Transmigrasi story) Alangkah baiknya jika follw sebelum membaca>< Aleana Azquina siswi SMA biasa yang tiba-tiba saja terbangun di ruang kelas yang dipenuhi oleh orang-orang asing. Padahal seingatnya dia hanya tidur di jam pelajaran bahasa Indonesi...