Hari ini, kali ke-dua aku menangis dihadapan guruku, posisinya saat ini kami sedang duduk di restauran sembari menikmati makanan, guruku memakan makanan Korea tapi aku lupa namanya, sedangkan aku memesan nasi + ikan lele yang di bungkus untuk bawa pulang, karena aku akhir-akhir ini jarang sekali memasak, guruku terus-menerus melihat ke arah dua keluarga yang tampak bahagia, lalu beliau bilang.
"Ta, lihat deh, mereka bahagia banget ya,"
"Iya ustadzah, enak yah kalau punya keluarga kompak,"
Aku langsung menyimbati ucapan beliau, sesekali menoleh ke arah keluarga itu, diam-diam aku berusaha menutupi genangan air mata yang ingin jatuh."Iya, itulah keluarga, keluarga itu harus kompak, ustadzah juga gitu kok, bisa dibilang saat ini ustadzah sedang refreshing, kalau di tanya bahagia atau ngga? Yaa bahagia tapi ngga terlalu bahagia, karena ustdzah lebih bahagia jika ada anak-anak, meskipun kalau ada mereka pasti ribet.
"Iyaa, ustadza," ucapku, mataku berkaca-kaca, tanganku sembari mengipasi mataku, lalu aku berkata "hmm, maaf ustadzah, nahan air mata,"
"Kenapa nahan air mata, kalau mau nangis, nangis aja, sedih tentang kehidupan ya,?" Beliau bertanya seolah-olah ia sudah mengetahui isi hatiku.
"Hmm.. iya ustadzah," ucapku yang mulai menghapus sedikit demi sedikit air mata yang jatuh di pipiku, aku pun hanya tertunduk dihadapan beliau.
"Hidup itu harus di syukuri, hidup itu harus dinikmati, kita hidup mandiri contohnya saja jauh dari keluarga, jauh dari teman, dll semua utu karena Allah SWT tidak ingin kita bergantung kepada orang lain, klau kita merasa lelah itu hal yang wajar kok, kalau kita nangis juga hal yang wajar kok, gpp nangis aja sama Allah, ngadu aja sama Allah, terus bilang sama Allah, yaa Allah ngapapa deh kalau keluarga, teman, murid, dll mau mengecewakan saya, tapi jangan engkau ya Allah," ucapnya.
"Iya ustadzah, akan aku nikmati & aku syukuri," ucapku.
Air mataku tidak bisa terbendung, aku berusaha menahannya, tapi semakin ditahan, semakin sesak dadaku, aku lemah jika berbicara tentang keluarga, aku lemah jika berbicara tentang kedua orangtua, sebab sejak aku kecil, orangtuaku sudah sibuk berkebun, kami hanya bertemu di hari Senin itu pun kalau mereka mau ke pasar, selebihnya tidak. Dimasa kecil aku dititipkan dengan nenekku, karena aku harus sekolah, aku berusaha kuat, meskipun aku berbeda dengan teman-temanku, inilah alasan aku selalu saja menangis jika bercerita tentang keluarga, tapi guruku belum mengetahuiku tentangku sedalam ini."Betul, karena ustadzah juga gitu, waktu sebelum menikah, Ustadza sudah keliling kota bahkan hingga ke Bali, sudah menikah pun masih jalan-jalan juga bersama suami, jadi udah puas di masa gadisnya, sekarang ustadzah udah punya anak, otomatis ga bisa lagi seperti dulu, tapi ustadzah udah ga kpengen lagi karena semuanya sudah dilakukan ketika masih blm punya anak, kini saatnya mengurus anak-anak," ucap beliau sembari bercerita panjang lebar.
"Berarti dinikmatin dulu ya ustadzah?" Tanyaku.
"Iya, dinikmatin aja, nikmatin waktunya untuk jalan-jalan sama teman, nikmatin untuk hal-hal yang baik, kebanyakan sekarang ini orang-orang ingin cepat-cepat menikah, tapi kalau ada masalah sedikit dalam rumah tangga langsung mengeluh, bahkan ada yang mengeluhkan tentang anak-anak, dll. Semua itu karena mereka belum siap tapi sudah memaksakan diri untuk ke arah sana, makanya selagi ada waktu puasin dulu mau kemana, mau ngapain aja, puasin dulu masa gadisnya, supaya nanti kalau sudah menikah, sudah fokus dengan permasalahan rumah tangga, nanti kalau sudah memiliki rumah tangga gitu ta, pokonya semoga Allah melindungi mu," ucapnya.
"Trimakasih ustadzah atas nasehatnya," ucapku sambil menganggukkan kepala.
"Ayoook kita pulang," ucapnya sembari berangkat dari tempat duduk.
"Mari ustadzah," aku pun ikut beranjak dari tempat duduk.
Aku beruntung meskipun aku terjatuh, aku lemah, tapi aku tidak jatuh di tangan orang-orang yang salah, aku di rangkul oleh guruku, aku dinasehati oleh beliau, betapa beruntungnya aku bisa berdekatan dengan beliau, juga betapa senangnya hatiku ketika beliau berkata "sehat-sehat ya ta". Banyak orang-orang di luar sana yang ingin dekat dengan beliau, tapi salah satunya aku yang dipilih oleh Allah.
Allah menghadirkan beliau untuk menguatkanku, untuk memberiku petunjuk, untuk mengajarkan aku, meskipun aku jauh dari kata-kata baik, tapi aku berusaha menjadi murid yang baik untuk guruku.
14-05-22

KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop
Short StoryMagic Shop adalah sebuah pintu khusus sekaligus tempat untuk orang-orang yang patah, rapuh, bahkan hancur, disini juga ada kata-kata yang bisa memotivasi sekaligus kisah perjuangan yang tidaklah mudah untuk dilalui tapi karena keyakinan dari dalam d...