19

531 20 0
                                    

Seperti yang dijanjikan iliora kemarin. Kini prempuan itu sudah berada di apartement Aslan. Perempuan dengan rok selutut itu menatap ragu pintu yang didepannya sekarang.

Iliora memencet bel itu berapa kali. Ia memegang tasnya erat rasa takutnya kembali.

Ceklek.

Iliora menatap Aslan sedikit datar. Cowok itu sama halnya menatap iliora datar. "Ngapain kesini? " Tanya Arkan

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu" Jawab Iliora.

"Masuk" Titah Aslan pada iliora. Iliora menurut kemudian ikut Aslan dari belakang.

"To the point" Ucap Aslan.

Iliora menghela napasnya pelan. Ia memejamkan matanya. "Aku hamil slan" Ucap Iliora cepat namun Aslan bisa menangkap tiga kalimat itu dengan jelas.

Cowok berjakun itu terdiam menatap kebawah perut Iliora yang sedikit menonjol. "Gugurin" Ucapnya mampu membuat Iliora  diam. Ia sudah yakin jika reaksi Aslan seperti ini.

"Engga slan. Aku gak mau" Iliora.

"Gugurin gue gak bakal mau tanggung jawab anak itu. Gue gak mau punya anak sama lo" Dada Iliora sesak mendengar ucapan Aslan barusan.

"Kamu harus tanggung jawab slan. Gimana oun dia nak kamu darah daging kamu juga. Kalau kita gugurin dia sama aja kita bunuh anak kita sendiri slan" Ucap Iliora bergetar sepertinya perempuan itu akan menangis.

Rahang Aslan mengeras. Dengan kuat ia memegang dagu Iliora membuat gadis itu meringis. "Gue bilang gugurin Iliora. atau gue bakal sebari foto telanjang lo di HP gue. Lo gak lupa kan sama fto itu" Ucapnya dengan penuh penekanan.

Iliora menggeleng keras. "ENGGA ASLAN" Teriak Iliora ia menghempaskan tangan Aslan dari dagunya. "Di ada itu karena kesalahan kita. Dia nggak pernah minta buat ada. Disini yang salah itu kamu. KAMU YANG UDAH MAKSA AKU BUAT NGELAKUIN ITU. KAMU YANG UDAH BUAT AKU KAYAK GINI. SEKARANG MAU KAMU APA? MAU SEBARIN FOTO ITU? IAH? SILAHKAN. TAPI AKU GAK AKAN MAU BUAT GUGURIN ANAK INI" Iliora berteriak begitu kerah. Dada gadis itu naik karena terlalu emosi.

Aslan menatap Iliora tajam namun dengan lantangnya Iliora balik menatap cowok itu tajam.

"Gue bilang gugurin anak itu. Lebih baik dia gak usah hidup dari pada cuman jadi beban buat gue. Dan setelah kita gugurin dia gue mau kita putus gue mau serius sama Arva" Ucap Aslan kelewatan santai.

Iliora semakin di buat emosi oleh Aslan. "Mau kamu serius atau engga sama Arva aku gak peduli. Tapi aku gak bakal mau gugurin dia" Setelah berucap itu Iliora langsung keluar dari apartement milik Aslan.

Aslan mengacak rambutnya frustasi. Ia menatap ke arah pintu yang masih terbuka lebar.

                                ***

Di sisi lain Zea tak berhentinya mengutak-atik ponselnya menghubungi nomor seseorang. Rasa khawatir gadis itu sangat besar.

Sudah satu jam ia seperti ini menunggu Iliora yang katanya sedang pergi ke apartement Aslan.

"Angkat ra gue mohon " Ucapnya panik.

"Gue telfon Aslan aja kali yah. Ah iya deh"

Zea mencari kontak Aslan di ponselnya.

"Kenapa? "

"Iliora masih di apart lo gak"

"Ga ada"

Tut.

Zea menatap kesal ke arah ponselnya.

" Ra lo kemana sih"ucap Zea dengan khawatir.

SEJUTA LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang