11 - "Apa kita bisa kembali?"

182 37 12
                                    

Setelah pulang dari sekolah dan masuk kedalam kamar Yoshi, Jaehyuk dan Doyoung pergi kedalam kamar masing-masing, menganti seragam mereka karena Yoshi menyuruhnya. Padahal, mereka masih ingin berada dikamar Yoshi dan bermain disana.

Sementara Yoshi, anak itu berdiam diri di kasurnya. Ia meraih bingkai foto di atas nakas kamarnya dan melihatnya dengan sangat sayu. "Satu dari kalian berdua berubah, aku.. bahagia tentang itu" Yoshi mengusap foto salah satu orang yang ada didalam foto tersebut. Hari nya menghangat, senyumnya bahkan mengembang sempurna.

"JyJ kita lagi hancur sekarang, apa kita bisa kembali? Ji? Jun?" Setelah mengusap salah satu dari mereka, sekarang Yoshi mengusap wajah mereka berdua.

Setelah itu, Yoshi meletakan bingkai itu kembali dan meraih satu bingkai lagi, dimana didalam bingkai tersebut terdapat dirinya, Hyunsuk, Jihoon dan Junkyu.

Yoshi menarik nafasnya, membuang nya secara perlahan dan mulai menatap bingkai tersebut.

"Jika aku mengatakan bahwa aku bukan penyebab Ibu dan Ayah meninggal, apa kalian akan tetap membenciku?" Tanya nya, mustahil jika hati Yoshi tidak terluka. Bahkan ketika memandangi wajah mereka seperti ini, hati Yoshi tergores hanya karena mengingat bahwa mereka membenci dirinya yang tidak bersalah apa-apa.

"Kak Hyunsuk.. Jihoon.. Junkyu.. maaf" Yoshi lemah, lemah karena tidak bisa kuat ketika dirinya sedang menyendiri.

"Payah ya aku? Nangis terus seperti anak kecil.."

"Gak.. lo gak payah, gue yang payah. Bikin lo kayak gini, tapi lo bersikap seakan lo lagi baik-baik aja" Orang itu kembali lagi, melihat Yoshi ketika tau Jaehyuk dan Doyoung sudah kembali ke kamar masing-masing.


• • •

"Hey" Mendengar suara yang mengarah padanya, Arubby menoleh kesamping. Ia tau persis siapa pemilik suara itu.

"Kak Haru.."

Haruto memperbaiki duduk nya, ia menunduk, tadinya ia ingin membantu Arubby untuk duduk disini, namun Haruto terlambat. Sepulang sekolah, Haruto malah sudah lebih dulu melihat Arubby duduk di ayunan.

"Sudah pulang ya, aku kira kakak masih disekolah." Haruto tersenyum kaku.

"Tadi, siapa yang bantuin kesini?"

"Sendirian, kak Haru bilang Aru harus mandiri" Haruto diam, benar. Haruto sempat mengatakan bahwa Arubby harus mandiri. Haruto merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia menyuruh adiknya untuk mandiri sementara Arubby tidak bisa melihat.

"Maaf, kakak gak bermak—"

"Hm, tidak masalah. Kemarin kan kakak lagi emosi. Jadi, Aru maklumi.." Saat itu, Haruto marah besar pada Arubby. Arubby terus saja meminta bantuan pada Haruto, padahal Haruto sedang fokus belajar karena besoknya ada kuis matematika. Makanya tadi, Haruto diam sambil mendengarkan lagu menggunakan aerphone nya untuk menenangkan dirinya. Namun sayang nya malah diganggu oleh Doyoung, Jeongwoo dan Junghwan.

"Kamu gak marah kan?" Arubby menggeleng.

"Tidak, buat apa marah pada kakak? Aku memang seharusnya mandiri, kan?"

"Aru.."

"Kak, sulit. Terbiasa dibantu namun disuruh mandiri. Itu membuat ku bingung.."

"Jangan lakukan itu jika sulit, kamu gak harus memaksakan diri" Ujar Haruto, ia tidak ingin membuat adiknya terbeban.

"Di dewasa kan oleh keadaan itu adalah hal yang memaksakan ku untuk berkata 'iya' pada semuanya yang ku anggap benar. Aku harus mandiri, tapi sepertinya.. aku tidak bisa"

Detikan bersayap || YOSHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang