03. COKLAT

41 2 0
                                    

Sebuah kendaraan beroda dua berhenti di sebuah toko coklat yang berada di ujung pusat kota. Davanka melepas helm berwarna hitam nya, pandangan keisha sama sekali tidak teralih dari tulisan besar yang dipajang di bagian atas toko.

"turun!". Davanka melirik keisha dengan tatapan tajam. Keisha melirik davanka dengan pandangan heran.

"kita ngapain disini?".

"jual lo". Ujar davanka. Davanka perlahan masuk kedalam toko coklat diikuti oleh keisha. Keisha menarik pelan pergelangan tangan davanka.

"Kak? Kok jual aku disini?".

Davanka memejamkan matanya. "lo mau dijual?". Keisha menggeleng.

Davanka memegang pelan pipi keisha, lalu memutar pelan kepalanya kearah tulisan besar 'TOKO COKLAT KAYES'.

"Lo bisa baca kan?". Keisha mengangguk dengan senyuman yang ada diwajahnya.

Davanka menarik tangan keisha lalu berjalan kearah meja pelayan yang ada di hadapan mereka.

"Mbak, ambilin silverqueen yang paling besar 5". Keisha melirik davanka dengan pandangan melotot.

"banyak banget belinya kak? Untuk siapa?". Davanka hanya terdiam, tanpa melirik keisha.

Setelah pelayan coklat memberi 5 buah coklat silverqueen dengan satu kantong kresek hitam. Davanka membayar nya dengan uang berwarna merah sebanyak 3 lembar. Setelah semuanya selesai, davanka tidak lupa meraih tangan mungil yang berada di sebelahnya.

Sesampainya mereka diparkiran, davanka memberikan kresek hitam kearah keisha.

"Pegangin?". Ujar keisha.

"buat lo". Keisha melotot dengan senyuman manis nya.

"serius kak?". Davanka mengangguk.

"lo kan suka coklat dari dulu". Davanka mulai menekan gas nya.

Disepanjang perjalanan pulang, keisha tidak berhenti melirik kearah kantong kresek yang berisikan 5 buah coklat kesukaannya. Teringat sewaktu mereka masih berpacaran dulu, setiap pulang sekolah, keisha sering mengajak davanka ke toko coklat kayes.

Tidak terasa lamanya perjalanan, akhirnya mereka sampai didepan gerbang rumah keisha. Keisha turun dari motor davanka dengan melepas helm bogo berwarna hitam.

"Thanks ya".

Tangan davanka perlahan naik kearah rambut keisha, tangan nya merapikan rambut keisha yang sedikit berantakan akibat terkena angin. Kini detak jantung nya terasa sangat tidak normal.

"Yaudah gue balik". Davanka menekan gas motornya lalu pergi menjauh dari kediaman keisha.

Keisha tersenyum lebar, lalu bergegas masuk kedalam rumah nya.

•••••

Sebuah ponsel jatuh dari genggaman tangan rebecca yang gemetar, beserta cucuran keringat yang mengalir di dahi nya. Perlahan ia mengelus lembut kehamilannya nya yang sudah menginjak 6 bulan. Air matanya yang mengalir ke seluruh wajah nya. Beserta mata yang memerah dan bengkak.

"Mama gak mau ngelakuin ini nak, tapi mama gak mau nyawa mama terancam". Rebecca mengelus perut nya. Diujung sana, terlihat davanka yang baru saja datang dengan sebuah jaket hitam bertulisan zervanos di tangannya.

"Rebecca!". Teriak davanka, lalu bergegas menghampiri rebecca yang duduk di ujung dinding didekat pintu kamarnya.

"Re! Lo kenapa?". Davanka memegang kedua pundak rebecca. Beserta tangannya yang merapikan rambut rambutnya.

Tangisan rebecca seketika mengalir begitu deras. Rebecca memeluk erat tubuh davanka.

"gue takut dav".

"takut kenapa re? Ada yang apa apain lo? Bilang sama gue!".

"Hiks, gue ngg-". Perkataan yang terbata bata keluar dari mulut rebecca.

Davanka mencoba menenangkan rebecca dengan cara memberi nya segelas air putih. Rebecca meneguk nya dengan pelan serta tangannya yang masih gemetar hebat.

"sekarang lo bilang sama gue, lo kenapa". Ucapan pelan yang keluar dari mulut davanka.

"g-gue, ma-u gugurin a-nak gue". Davanka melotot tidak percaya, sebrengsek apa pun dia, dia tidak akan pernah membiarkan rebecca membunuh anak yang tidak ada salah sama sekali.

"APA!? GUGURIN? GILA LO!". teriak davanka. Davanka berdiri dari duduk nya, lalu memijat dahi nya.

"Apa yang bikin lo berfikiran kaya gitu? Gue udah bilang sama lo, biar gue yang tanggung jawab semua ini! Tapi lo bilang sama gue kan, kalau kita nungguin tamat sma baru gue nikahin lo!".

Isakan rebecca kembali terdengar. "Bukan masalah itu dav! Gue malu, gue gak mau dikurung selama ini di apartement, gue juga mau sekolah lagi dav!". Teriakan rebecca tercurah.

Davanka melirik rebecca. "Dengan alasan lo kaya gitu? Lo mau gugurin anak yang gak ada salah? Gila lo! Ini titipan tuhan!".

"Ini keputusan gue dav! Gue gak mau diatur atur lagi, gue mau gugurin anak ini, jadi lo jangan larang larang gue". Rebecca beranjak dari duduknya, lalu berniat berjalan kedepan kamar. Davanka bergegas menarik tangan rebecca.

"Gue emang brengsek re! Tapi dalam hal ini lo lebih brengsek!". Teriakan davanka.

Namun, rebecca sama sekali tidak menjawab. Rebecca kembali melanjutkan perjalanan nya keluar kamar, dengan tas yang ia pegang, ia keluar dari apartement milik davanka, dengan pakaian jaket tebal yang menutupi perutnya, serta masker dan kaca mata yang menutupi seluruh wajahnya. Davanka hanya terdiam, dan tidak bisa berkata kata lagi.

•••••

Hai guys! Maaf ya sedikit, karena ini sesuai pikiran aku aja..

DAVANKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang