31. MUNAFIK?

20 0 0
                                    

Dipagi hari seperti biasanya, keisha selalu saja menunggu pak saryo yang lagi lagi memperbaiki mesin mobil.

Keisha selalu memperhatikan jam yang tertera di layar ponselnya, masih pukul 07.00 tetapi, rasanya malas sekali jika pemandangan paginya terus terusan melihat pak saryo memperbaiki mesin mobilnya.

"Pak? Emang kemaren gak jadi ganti oli apa?". Celetuk keisha dengan ekspresi malasnya.

"Belum neng, soalnya nyonya belum mengirim uang". Ucap nya sambil memancarkan sedkit tawa tak bersalah.

"Ckk, pak! Kan bisa minta sama aku, kalau harus nungguin mama pulang dari luar kota, ini mobil bakalan terus kaya gini". Ujar keisha, sembari mengeluarkan uang sebanyak 1 juta dari dalam dompet nya.

"Waduh, neng, jangan repot repot atuh".

Keisha mengernyitkan alisnya bingung. "Ini untuk ganti oli, kalo ada sisanya, buat bapak". Ujar keisha.

Pemandangan kali ini benar benar seperti kejadian yang terulang lagi, bagas yang tidak diminta untuk datang, selalu datang disaat keisha sedang butuh bantuan.

Keisha melotot heran, mengapa bagas selalu saja menumpangi nya untuk kesekolah.

"Kak bagas?".

"Iya, belum berangkat sekolah?".

"Belum, mobil nya rusak lagi".

"Bareng sama gue ya?".

Keisha terdiam sebentar, fikiran nya kini berada pada davanka. Jika ia terus menerus merespons bagas, maka ia akan kehilangan davanka, dan juga akan menjadi perusak diantara pertemanan davanka dan bagas.

"Kei?". Ujar bagas, melambaikan tangan nya kearah keisha.

"Eh, sorry kak, ehm, kayanya gue sama taxi aja deh".

"Loh? Taxi jarang loh, lewat disini, kalau pun ada, halte lumayan jauh dari rumah lo".

Betul kata bagas. Jarak dari rumah keisha dan halte lumayan jauh, karena keisha tinggal di perumahan sementara halte berada di penghujung jalan perumahan.

"Mm, gak papa kok kak".

"Kei? Lo kenapa gak mau berangkat sekolah sama gue?".

"...davanka?". Pertanyaan bagas membuat keisha tersentak terkejut.

"E-enggak kok, hmm, gue cuma mau aja, lagian gue juga ngerasa ngerepotin lo terus kak".

Bagas tertawa kecil. "Ya enggak lah, kan gue yang mau jemput lo".

Bagas menarik pergelengan tangan keisha. Mau bagaimanapun, jam sudah menunjukan pukul setengah delapan, sebentar lagi jika keisha tidak berangkat sekolah, ia akan terlambat lagi.

Keisha terpaksa menaiki motor bagas, kini mereka berdua berjalan menjauhi perkarangan rumah.

•••••

Geng inti zervanos, sedang berkumpul sambil melakukan kebiasaan mereka. Yaitu, merokok ditengah lingkungan sekolah. Bagi mereka itu sudah termasuk keseharian mereka. Guru dan pegawai sekolah pun sudah merasa tidak peduli lagi untuk memperingati mereka.

"Van, lo tau gak bedanya pagi sama siang?". Ujar nadeo sembari menikmati sebatang rokoknya.

Gevan hanya mengangkat kedua bahunya. "Sama gue juga gak tau". Ujar nadeo.

Gevan memukul pelan jidat nadeo. Lagi dan lagi, ia benar benar membuat suasana hati nya menjadi rusak.

"Anjing, sakit tau, lo kira ni jidat gue meja apa enak aja lo pukul pukul". Ujar nadeo sambil mengelus jidat nya yang terasa perih.

DAVANKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang