26. LAPORAN

19 0 0
                                    

Rebecca menghela nafasnya Panjang, ia melirik davanka yang berdiri tegak disebelahnya.

"you sure can, rebecca". Bisik davanka tepat ditelinga rebecca.

Rebecca tersenyum, lalu perlahan masuk kedalam ruang kepala sekolah, karena kemarin berita tentang nya sudah menyebar luas diberbagai sekolah, maka dari itu, pak jonathan meminta rebecca agar menemuinya.

Didalam ruangan, sudah tersedia pak jonathan, ibu sukma, dan juga pak hendra. Mereka duduk melingkar menghadap rebecca. Hari ini rasanya ia sedang berada didalam persidangan mengenai kasus yang sangat besar.

"Silahkan duduk, rebecca". Rebecca melakukan perintah yang diberi oleh ibu sukma.

Tatapan tajam yang diberikan oleh pak jonathan tepat dhadapan nya, membuat sekujur tubuh nya mengigil ketakutan.

"Jelaskan lebih detail, mengenai berita kamu yang tersebar luas". Ujar pak jonathan.

Rebecca menghela nafasnya. Ia kembali melirik davanka yang masih berdiri didepan pintu sambil memberi jari jempol kearah rebecca.

Lalu, ia kembali memperhatikan pak jonathan.

"Sebelum nya, saya diajak oleh raya untuk datang ke sebuah caffe, karena saya merasa penasaran, saya datang dan menemui raya disana, didalam caffe, raya sudah bersama dua orang pria duduk diatas sofa, setelah itu, dia memberi penawaran tentang uang sebanyak 100 juta, tetapi, syarat nya harus melayani dua orang pria itu malam itu, saya menolak, tetapi dia terus memaksa saya, dia menambah harga uang yang akan diberi kepada saya sebanyak 500 juta, karena saya benar benar peru dengan uang sebanyak itu, saya terima perintah dia pak".

Sudah panjang lebar rebecca menjelaskan kepada semua guru yang ada didalam ruangan.

Tetapi, hanya ibu sukma dan pak hendra yang sepertinya memahami keadaan rebecca. Tidak dengan pak jonathan.

"Kebutuhan apa yang kamu perlukan rebecca? Sampai kamu mau menjual harga diri kamu". Pak jonathan melirik rebecca.

Ia menunduk. "Saya hidup sendirian pak, kaka laki laki saya, dan ayah saya sudah berbeda rumah dengan saya".

Pak jonathan tertawa kecil. "Pasti itu semua juga tentang perilaku kamu yang hamil karena davanka".

"Pak, boleh saya memberi sedikit ajukan?". Ibu sukma melirik pak jonathan.

Pak jonathan mengangguk. "Saya simak cerita dari rebecca tadi, itu semua bukan sepenuh nya kesalahan rebecca, itu juga termasuk kesalahan raya yang menjual diri rebecca".

Pak jonathan menunjukan ekspresi tidak setuju.

"Rebecca, karena saya tidak ingin berbicara panjang lebar, mending saya to the point saja".

Jantung rebecca kini benar benar berdetak sangat kencang, ia sangat takut jika pak jonathan mengeluarkan nya dari sekolah.

"Saya keluarkan kamu dari sekolah, karena satu pun sekolah, tidak akan menerima murid yang sudah hamil diluar nikah, apalagi, kamu sudah berulang kali membuat nama sekolah tercemar".

Jantung nya seketika berhenti sejenak, rebecca benar benar ingin berteriak karena pak jonathan sama sekali tidak memberi keadilan kepadanya.

"Pak, tetapi ini tindakan yang benar benar tidak adil, seharusnya raya lah yang harus ditindak". Ujar pak hendra.

Rasanya percuma saja, pak hendra dan ibu sukma berbicara kepada pak jonathan kalau pak jonathan hanya memberi ekspresi tidak setuju.

"Pak, saya minta maaf karena telah melakukan ini, saya mohon jangan keluarkan saya dari sekolah pak". Rebecca berlutut, sambil memohon kepada pak jonathan.

DAVANKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang