27. KEMARAHAN VELI

22 0 0
                                    

Setelah hampir setengah jam perjalanan, akhirnya davanka selamat sampai tujuan mengantar tuan putrinya kedepan rumah nya.

Davanka melepas helm yang ia pakai dikepalanya, lalu meletakkan didepan perutnya.

Pandangan nya masih saja mengarah ke wajah cantik milik keisha yang tidak pernah terlihat memudar.

"Kak? Ngapain ngeliatin gue kaya gitu". Celetuk keisha.

"Lo kenapa sih?!". Ujar davanka dengan nada nya yang agak sedikit meninggi.

Keisha melotot heran. "Kenapa apa?".

"Kenapa cantik terus? Gak bosan?".

Ah sial! Davanka selalu membuat nya salah tingkah, pipi nya kini memerah bagaikan jambu.

"Apaan sih, pulang sana, ntar keburu nyokap gue keluar".

Davanka mengangguk, baru saja ia ingin memakai helm, tetapi veli terlebih dahulu keluar dari dalam rumah, lalu menghampiri mereka berdua.

"Keisha".

Keisha melirik veli dengan tatapan cemas. Pandangan veli tidak teralih dari davanka.

"Kamu? Ngapain disini?". Celetuk veli.

"Anterin keisha". Jawabnya singkat.

"Berani banget ya kamu antar anak saya, disaat kamu sudah buat anak saya sakit hati".

Keisha berusaha menahan veli agar tidak marah kepada davanka.

"Mah, keisha bisa jelasin, tapi jangan marah marah sama kak davanka".

"Kamu masih aja belain anak ini? Kamu gak sadar kalau dia udah bikin kamu setengah gila? Dia cowok yang gak baik buat kamu".

"...Davanka, saya mau kamu jauhin keisha, karena kamu gak pantas buat dia".

Belum menerima jawaban dari davanka, tetapi pergelengan keisha sudah terlebih dahulu ditarik oleh veli agar masuk kedalam rumah.

Davanka melirik keisha dan veli, perlahan ia memakai helm nya, lalu menjauh dari perkarangan rumah keisha.

•••••

"Keisha! Mama udah bilang sama kamu, jangan dekat sama dia lagi, tapi sekarang?".

Keisha duduk diatas sofa ruang tamu nya, dengan air matanya yang mengalir di pipi.

"Keisha bisa jelasin, ma".

"Apa yang mau kamu jelasin? Mama udah lihat semuanya dari mata kepala mama sendiri".

"...Kamu sendiri yang bilang sama mama kalau kamu gak akan dekat sama davanka lagi".

Keisha menunduk, mendengarkan teriakan veli yang memarahi nya.

"Kalau kamu kaya gini terus, mama cuma ada dua pilihan untuk kamu". Keisha melirik veli.

"..Kamu pindah sekolah ke Australia, atau kamu jauhin dia".

Keisha berdecak kesal, entah mengapa perintah veli kali ini benar benar rasanya tidak ia terima.

"Mama egois! Mama cuma mikirin perasaan mama, mama gak pernah mikirin perasaan keisha ke kak davanka".

Keisha melangkah menjauhi ruang tamu menuju kamarnya dilantai dua.

Suara hentakan pintu yang terdengar sangat keras, keisha menjatuhkan tas nya dilantai kamar, ia merebahkan badannya tengkurap diatas kasur.

Air matanya tidak kunjung berhenti, tidak ada satupun yang bisa mengerti perasaan nya kepada davanka kecuali ayu.

DAVANKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang