Chapter 4

1.1K 75 0
                                    

(Jane)

Aku mengunci pintuku rapat-rapat. Tanganku mengikat rambutku tinggi-tinggi untuk tidak mengangguku saat aku meneliti data. Jujur saja aku paling sulit meneliti data karena aku sulit membedakan mana data palsu dan mana data asli. Berdasarkan infomasi sebelumnya Austin Hayden adalah anak ketiga dari Paul Hayden dan Naomi Hasting yang berubah nama menjadi Naomi Hayden. Austin memiliki seorang kakak laki-laki bernama Harry Hayden dan seorang kakak perempuan bernama Kelly Hayden yang sudah bertunangan dengan Zachary Smith yang merupakan anak dari rekan kerja Paul. Austin bekerja bersama dengan kakaknya sebagai pemimpin salah satu perusahaan ayahnya. Selama beberapa tahun perusahaan itu tidak terkena masalah atau mungkin terkena masalah tapi tidak dicatat di buku record. Menjadi seorang agent kita harus mudah curiga bukan?

Aku menatapi segala kertas record mengenai masalah keuangan maupun ketenagakerjaan sampai hubungan kerjasama mereka, list nama pegawai, dan segala perusahaan ayah Austin. Aku merasa ada sesuatu yang salah dari beberapa bagian di daftar record tapi aku sendiri tidak tahu apa.

Aku menggigit bibirku pelan sambil terus berpikir keras. Kepalaku berputar pada arah pintu kaca balkonku yang berbunyi pelan. Mataku melihat Austin yang melambai-lambai dari balkonnya dengan tangan kirinya yang penuh kacang. Aku dapat menduga ia menggunakan kacang itu untuk melemparnya di kaca pintuku tadi. Aku membuka pintu kaca dan menutupnya kembali. Aku merapikan rambutku singkat sebelum duduk di lantai balkon yang mulai mendingin karena cuaca malam.

"Apa aku menganggumu?" Katanya dengan sedikit serak.

Aku menggeleng pelan dan mengamati wajahnya yang sangat menunjukan kelelahan yang sangat parah. "Tidak juga. Bagaimana kabar Harrold?"

Ia tersenyum kecil, "Besok dia akan pulang."

Aku mengangguk pelan, "Ada kabar dari pihak polisi?"

"Mereka hanya bilang peluru-peluru yang ditemukan memberi informasi kalau senjata yang digunakan adalah handgun yang berbeda-beda. Tapi mereka tidak menyebutkan jenis senjatanya." Katanya sambil memakan kacang di tangannya.

Aku menghela nafas panjang. Sepertinya sulit untuk mendapatkan informasi lebih detail karena polisi pasti hanya memberi informasi lengkap pada Austin. Sedangkan Austin pasti tidak akan membagi informasi teralu detail jika aku bertanya padanya.

"Apa yang sedang kau pikirkan? Jika kau sibuk, aku tidak akan menganggu."

Perkataannya membuatku mengangkat kepalaku dan tersenyum kecil. "Aku tidak sibuk. Ada yang ingin kau bicarakan? Sepertinya kau butuh teman."

Ia tampak tertegun, mungkin heran aku bisa menebak pemikirannya melalui wajahnya. "Yeah. Aku sedang dalam masalah. Kurasa ini masalah besar, karena kasus ini mencoreng nama ayahku, mau tidak mau jalannya perusahaan sedang terganggu."

"Tapi kau masih muda. Aku rasa waktunya kau istirahat sebentar, menikmati indahnya dunia. Lalu saat kau merasa kalau semuanya sudah cukup kau bisa melanjutkan semuanya lagi."

Ia menatapku dengan wajah yang memerah. Mungkin ia malu karena hal ini.
"Sudahlah. Besok Harrold pulang sebaiknya kita berikan pesta kecil untuknya. By the way... Aku tidak tahu dia kenapa..." Aku menatap Austin dengan penasaran yang kubuat-buat sendiri padahal sesungguhnya aku tahu.

Sedetik setelah pertanyaanku wajah Austin berubah menjadi sedih. "Dia mengalami patah tulang di kaki kanannya dan beberapa luka sembab akibat pukulan."

Aku berdiri saat merasa aku mulai lelah, "Aku akan datang besok saat ia kembali. Sebaiknya kau tidur, ini sudah sangat malam dan aku yakin kau lelah." Tanganku meremas pinggiran balkon dengan senyum yang kuharap bisa membuatnya melupakan kesedihan. Ia mengangguk lalu berdiri. Sudut bibirnya terangkat ke arahku. "Terima kasih sudah menemaniku berbicara kecil."

Secret HolidayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang