Chapter 13

754 63 2
                                    

(Jane)

Tanganku meraih kertas-kertas yang bertebaran di sekitarku. Aku berguling ke sisi lain dari karpetku dan mengerang keras. "Siapa pria misterius itu?!" Aku membanting kertas yang kupegang dengan kesal lalu meniup asal rambutku yang berantakan akibat stress.

"Sukses menjadi seorang agent perempuan terhebat, gagal menjadi seorang agent pemikir. Waw." Kata Nathan dengan monoton dan tentunya tidak ada niat memujiku.

Aku menatapnya tajam, berusaha sebaik mungkin untuk membunuhnya dari tatapanku. Setelah sekian detik aku menatapnya tajam yang ia balas dengan tatapan bosan, aku menyerah. Aku berdiri dan meraih handphoneku. "Aku akan berjalan-jalan sejenak."

Jack menghela nafas, "Kabur." Katanya dengan santai.

Aku melihat Jack dan Nathan secara bergantian. Tanganku mengikat rambutku dengan asal untuk menjauhkan rambutku dari wajahku.  "Seriously?? Bahkan kakakku juga mengejekku?"

Tanpa memperdulikanku mereka berdua tertawa dan melakukan jabat tangan rahasia mereka. Aku merasa menyesal telah menyuruh Nathan untuk datang ke sini untuk misi karena aku baru ingat kalau Nathan dan Jack bergabung mereka akan bermain-main dalam misi. Melihat mereka yang dari kemarin bertingkah konyol membuatku merasa kesabaranku sungguh diuji kali ini. 

Setelah mereka selesai tertawa dengan puas, Jack melempar sebuah senyum konyol ciri khasnya untukku."Kulakukan apapun demi adikku."

Aku mengepalkan tanganku dan berjuang gigih untuk tidak menonjok wajah kakakku sendiri. Aku menghela nafas dan berlari menuju tangga untuk pergi ke arah taman belakang. Mataku memandang sekitar untuk mencari tempat nyaman untukku berpikir jernih, tapi yang kulihat adalah tempat yang sangat gerah. Aku mengernyit ke langit-langit yang sangat terang dan cukup panas kemudian menunduk pasrah. Matahari semakin terik karena hari sudah semakin siang. Aku berjalan ke arah kolam renang yang tidak teralu luas lalu mencelupkan kedua kakiku ke dalamnya hanya untuk membuatku merasa lebih baik. Aku mengayunkan kakiku dengan pelan membuat air di dalam kolam itu bergerak-gerak dengan pelan dan seirama dengan kakiku. Mataku mulai menatap air kolam yang bergerak pelan itu dengan menerawang. Pikiranku mulai melayang untuk menyambungkan beberapa hasil penelitian dengan kejadian yang terjadi. Beberapa kali aku berpikir aku selalu saja merasa kalau ada sesuatu yang janggal. Apa yang kurang kuketahui? Apa yang lolos dari pemikiranku?

"Austin??"

Suara itu membuatku menoleh ke pagar kayu pembatas rumah Dean dengan Austin yang berada tepat dibelakangku. Aku menunduk di balik pagar itu dengan niat bersembunyi untuk mendengarkan apa yang akan terjadi. 

"Austin??"

"Coming!" Balas Austin setengah teriak.

"Geez, that boy." Suara bass itu membuatku semakin penasaran. Suara itu familiar di telingaku.

Aku tetap menunduk dan menghentikan setiap pergerakanku agar tidak menimbulkan suara-suara sekecil apapun. Aku menggerakkan badanku untuk mundur dan mengintip dari balik celah pagar kayu. Mataku melihat Austin yang keluar dari rumahnya menuju pintu pagar yang pernah kulewati dulu. Ia memunggungiku dan berbicara dengan lawan bicaranya yang tertutup sisi rumahnya, "Kenapa tidak dari pintu depan?"

"Kau mengganti password pintumu Austin."

Password?

Aku semakin mendekatkan diriku ke pagar untuk mendengar lebih jelas.

"Oh aku lupa memberitahumu. Jadi.. Ada apa?"

"Ayah memintaku untuk memberikanmu material meeting nanti sore dengan Mr. Payton."

Mr. Payton? Maksudnya Ben Payton?

"Thanks. Kau mau masuk? Merry baru saja memasak makan siang."

Secret HolidayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang