Chapter 6

917 69 0
                                    

(Jane)

Aku tersenyum melihat Dean yang baru saja keluar dari kamarnya. "Hai" sapaku riang.

Sejak Jack berpura-pura tidak tahu rencanaku dengan Nathan, aku menjadi lega. Lega karena tahu Jack tidak akan membocorkan apapun ke Dean atau Bella. Setidaknya ia tidak akan membocorkan ke Dean. Jika Dean tahu segalanya maka habis sudah perjalanan hidupku. Dean pasti akan marah sebesar-besarnya dan maybe... Hanya maybe... Break-up. Tapi bisa juga memaafkan. Kemungkinanya 90% break-up 10% forgiven. Tentu aku tahu resikonya, kebanyakan film yang kutonton atau bacaan yang kubaca semuanya sama, seorang pria akan memutuskan pacarnya jika pacaranya ketahuan berbohong. Nah.. Permasalahannya adalah berapa kali aku sudah berbohong karena misi di depan Dean selama kami pacaran? 10? 20? Kurasa lebih dari itu...

Dean mengangkat sebelah alis matanya, menatapku dengan ragu. "Hai?"

Aku menggandeng tangannya dan menariknya berjalan bersamaku menyusuri tangga untuk ke dapur dengan senyumku yang tidak luntur.

"Wow.. Seseorang bangun dengan suasana hati yang sangat berbunga-bunga!" Jack berteriak dari meja makan ke arahku dan Dean. Aku hanya tersenyum dan tidak memperhatikan Jack sampai akhirnya hidungku mencium sesuatu. Sesuatu yang manis. Sesuatu yang harum dan tercium sangat lezat.. Atau enak?

"Brownies!" Aku berteriak dan berlari ke dapur. Mataku menangkap Bella yang sedang mengeluarkan Brownies dari oven dengan asap yang mengepul. Bella tertawa kecil dan menunjuk Jack dengan santai. "Dia sudah menghabiskan setengah loyang."

Aku menatap Jack dengan sangat tajam. Seperti anak kecil yang sedang mengamuk karena apa yang menjadi miliknya diambil atau dirampas.

"Easy. Bella sedang memanggang 2 loyang lagi." Dean meletakkan tangannya di bahuku. Aku mengelus tangan Dean yang beristirahat di bahuku sambil memperhatikan Bella yang mengeluarkan brownies dari loyang ke sebuah tupperware berukuran sedang lalu memotong-motongnya. "Hei Jane, kau akrab dengan Austin bukan?"

Pertanyaan itu membuatku mengangguk. Berbeda denganku, aku merasakan tangan Dean sedikit mengencang di kedua bahuku. Aku mengangkat kepalaku, melihatnya dengan bingung. Aku sempat melihat pandangan matanya yang menggelap secara tiba-tiba, namun saat ia melihatku sedang menatapnya ia kembali tersenyum palsu. Aku tau senyum palsunya yang selalu ingin ku lepaskan dari wajahnya.

Bella memberikanku tupperware itu dan tersenyum. "Bisa antarkan pada Austin? Bilang padanya hadiah untuk menenangkan diri setelah kejadian parah beberapa hari lalu. Makan makanan manis bisa memperbaiki suasana hati."

"Okay." Aku menerimanya kemudian berbalik. Langkahku terhenti saat Dean menahan lenganku. Pandanganku beralih dari tangannya yang menggenggam lenganku kuat ke arah matanya yang sekali lagi sudah menggelap. Aku memiringkan kepalaku. "Ada sesuatu Dean?"

"Haruskah kau yang pergi? Maksudku ke tempat Austin?"

"Tenang Danny-Boy. Aku dan Austin hanya teman. Aku tidak akan lama." Kataku dengan senyum. Tanpa berpikir panjang aku melangkah maju ke hadapannya dan mengecup pipinya dengan cepat. "See ya."

Tanpa menunggu reaksi Dean, aku berlari ke depan halaman dan menyebrangi rumput-rumput hijau perkarangan rumah Dean ke perkarangan rumah Austin. Tidak ada pagar di sini folks. Semua rumah di batasi oleh pagar kayu pendek dengan pohon tinggi dan rumput hijau. Aku menekan bel rumah Austin lalu menunggu. Tidak lama kemudian Merry, istri Harrold muncul dari balik pintu. "Good afternoon, Lady Jane."

Aku menahan tawaku lalu tersenyum kecil. "Just Jane. Austin ada di rumah?"

Ia mengangguk dan tersenyum. "Yeah. Silahkan masuk dan menunggu di dalam." Katanya sambil membuka pintu lebih lebar.

Secret HolidayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang