Chapter B

803 42 0
                                    

(Vallen)

Aku berjalan pelan menyusuri jalan setapak taman di depan klinik hewanku dengan hati-hati, sesekali aku merasakan Hana menarikku pelan ke sekitarnya yang ia anggap menarik. Aku tersenyum kecil dan menunduk untuk melepaskan talinya untuk membiarkannya menjelajahi taman ini sambil memperhatikannya. Aku melihat ekor kecilnya bergoyang-goyang penuh kesenangan setiap kali ia melihat bunga. Jika aku menjadinya, aku mungkin lebih memilih untuk membenci bunga daripada menyukainya karena aku menemukannya terluka di dekat toko bunga. Penjual bunga pun terlihat tidak peduli terhadap tangisannya dan hanya menutupnya dengan sebuah koran.

Kringg ...

Aku meraih handphoneku di saku celana dan mengangkat telepon itu. "Halo?"

"Vallen, bagaimana dengan makan siang bersama Nathan sabtu ini?" Suara berat ayahku membuatku tersenyum tipis dan bersandar pada bangku taman. "Okay."

Aku mendengarnya menghela nafas ringan dan tertawa kecil. "Ah.. Aku lega mendengar kau setuju.. Maksudku bertemu dengan Nathan anak sahabatku."

"Aku senang membuatmu senang dad.."

"Tapi aku sedih jika kau tidak bahagia.."

"I'm fine dad.. Nathan orang baik. Aku mulai menyukainya.. Itu hal baguskan??"

Aku mendengarnya tertawa dan aku yakin ia mulai mengangguk-angguk kecil."Apa yang sedang kau lakukan?? Kuharap kau tidak teralu sibuk mengurus klinikmu."

Sudut bibirku semakin menaik dan mengintip Hana yang masih serius mengendus bunga-bunga di dekatnya. "Tidak.. Aku sedang menikmati taman dengan Hana."

 "Kalau begitu aku tidak menganggumu... Have fun Vallie."

"Bye dad..". Aku menurunkan handphoneku dan mematikan telepon. Aku menarik nafas pelan dan menatap langit-langit yang terlihat cerah berawan. 

Aku bertunangan dengan Nathan sejak bulan lalu, ayahku memperkenalkanku padanya saat makan malam bersama dengan keluarganya. Kedua orangtuanya dan ayahku ingin kami bersama. Katanya itu impian mereka untuk mempersatukan kedua anak mereka. Aku ingin sekali menolak karena aku tidak ingin dijodohkan pada jaman seperti ini. Namun aku tidak bisa menolak kemauan ayahku.. Beliau sudah cukup berusaha seorang diri untuk membuatku bahagia sejak ibuku meninggal, sekarang saatnya aku yang harus berusaha membuatnya bahagia.. Kedua orangtuanya bilang kalau Nathan adalah anak yang sangat sibuk menekuni pekerjaannya, tapi mereka menolak untuk terbuka mengenai pekerjaan anaknya. Ia hanya bilang dia bekerja di anak perusahaan mereka, tapi kurasa mereka berbohong. Setiap minggu orangtua kami selalu mempertemukan kami untuk makan berdua saja, namun setiap pertemuan aku dapat merasakan kalau Nathan benar-benar tidak tertarik. Kami banyak berbicara saat bertemu namun seperti hanya sebatas teman.. Dan di setiap pertemuan itu juga aku menyadari kalau aku mulai menyukainya sedangkan ia menyukai oranglain..

"Woof!"

Suara itu berhasil membuatku kembali dari pikiranku. Aku melihat sekitarku dengan panik saat anjing kecil itu menghilang dari pandanganku. "Hana?" Panggilku setengah berteriak.

"Woof!"

Aku berdiri dan mulai berjalan ke arah sumber suara yang berada di sisi lain taman ini. Aku berlari pelan saat mendengarnya menggonggong sekali lagi. "Hana!"

"Woof!"

Aku menoleh ke arah pohon besar dan melihat anjing kecilku sedang berada di pelukan seseorang. Aku berjalan mendekat dengan pelan, namun langkahku terhenti saat menyadari kehadiran seseorang dari sekumpulan orang itu. Pria itu mengelus kepala Hana dan memeluknya dengan hangat selagi perempuan di sebelahnya terlihat menyukai Hana. Pria itu sesekali membuat perempuan di sebelahnya tertawa, pandangan matanya bahkan menyatakan semua perasaannya secara tidak langsung. Jujur saja.. Aku iri melihat perempuan itu..

Secret HolidayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang