Chapter 18

848 62 2
                                    

(Jane)

Aku mengerutkan keningku untuk sekian kalinya lalu menghela nafas sia-sia. Aku berdecak dan menunggu Austin yang sedang bernegosiasi dengan karyawan yang menjaga kunci utama ruang rapat. Kami ingin masuk ke dalam ruang rapat dan meninggalkan alat menyadap untuk mendengar sesuatu yang akan Harry dan Ben bicarakan. Aku berdecak pelan dan memberi kode untuk Austin agar pria itu mundur dari negosiasi. Ia menangkap kodeku dan menghampiriku begitu negosiasinya batal. "Sekarang apa?"

"Bisakah kau bilang kakakmu kalau kau ingin ikut rapat supaya kau juga bisa ikutan belajar?" Bisikku pelan.

Ia mengangguk singkat dan meraih handphonenya. "Kurasa bisa... Ia selalu memperbolehkanku ikut rapatnya."

Aku menarik pipinya dengan keras hingga dia mengeluh kesakitan. "Kalau begitu kenapa tidak bilang dari tadi Austin?!"

Ia mengusap pipinya pelan dan menatapku dengan kaget. "Kau tidak bertanya!" Belanya cepat. Ia mengabaikanku yang mulai menatapnya kesal dan menelepon kakaknya untuk mengijinkannya ikut rapat. Terjadi sesi tanya-jawab di antara mereka dan akhirnya Harry setuju mengijinkannya ikut rapat yang sebentar lagi dimulai. Tanpa menunggu apapun lagi aku menjelaskan rencana singkat pada Austin. Kalau Austin akan menggunakan microchip yang di rancang seperti sebuah alat pendengar pembicaraan. Aku memasangnya di baju kemeja yang ia gunakan lalu mengetesnya agar tersambung live dengan handphoneku. "Aku akan menunggu di mobil dan kau ikuti rapat tersebut hingga selesai dan kembali ke mobil dengan cepat."

Ia mengangguk setuju lalu menunggu kakaknya yang segera datang ke ruang rapat. Aku berlari menuju tangga darurat dan berlari hingga tempat dimana Austin memarkirkan mobilnya tadi. Aku melangkah masuk ke dalam mobil dan segera menyalakan aplikasi microchip tadi. Aku menarik nafasku pelan dan bersandar pelan. Aku mendengar sebuah gesekan dan akhirnya mendengar seseorang berbincang pelan.

"Kau sungguh aneh karena tiba-tiba ingin ikut rapat." Suara itu membuatku tersenyum licik.

Austin berdeham, "Aku ingin belajar seperti apakah CEO Harry mengurus perusahaannya."

Aku mendengar suara tawa Harry dan kembali mendengarkannya dengan serius. "Baiklah. Tapi aku rasa kau akan bosan mendengar penawaran Ben yang gila. Masuklah dan duduk, Ben sebentar lagi tiba. Karyawan di bawah memberitahuku tadi dia berada di lift."

"Okay."

Beberapa menit kemudian aku mendengar mereka berdua duduk dan tidak lama kemudian suara pria lainnya muncul.

"Good afternoon Harry."

"Good afternoon Mr.Payton. Austin akan berada di rapat ini untuk belajar jadi mohon anda tidak keberatan."

Ben tertawa kecil, "Tentu tidak Harry. Kurasa kau yang keberatan karena kau bilang ini rahasia."

"Awalnya begitu tapi kurasa Austin perlu tahu."

Nah... Game on!

------
(Austin)

Aku menatap Harry beserta sekretarisnya dan asistennya yang duduk tidak jauh darinya. Harry sama sekali tidak mencurigakan apapun. Ia membuka buku di depannya dengan santai dan melihat ke arah Ben selayaknya bisnis.

"Ini adalah proyek rahasia kami. Ingat pulau yang ayah beli dari Ben?" Kata Harry menekan tombol slide yang menampilkan foto pulau tersebut.

"Kita akan membuatnya menjadi sebuah tempat pengolahan minyak bumi yang lebih besar dari sekarang ini dengan perkiraan profit 20%." Potong Ben saat melihat kakakku mulai menggerakan alide berikutnya.

Harry menggeleng pelan dan melihat Ben serius. "5-15% Mr.Payton.. Kita belum yakin ini akan sukses sepenuhnya terlebih lagi kita belum mendapat kerjasama apapun."

Secret HolidayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang